Chapter 3

1075 Words
Amber mendesah setiap Aaraf memaju-mundurkan pinggulnya setelah penyatuan mereka beberapa saat yang lalu. Tangan dan bibir pria itu juga tak tinggal diam. Kedua tangannya bermain di d**a Amber sementara bibirnya bermain di leher wanita itu. Namun saat merasakan Aaraf ingin menghisap kuat lehernya, Amber segera menahannya dan mencium bibir pria itu. Ia melakukan itu agar Aaraf tidak meninggalkan bekas apapun di sana karena ia tidak ingin memakai pakaian tertutup ke kantor besok. Amber semakin mendesah saat Aaraf mempercepat ritmenya hingga tak lama kemudian puncak kenikmatan itu hadir. Aaraf pun langsung merebahkan tubuhnya di atas tubuh Amber dengan deru nafas mereka yang saling beradu. Sesaat kemudian, Aaraf berguling ke samping Amber yang memberi kesempatan pada wanita itu untuk bangun. “Aku tidak tahu kalau kamu sangat liar di ranjang” Ucap Aaraf yang masih terengah-engah akibat permainan panas mereka saat mengingat Amber yang sangat dominan di awal permainan mereka. “Kamu mau ke mana?” Tanya Aaraf saat melihat Amber memunguti pakaiannya satu persatu. “Apa ada alasan lagi untukku tetap di sini?” Tanya Amber balik sembari memakai pakaiannya. “Tidurlah di sini malam ini. Sekarang sudah jam satu pagi” Tawar Aaraf. “Tidak perlu” Tolak Amber. “Tapi setidaknya bersihkan dulu tubuhmu” Ucap Aaraf. “Aku akan mengurus hal itu” Ujar Amber. “Bagaimana kalau...”    “Aku pergi dulu. Terima kasih atas permainanmu malam ini” Potong Amber kemudian memberi kecupan pada bibir Aaraf lalu segera pergi dari apartemen pria itu. Dilain sisi, Christoff mendorong seorang wanita yang saat ini tengah memanjakan tubuhnya membuat wanita itu terkejut. “Ada apa, honey?” Tanya wanita itu manja sembari kembali mendekap pada Christoff lalu mengusap d**a pria itu. “Pergilah” Ucap Christoff sembari meletakkan selembar cek dengan nominal tinggi ke tangan wanita itu. Merasa dihina, wanita itu pun segera bangkit dari tubuh Christoff dan segera memakai pakaiannya lalu keluar dengan wajah kesal namun tetap membawa cek yang Christoff berikan. Ini adalah kali pertama sentuhannya ditolak oleh pria yang mengajaknya terlebih dulu. Sementara itu Christoff menutup tubuh telanjangnya dengan selimut dan menutup matanya dengan sebelah lengannya. “Rasanya berbeda” Gumamnya kemudian menghela nafas. -------                        “Bagaimana dengan rencana yang telah kita atur minggu lalu?” Tanya Amber pada manajer operasional. “Mr. Dobrev telah menandatangani proposal yang kita ajukan, Miss” Jawab manajer operasional. “Bagus. Bagaimana dengan para investor?” Tanya Amber kembali. “Mereka juga telah menyetujui, Miss” Jawab manajer keuangan. “Kalau begitu silakan lanjutkan. Usahakan semuanya selesai secepatnya” Pintah Amber. “Baik, Miss” Ucap para manajer. “Silakan lanjutkan kembali pekerjaan kalian” Pintah Amber. Semua manajer masing-masing divisi pun pamit keluar dari ruangan Amber kecuali manajer administrasi. “Apa ada yang ingin Anda sampaikan?” Tanya Amber saat manajer tersebut hanya diam mematung di tempatnya tanpa mengatakan apapun. “S, saya... Apa saya boleh izin cuti lagi, Miss?” Tanya manajer tersebut. “Apa alasan Anda meminta izin cuti kali ini?” Tanya Amber meminta penjelasan. “S, s, saya...” “Bagaimana Anda bisa masuk ke perusahaan ini jika berbicara saja Anda gugup?" Tanya Amber. “M, maafkan saya, Miss” Ucap manajer tersebut. “Saya tidak membutuhkan permintaan maaf, Anda. Saya juga tidak bisa memberi Anda cuti lagi tanpa alasan yang jelas untuk ketiga kalinya bulan ini. Tolong Anda mengerti bahwa bekerja di perusahaan ini bukan sekadar permainan dan Anda bisa hadir maupun cuti kapan pun Anda inginkan. Meskipun kinerja Anda selama ini bagus tapi jika Anda seperti ini terus, saya juga tidak memiliki pilihan lain selain memecat Anda” Ujar Amber. “M, maafkan saya, Miss” Ucap sang manajer. “Silakan kembali ke tempat Anda” Pintah Amber. “B, baik, Miss” Ucap manajer tersebut kemudian beranjak dari tempatnya. Amber menghela nafas saat manajer tersebut keluar dari ruangannya. Jujur, ia sangat menyukai kinerja manajer tersebut. Cepat tanggap, pandai, dan komunikator yang baik. Tapi ia juga tidak bisa terlalu bersikap lembut padanya. Terlebih akhir-akhir ini pekerjaan mereka lumayan banyak dan itu cukup menyita waktunya hingga membuatnya jarang bermain lagi di malam hari. Dering ponsel Amber berbunyi dan mengalihkan perhatiannya. Elena is calling...    “Halo” Sapa Amber. “Kau bisa datang malam ini?” Tanya Elena to the point. “Aku tidak bisa” Jawab Amber. “Kenapa akhir-akhir ini kau sudah jarang ikut? Biasanya kau yang lebih dulu mengajak” Rajuk Elena. “Pekerjaan di kantor menumpuk akhir-akhir ini dan membuat kepalaku hampir pecah” Ucap Amber. “Tinggalkan saja pekerjaanmu lalu bersenang-senang bersama kami malam ini. Sekali saja” Bujuk Elena. “Dan kau akan melihatku jadi pengangguran keesokan harinya” Ujar Amber. “Kejam sekali. Ya sudah kalau tidak bisa. Kami main sendiri saja” Putus Elena. “Baiklah. Bye” Ucap Amber kemudian langsung memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengar jawaban Elena yang meneleponnya hampir setiap hari hanya untuk mengajaknya ke club. Elena Ann merupakan salah satu teman malamnya. Mereka berdua berteman saat mereka tanpa sengaja bertemu di club. Sampai sekarang Amber bahkan tidak tahu pekerjaan dan asal usul wanita itu. Ia pun tidak peduli dengan itu karena yang ia butuhkan hanya orang yang bisa menemaninya saat ia pergi ke club. Tapi satu yang bisa ia pastikan, kalau Elena berasal dari keluarga kaya karena harga style dan mobil yang wanita itu gunakan tidak main-main. -------                    Suara tawa Chandra terdengar nyaring di dalam penthouse Christoff setelah mendengar cerita kalau Christoff menolak sentuhan wanita hanya karena rasa sentuhannya berbeda dengan wanita yang ia temui terakhir kali. “Diamlah. Itu tidak lucu sama sekali” Kesal Christoff. “Maaf, maaf, selera humorku memang sereceh itu” Ucap Chandra kemudian kembali tertawa. “Berhenti atau pergi dari sini” Ancam Christoff membuat Chandra seketika menahan tawanya. Namun tak lama, tawa pria itu kembali menyeruak hingga membuatnya mendapat timpukan bantal dari Christoff. “Kau sudah coba mencari wanita itu?” Tanya Chandra setelah tawanya mereda. “Bagaimana caranya? Dia sama sekali tidak memberikan kontaknya padaku. Nama yang dia berikan pun pasti hanya nama samarannya” Ucap Christoff. “Kenapa tidak menyewa detektif atau semacamnya saja? Tinggal berikan apa yang kau ketahui tentang wanita itu. Sisanya biarkan mereka yang mengurus” Usul Chandra. “Benar juga. Kenapa aku tidak kepikiran seperti itu” Gumam Christoff. “Itulah gunanya otak” Ejek Chandra yang membuat harus menerima timpukan bantal lagi. “Tapi apa yang akan kau lakukan kalau sudah tahu siapa wanita itu?” Tanyanya. “Entahlah” Jawab Christoff setelah berpikir beberapa saat. “Lebih baik kau pikirkan dulu rencanamu sebelum bertemu dengannya lagi. Tidak mungkin ‘kan kau langsung mengajaknya s*x” Ucap Chandra. “Bukankah di pertemuan pertama kami langsung melakukanya?” Ucap Christoff. “Tapi yang kedua pasti berbeda. Dan tidak mungkin kalian akan bertemu di situasi yang sama dua kali tanpa sengaja. Bisa saja kalian bertemu di taman, museum, atau tempat lainnya selain club” Ujar Chandra. “Kita tidak akan tahu masa depan” Ucap Christoff. “Ya, ya, ya, kau benar. Dan aku akan menyerahkan lima persen sahamku padamu jika kalian bertemu di situasi yang sama lagi” Ujar Chandra yang menjadikan sahamnya sebagai taruhan. Walau ia memiliki saham sebesar lima belas persen tapi tetap saja, lima persen juga merupakan angka yang tinggi. “Yakin?” Tanya Christoff. “One hundred percent” Jawab Chandra mantap. -------                      Love you guys~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD