bc

Laksa Untuk Lika

book_age16+
250
FOLLOW
1K
READ
billionaire
love after marriage
second chance
pregnant
CEO
billionairess
sweet
bxg
polygamy
like
intro-logo
Blurb

Lika merasa semua tak adil untuk Laksa, pria itu suda mengorbankan segalanya untuk menutupi kesalahan sang adik, tak lain adalah kekasih yang sudah menghamilinya. bahkan Laksa sudah mencurahkan semua perasaannya kepada dirinya, tapi setelah hubungan mereka membaik dan seorang bayi lahir, mereka belum memiliki keturunan, sosok ahli waris yang sah untuk meneruskan perusahaan Permana, hingga kedatangan seorang wanita bernama Arumi, yang begitu mencintai Laksa dan menawarkan diri untuk menjadi istri kedua, membuat seorang Laksa goyah.

Apakah Laksa akan menerima Arumi untuk menjadi istri keduanya?

Atau Laksa memilih setia bersama Lika?

Kisah dimana kesetiaan di uji dengan sebuah kekurangan.

chap-preview
Free preview
laksa 1
Laska menghembuskan nafas lelahnya, ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, melipat kedua tangannya dengan wajah mendongak menatap langit-langit ruangannya. Akhir-akhir ini pekerjaannya semakin menumpuk, banyak laporan yang harus ia pelajari sebelum menandatanganinya. Apalagi setelah pertemuannya dengan Erzo grup, pemilik tambang minyak mentah yang ada di Palembang. Meminta Permana logistik menyiapkan beberapa alat transportasi untuk pengiriman minyak dalam jumblah besar, selama dua tahun ke kepan, membuatnya harus jeli dalam mengambil keputusan, menghitung dengan matang keuntungan yang di dapat sebelum memutuskan apa tindakan selanjutnya. Setelah menyetujui kontrak, kini Permana logistik merasa armadanya kurang, tapi untuk menambah beberapa kendaraan sekarang sepertinya belum mempuni karena kontrak baru saja berjalan beberapa bulan. Laksa beranjak, meraih telpon untuk menghubungi sekretarisnya, "panggil pak Gunawan untuk menemui saya." "Baik pak, akan saya panggilkan. Ada lagi pak?" "Sudah itu saja." Laksa memutuskan panggilannya. Ia mulai menekuni berkas di hadapannya, ada satu hal yang mengganjal dalam benaknya, hanya saja ia butuh pak Gunawan selaku orang kepercayaannya yang langsung terjun di lapangan. Laska butuh beberapa info dan masukan untuk penambahan kendaraan transportasi, terlebih semakin banyak pengiriman barang membuat kerepotan. Banyak keluhan yang di dapat karena keterlambatan pengiriman dan itu harus segera di selesaikan. Laska membaca kembali beberapa keluhan yang masuk kedalam email-nya, bukan hanya kerja sama dengan Erzo grup. Peranan logistik juga sudah berkerja sama dengan beberapa perusahan besar lainnya, dan dengan tambahan Erzo grup yang memang menjadi incarannya sejak lama, Laska memang harus di tuntut untuk menambah armada angkutan jika kerja sama ini terus berlanjut dalam jangka panjang. Helaan napas keluar dari mulutnya, pekerjaan semakin menumpuk dan harus segera di selesaikan. Hingga suara ketukan pintu membuatnya duduk tegap layaknya atasan yang berwibawa. "Masuk!" "Permisi, pak. Bapak memanggil saya?" "Iya pak, silahkan duduk!" Jawab Laska dengan tegas, yang di balas anggukan pelan dari pak Gunawan dan memilih duduk tepat di hadapan Laska. "Saya ingin membicarakan beberapa hal dengan bapak, dan saya ingin meminta beberapa saran dari anda." Ucap Laska dengan tenang dan sopan. "Kalau boleh tahu, tentang apa pak?" "bapak sudah tahu bukan? Perusahaan kita barusaja menandatangani kontrak kerja bersama Erzo grup. Dan dari dua bulan kebelakangan, saya melihat beberapa keluhan di sana. Seperti keterlambatan pengiriman dan kualitas pengiriman. Maka saya berpikir untuk menambah beberapa armada agar memperlancar pengiriman minyak mentah milik Erzo grup." "Jika bapak menanyakan pendapat kepada saya, saya hanya ingin mengatakan, jika bapak jangan terlalu tergesa-gesa untuk melakukan pembelian dalam jumlah besar, cukup untuk angkutan darat saja yang saat ini memang kita perlukan, misalnya saja truk pengangkut yang kita miliki belum mencukupi untuk mencapai target yang di berikan pihak Erzo grup." "Tapi apa kita mampu memenuhi kuota target tiap bulannya jika kita hanya menambah armada darat saja. Maksud saya kita juga butuh tanbahan akses lain untuk mempercepat pengiriman." "Saya paham maksud bapak, hanya saja apa semua tidak terlalu tergesah, bahkan kita baru saja mendapat kerja sama ini. Kita masih bisa bekerja sama dengan perusahaan lain untuk melakukan pengiriman, kita bisa melakukan perombakan dalam armada pengiriman, tapi tentu saja tidak sekarang, kita hanya perlu menunggu sedikit lagi." Laksa berfikir sejenak, apa yang dikatakan pak Gunawan memang ada benarnya, dia tidak bisa seceroboh itu untuk mengeluarkan banyak anggaran demi sebuah ambisi yang baru saja dia mulai, bisa saja dengan kecerobohannya dia malah salah mengambil langkah dan membuat kerugian pada perusahaannya. Laksa menyandarkan tubuhnya, kepalanya semakin berat, pekerjaan semakin menumpuk dan banyak masalah yang belum diselesaikan. Dengusan kasar keluar begitu saja dari mulutnya, "sepertinya apa yang bapak katakan ada benarnya. Jika saja saya salah mengambil langkah maka semua akan berantakan. Hampir saja saya mengambil keputusan yang salah!" Pak Gunawan mengangguk pelan dengan senyum yang mengambang di sudut bibirnya, dia sangat bersyukur memiliki atasan sepeti Laksa, sosok yang selalu mau meminta pendapat tentang banyak hal kepada dirinya, jika atasan yang lain mungkin setiap keputusan sendiri maka berbeda dengan Laksa. Dia lebih banyak meminta pendapat dari bawahan yang memang dia percaya seperti pak Gunawan. Laksa bisa bernapas lega, dia menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, bahkan setelah kepergian pak Gunawan Laksa masih enggan untuk menyentuh tumpukan map dan berkas yang ada di atas mejanya, biarkan dia istirahat sejenak. Pekerjaan tak akan membuat kehilangan waktu beristirahat karena bagi Laksa, beristirahat itu penting untuk kesehatan tubuhnya. Mata terpejam, dan tanpa sadar dia terlelap, lelah membuat matanya tak sanggup lagi untuk menahan kantuk. Sudah beberapa hari ini dia lembur hanya untuk mengurus semua pekerjaannya. Laksa tersentak kaget saat suara ketukan dari lupa pintu membangunkannya, berusaha mengumpulkan kesadarannya Laksa mengintip jam kecil yang bertengger di meja kerjanya, sudah jam lima pikirnya, berarti dia sudah terlelap lebih dari dua jam lamanya. "Masuk!" Ucapnya setelah beberapa saat ketukan di pintunya tak kunjung berhenti. "Permisi pak!" Laras, wanita berhijab berperawakan cantik masuk kedalam ruangannya, sekertaris yang sudah menemani dari awal bekerja itu memasang senyum sembari menenteng beberapa berkas di tangannya. Dan itu berarti dia harus lembur beberapa jam setelah ini. "Kenapa, Ras?" Ucap Laksa dengan pelan, menatap sekretarisnya mendekat. "Ini pak, ada beberapa berkas yang butuh tanda tangan bapak." Ucap Laras mengulurkan lima buah map pada Laksa "Terimakasih, Ras." Jawab Laksa menerima map itu dan meletakkannya di atas meja. Dia menoleh menatap Laras. "Kamu belum pulang? Bukannya jam kerjamu sudah berakhir setengah jam yang lalu?" Laras memasang senyum yang biasa dia berikan pada Laksa. Sopan dan tenang. "Belum, pak. Kebetulan suami saya masih ada beberapa pekerja yang harus di selesaikan." Laksa mengangguk pelan, Laras adalah istri dari salah satu sahabatnya, Reza, pemilik kedai kopi langganan yang ada di sebrang jalan, dan tak jarang Laras menunggu Reza menjemput dengan mengerjakan beberapa pekerjaan untuk besok "Duduklah!" Ucap laksa sembari membuka map berwarna coklat yang ada di hadapannya. Membaca sekilas sebelum menutupnya kembali. Dia menatap Laras yang sudah duduk tenang di hadapannya. "Bagaimana kehamilanmu? Apa Reza membuatmu kerepotan?" Tanya Laksa, dia penasaran dengan sahabatnya yang selalu berceloteh dan memiliki humor yang selalu memuatnya jengah, Walau kadang laksa terhibur dengan keberadaan Reza. Laras terkekeh pelan, dia mengelus perut yang terlihat masih datar itu. Seingat Laksa kandungan Laras masih beranjak tiga atau empat bulan, Laksa lupa. Gurat bahagia Laras jelas menunjukan bagaimana bahagianya kehidupan pernikahannya. "Dia tidak banyak membuatku repot, pak!" Laksa mendengus, dia agak geli saat wanita di hadapannya ini memanggilnya pak saat di luar jam kantor. Terlebih Laras dan Reza adalah sosok yang sudah laksa anggap sebagai saudara, tiap kali dia memiliki masalah dia selalu mencari Reza untuk menceritakan keluh kesahnya, dan Laras tentu saja satu paket dengan suaminya. Maka setiap Laras memanggilnya bapak di luar jam kerja membuat telinganya seperti digelitik. "Ayolah, kita sudah di luar jam kerja, Ras. Kamu tau itu, aku selalu geli di panggil pak olehmu!" Laras tertawa kecil menutup bibirnya dengan mulut. Kebiasaan yang selalu Laras lakukan tiap kali wanita itu tertawa. "Baiklah bapak Laksa yang terhormat, apapun keinginanmu." "Abaikan. Bagaimana kondisi kehamilan mu? Apa itu membuatmu kerepotan? Maksudku, aku sudah memberikan akses untuk kamu cuti dari pekerjaan ini untuk kehamilan mu." Laras menggeleng pelan, dia menunduk menatap perut datarnya, lalu mengangkat wajahnya menatap Laksa dengan senyum terbit di bibirnya. "Aku masih nyaman bekerja di sini. Di rumah kadang membuatku bosan. Apalagi kamu tau bagaimana kelakuan Reza tiap kali aku di rumah. Aku tidak benar-benar beristirahat jika berdiam diri di rumah!" Laksa tertawa puas, dia paham dengan perkataan Laras. Reza sahabatnya itu memang tidak pernah bosan jika berhadapan dengan Laras, padahal mereka sudah menikah hampir lima tahun lamanya dan baru di berikan momongan sekarang. "Apa aku menggangu waktu kalian?" Laksa dan Laras serempak menoleh menatap kearah pintu dimana Reza baru saja masuk dengan senyum miring di bibirnya. "Panjang umur untukmu sahabatku!" Teriak Laksa, dia berdiri menyambut kedatangan sahabatnya itu dengan riang. "Tumben banget mau masuk kesini, biasa Lo paling anti sama suasana kantor!" Reza mendengkus pelan, menatap sang istri yang juga sudah berdiri menatap kearahnya. "Jika bukan karena bidadari cantikku itu, gue juga males kali, ka. Nginjek kaki gue di lantai kantor Lo. Berasa bener hawa seriusnya, merinding gue sumpah!" Laksa tertawa puas, dia selalu suka dengan reaksi Reza yang selalu anti dengan suasana kantor, alasannya sederhana, dia malas dengan segala hal yang berurusan dengan kantor, serius, dan pusing. Reza adalah pria bebas, lepas bagai burung yang bebas terbang kemanapun dia mau. Lihat saja penampilannya yang terlihat berantakan, celanan belel, di padu dengan kaus pollo. Rambut gondrong dan tato yang menghiasi lengannya membuat siapa saja akan memandang sebelah mata penampilan Reza. Bahkan Laksa ingat bagaimana penolakan mertua Reza dulu saat sahabatnya itu melamar Laras, beberapa kali di tolak sudah membuatnya kebal. Namun jangan menilai sesuatu dari sampulnya, itu pelajaran pertama yang Laksa dapat saat bersahabat dengan Reza. Penampilan bisa saja menipu sepasang mata. Jika mereka belum mengenal Reza lebih dalam mungkin mereka akan mengecap pria itu sebagai pria yang tidak memiliki masa depan. Serampangan dan kasar. Padahal Reza tidak seperti apa yang mereka bayangkan. "Yuk, yang. Pulang, aku serem di sini lama-lama!" Ajak Reza yang diangguki oleh Laras, "gue balik ya, ka. mual gue lama-lama di ruangan Lo!" "iya iya, dah sono balik. Jangan Sampek lantai gue yang mahal ini kotor karena muntahan Lo ya!" "Sialan!" Maki Reza yang hanya di balas gelengan oleh Laras yang menatap kelakuan suamunya. "Lo mampir lah ke kedai, udah lama bener rasanya Lo nggak mampir!" "Iye, kapan-kapan gue mampir!" "Gue tunggu!" "Siap!" Mereka terbahak bersama, Laras mengantarkan sahabatnya itu hingga depan pintu kantornya. Menatap sepasang suami istri yang berjalan beriringan dengan canda kecil yang menghiasi perjalanan mereka. Laksa iri, dia tentu saja ingin seperti itu, tapi mencari pendamping tidaklah semuda membalikan telapak tangan. Biarkan lah jodoh dan pernikahan menjadi rahasia yang kuasa. Dia hanya bisa bersabar dan berharap mendapat pasangan yang begitu sabar dengan segala kesibukannya kelak.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pernikahan Kontrak (TAMAT)

read
3.4M
bc

Istri Kecil Guru Killer

read
156.7K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

The crazy handsome

read
465.4K
bc

Sekretarisku Canduku

read
6.6M
bc

LAUT DALAM 21+

read
290.0K
bc

Partner in Bed 21+ (Indonesia)

read
2.0M

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook