Chapter 2

1214 Words
Elena is calling...    “Halo” Sapa Amber begitu ia merebahkan tubuhnya di sofa apartemennya setelah pulang bekerja dengan ponsel yang ia letakkan di telinganya. “Kau jadi datang ‘kan? Kata Angel banyak yang hot malam ini” Ucap Elena. “Tidak. Aku sangat lelah” “Tumben. Biasanya kau yang lebih semangat kalau ada yang hot” “Sudah ya, aku mau istirahat” “Apa karena permainanmu semalam? Sepertinya permainan kalian sangat hebat hingga bisa membuat sang ratu one night stand kita kelelahan seperti ini. Tapi ya, kalau dilihat-lihat sepertinya pria itu cukup jago dan kuat di ranjang” “Kututup ya, bye” Ucap Amber kemudian memutuskan sambungan teleponnya tanpa mendengar balasan Elena lagi lalu melempar ponselnya begitu saja ke atas meja. Niatnya ingin bermalas-malasan hingga malam pun harus tertunda karena bunyi perutnya. Ia bahkan lupa kalau hari ini ia belum makan sedikit pun karena melewatkan makan siang untuk mengerjakan semua pekerjaannya. Amber pun berdiri dan membuka kulkasnya yang kabar buruknya hanya terisi minuman dan alkohol. Betapa buruknya hari ini untuknya. Ini semua karena pria itu yang mengajaknya bermain sampai pukul lima pagi hingga ia hanya bisa tidur selama satu jam sebelum berangkat ke kantor. Belum lagi masalah pekerjaannya hari ini. Karena ia tak bisa membiarkan perutnya kosong, Amber pun memutuskan untuk mengganti pakaiannya dengan sweater dan legging kemudian pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan untuk ia masak karena perutnya sangat sensitif jadi ia harus memastikan sendiri kalau makanan yang ia makan baik untuk melewati perutnya. Maka dari itu ia jarang makan di luar. Jika ia masih bisa memasak, maka ia akan mengusahakannya. Jarak supermarket terdekat dari apartemen Amber lumayan jauh, jadi ia harus menggunakan mobil untuk sampai ke sana. Setelah sampai di supermarket, Amber mengambil troli dan memasukkan beberapa sayuran, daging, serta bermacam bumbu dapur di sana. Ia juga mengambil beberapa benda dan kebutuhan lain yang menurutnya perlu. Selesai selesai mengambil semua yang ia perlukan, Amber segera membayarnya di kasir. Tak ingin berlama-lama, ia segera keluar dari supermarket sembari mendorong troli yang berisi kantong belanjaannya. Disaat bersamaan, Christoff yang saat itu tengah sibuk dengan ponselnya dan hendak masuk ke dalam supermarket sontak berhenti saat menghirup aroma yang tidak asing baginya. Aroma yang mampu membuat tubuhnya bergejolak seketika. Saat ia berbalik, ia melihat seorang wanita tengah memasukkan belanjaannya ke dalam bagasi mobilnya. Wanita ber-sweater dan rambut sepunggung serta tubuh kecil yang sepertinya sangat pas jika berada di pelukannya. Christoff menggelengkan kepala menyadari apa yang hendak otaknya pikirkan. Melupakan wanita yang telah mengendarai mobilnya tersebut, Christoff meneruskan langkahnya masuk ke dalam supermarket dan membeli kebutuhan bulanannya. Jika kalian bertanya mengapa Christoff sendiri yang berbelanja untuk memenuhi kebutuhannya, maka jawabannya adalah dia merupakan pria lajang yang hidup sendiri. Menyewa seorang maid yang hanya datang ke penthouse-nya di akhir pekan untuk membersihkan penthouse-nya. Jadi wajar jika ia harus melakukan semuanya sendiri. Meski begitu, dia menikmati hidupnya saat ini. Free and happy. -------                          “Bagaimana jika Anda menukar letak ruang baca dan ruang kerja Anda? Saya rasa akan bagus jika ruang baca Anda berada di sana karena akan nyaman bagi Anda untuk membaca di tempat yang sejuk” Usul Christoff pada sang klien yang meminta pria itu untuk mendesain rumahnya. “Benarkah? Kalau begitu lakukan saja karena saya percaya, Anda pasti tidak akan mengecewakan saya” Ucap sang klien. “Baiklah” Ujar Christoff lalu menulis beberapa hal pada desain gambarnya. “Lalu bagaimana dengan permintaan saya waktu itu?” Tanya sang klien. “Sepertinya itu akan sulit karena kami harus menambah letak sirkulasi udara agar ruang bawah tanah Anda tidak terlalu lembab, terlebih Anda ingin membangun sebanyak dua lantai di bawah tanah dengan masing-masing pintu masuk tersembunyi. Ditambah biaya yang akan dikeluarkan pasti lumayan banyak dari perkiraan awal” Jelas Christoff. “Tidak apa-apa. Lakukan saja apa yang menurut Anda baik. Saya hanya ingin ruangan kosong di lantai paling bawah tanpa ada ruang tambahan” Ucap klien tersebut. “Baiklah. Kami akan melakukan yang terbaik. Terima kasih karena telah percaya pada kami” Ucap Christoff. “Justru saya yang harus berterima kasih pada Anda, Mr. Lewis” Ujar sang klien. Setelah sang klien pergi, Chandra masuk ke dalam ruangan Christoff sembari membawa dua cangkir kopi dan memberikan satunya pada Christoff. “Thanks” Ucap Christoff pada Chandra Wijaya, pria asal Indonesia yang menjabat sebagai direktur operasional Lewis Architeam sekaligus sahabat Christoff. “Bagaimana dengan klien itu?” Tanya Chandra. “Dia tetap ingin membangunnya” Jawab Christoff. “Hati-hati. Mungkin saja dia berniat menggunakan ruangan-ruangan itu untuk hal yang buruk. Pikirkan saja, untuk apa dia membangun ruang bawah tanah tanpa ada ruangan sama sekali? Bukankah itu aneh? Jika dia membangunnya di atas, itu masih normal. Mungkin saja dia ingin menjadikannya sebagai ruang gym, menari, atau yang lainnya” Ragu Chandra. “Mungkin saja dia ingin menjadikannya lapangan indoor?” Tebak Christoff. “Bukankah itu lebih aneh? Lapangan di bawah tanah? Ide dari mana itu?” Tanya Chandra tak habis pikir. “Entahlah” Ucap Christoff. “Intinya kau harus hati-hati. Aku sangat curiga pada wanita itu. Matanya terlihat gemetar setiap kali aku menyapanya walau dia tersenyum” Ujar Chandra. “Atau kita batalkan saja?” Usulnya. “Tidak bisa. Kita sudah terlanjur tanda tangan kontrak dengannya. Persiapan pembangunannya juga sudah mencapai enam puluh lima persen. Dan kau tenang saja, aku sudah memiliki persiapan jika terjadi hal yang tidak diinginkan nantinya” Ucap Christoff. “Terserahlah. Jangan memohon bantuanku nanti kalau terjadi sesuatu” Sindir Chandra. Pasalnya Christoff selalu meminta bantuan padanya jika pria itu tidak sempat atau tidak bisa menyelesaikan suatu hal. Walau itu sangat jarang terjadi. “Tidak akan” Ucap Christoff. “Jalma gelo” Ujar Chandra. “Apa itu?” Tanya Christoff. “Kau tampan” Jawab Chandra yang membuat Christoff mengerutkan keningnya tidak percaya. “Sudah ya, aku mau kembali ke ruanganku” Lanjutnya kemudian segera pergi dari ruangan Christoff sebelum pria itu mengajukan pertanyaan lanjutan. -------                          “Miss Juliza, ayo duduk di sini” Panggil Berlianti, ketua divisi operasional saat melihat Amber kesulitan mencari tempat duduk di kantin perusahaan yang lumayan ramai dan kebetulan ia hanya duduk bertiga bersama anggota divisinya jadi masih tersisa satu kursi kosong. Amber pun menghampiri Berlianti dan duduk di kursi kosong tepat di samping wanita itu. “Kenapa Anda telat sekali? Sisa waktu istirahat tinggal lima belas menit lagi” Tanya Berlianti. “Aku masih punya beberapa hal untuk dikerjakan” Jawab Amber. “Bagaimana pekerjaan kalian?” Tanyanya. “Tidak ada masalah, Miss” Jawab Berlianti yang dibenarkan oleh dua orang lainnya. “Eh, Miss Juliza tahu tidak?” Tanya Berlianti yang mengundang kekepoan dua wanita lain yang berada di meja tersebut. “Apa?” Tanya Amber yang mulai penasaran. Pasalnya Berlianti memang terkenal sebagai penggosip nomor satu di perusahaan. Tidak ada rahasia di perusahaan ini yang tidak ia ketahui. “Saya dengar kemarin ada wanita yang masuk ke dalam ruangan Mr. Adelio. Dan saat wanita itu keluar, penampilannya terlihat acak-acakan. Lipstik di bibirnya juga sudah menghilang entah ke mana. Informanku bilang kalau wanita itu sudah dua kali datang ke ruangan Mr. Adelio dan keluar dengan penampilan acak-acakan seperti itu” Bisik Berlianti. “Benarkah?” Tanya salah seorang teman Berlianti yang langsung diangguki oleh wanita itu. “Wah, aku sama sekali tak menyangka dia seperti itu. Penampilannya saja yang baik-baik tapi ternyata tipenya tidak jauh dari jalang seperti itu” Cibirnya. “Jadi saya sarankan pada Anda untuk tidak dekat-dekat dengan dia, Miss Juliza” Ucap Berlianti. “Siapa yang tidak boleh Miss Juliza dekati?” Tanya seorang pria yang menjadi topik gosip mereka yang tiba-tiba muncul membuat tiga orang dari divisi operasional tersebut langsung pergi setelah pamit dan meninggalkan Amber bersama pria itu. Aaraf Adelio. “Ada apa dengan mereka?” Tanya Aaraf. “Katanya mereka punya deadline sebelum pulang jadi harus segera pergi” Jawab Amber. “Oh ya, kamu punya waktu malam ini?” Tanya Aaraf membuat Amber langsung menatap pria itu. -------                            Love you guys~   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD