• SATU •

1013 Words
Seattle, Washington DC. Pada pukul dua dini hari, petugas polisi yang mendapatkan tugas jaga malam dibuat heboh karena salah satu dari mereka menerima laporan dari seorang anonim bahwa baru saja terjadi kecelakaan tunggal di terowongan Metro. Pelapor mengatakan bahwa mobil berjalan dengan kecepatan tinggi dan kehilangan keseimbangan ketika hampir mencapai mulut terowongan. Petugas yang mendapat giliran jaga malam itu adalah Noel Simons dan rekannya, Smith Carter. Pelapor anonim tersebut mengatakan bahwa mungkin pengemudi membutuhkan bantuan secepatnya karena ia melihat bagian depan mobil mulai terbakar. Namun ketika ditanyai mengenai identitas, panggilan telpon tersebut justru diputus tiba-tiba. Untuk memastikannya sendiri, Noel dan Smith pun segera berlari menuju mobil patroli yang terparkir di halaman depan kantor polisi. Noel menyuruh rekannya menghubungi ambulans untuk berjaga-jaga jika yang dikatakan pelapor tadi adalah sesuatu yang serius. Bukan bermaksud meremehkan, tapi akhir-akhir ini kepolisian kota Seattle sering mendapatkan telpon iseng dari nomor yang tidak jelas ataupun laporan palsu yang menyusahkan petugas. Namun tidak ada salahnya berjaga-jaga, bukan? Noel Simons adalah seorang detektif khusus di bawah institusi kepolisian kota Seattle sejak tiga tahun yang lalu. Ia bergabung dan dipasangkan dengan Smith dalam divisi kejahatan berat. Setelah menempuh perjalanan 30 menit, mereka akhirnya sampai di lokasi kejadian. Bahkan dari jarak lima meter pun, kedua polisi itu sudah bisa melihat betapa parahnya kerusakan yang dialami akibat kecelakaan tersebut. Noel langsung menepi dan melesat turun dengan cepat. Ia kemudian memberi perintah agar Smith segera mengeluarkan alat pemadam api ringan di bagasi mobil untuk bisa memadamkan api pada bagian depan mobil sementara Noel memastikan keadaan sang pengemudi. Smith buru-buru menyemprotkan alat pemadam api dalam cengkramannya ke bagian depan mobil, meminimalisir ledakan yang mungkin akan terjadi di sana. Setelah busa-busa berwarna putih itu berhasil memadamkan api yang memang belum merambat ke area sentral mobil, Smith langsung menghampiri Noel. Noel tampak mengalami kesulitan saat berusaha menyelamatkan pengemudi yang terjebak di dalam mobil karena pintunya macet. "Pintunya tidak bisa dibuka dari luar," katanya sembari terus berusaha menarik pintu. Smith sadar bahwa ia masih memegang alat pemadam api di tangannya. "Bagaimana dengan ini?" katanya, mengangkat benda berwarna merah itu ke udara. Menunjukkannya pada Noel. "Tidak ada salahnya mencoba, bukan?" Noel mengangguk dan mundur beberapa langkah dari posisinya sebelum Smith akhirnya memukul jendela mobil dengan benda berat tersebut. Kacanya langsung pecah, beruntung tidak mengenai pengemudi di dalamnya. "Berhasil." Detektif berusia 29 tahun itu kemudian mengambil alih dan segera membuka pintu dari dalam melalui jendela yang berhasil dipecahkan oleh Smith tadi. Noel mendapati pengemudi yang berjenis kelamin pria tersebut dalam keadaan tidak sadar. Kepalanya menempel pada setir sedangkan wajahnya menghadap ke pintu. Dari pelipis kiri pria itu, darah mengalir dan jatuh menggenang di bawah kakinya. "Apa dia tewas?" tanya Smith tak yakin. "Mari kita periksa." Noel menarik keluar sarung tangan lateks dari saku jaket kulitnya yang berwarna cokelat dan mengenakannya untuk memeriksa nadi di leher pria itu. "Denyut nadi tidak terdeteksi," tukasnya memberi tahu. Detektif bertubuh atletis itupun mencondongkan tubuhnya ke arah wajah untuk kemudian memastikan embusan napas dari hidung sang pengemudi. "Bagaimana?" tanya Smith penasaran. Noel pun mundur dari posisinya dan berbalik. Ia menggeleng ketika matanya bertemu dengan milik Smith. "Dia sudah tidak bernafas," katanya seraya melepas sarung tangan lateks dan menyimpannya kembali ke dalam saku jaket. "Suhu tubuhnya relatif normal, tampaknya dia tewas beberapa menit sebelum kita sampai. Kekakuan pada ekstremitas tubuhnya juga menunjukkan tanda yang sama." Smith melempar alat pemadam api ringan di tangannya ke sembarang arah dan menghela napas panjang. "Sial, kita terlambat. Sekarang bagaimana?" Noel mengedarkan pandangannya ke sekitar dan tidak dapat menemukan apa-apa selain gelap dan lolongan anjing dari kejauhan. "Kau hubungi petugas forensik lapangan dan aku akan memeriksa keadaan sekitar sambil menunggu ambulans datang. Kau sudah menghubungi mereka, bukan?" Smith mengangguk dan berkata, "Mereka akan segera sampai." "Baiklah." Sementara Smith menghubungi rekan polisi yang lain dan tim forensik, Noel sibuk mengamati posisi pengemudi yang ditemukan dalam keadaan mengenaskan. Mata cokelatnya yang segelap pohon ek di musim gugur pun kini beralih pada jalanan di bawah Toyota Camry putih tersebut, menelisiknya lamat-lamat sebelum menarik kesimpulan. "Noel, aku sudah menghubungi mereka," ucap Smith memberi tahu. Ia lantas berjalan menghampiri rekannya tersebut dan ikut bergabung melihat mayat di dalam mobil bersama Noel. "Kondisi pengemudinya sungguh mengenaskan." Noel menarik pandangannya dari ban-ban dengan velg mobil bergaya modern tersebut ke arah Smith. "Lihatlah! Kedua kaki hingga perutnya terjepit di dalam sana." Smith bergidik ngeri. "Dia pasti sangat menderita pada detik-detik terakhir kematiannya." Noel menggumam setuju dan melipat kedua tangannya di d**a. "Bagaimana saksi pergi begitu saja saat melihat kecelakaan alih-alih memberinya pertolongan darurat?" "Pelapor anonim itu memang mencurigakan," imbuh Smith. "Dia menutup telponnya ketika kita bertanya mengenai identitasnya." Noel setuju dengan perkataan Smith barusan dan mengangguk. "Bisakah kau dapatkan identitas pelapor itu untukku? Kita harus memeriksanya lebih dahulu." "Baik, Detektif," ujar Smith mantap. "Omong-omong kau tahu siapa dia, bukan?" "Siapa memangnya?" tanyanya acuh. "Astaga!" Smith menepuk dahinya pelan. "Aku lupa kau baru saja pindah ke Seattle akhir pekan kemarin. Pantas saja kau tidak langsung mengenali wajah pria itu." Iris mata Noel yang cokelat kemudian berpendar ke sekeliling. Tampak kembali mencari sesuatu. "Aku tidak peduli siapa dia sekarang, tapi bagaimana dengan ambulans dan tim forensik lapangan? Kenapa mereka belum juga sampai?" Smith menggumam pendek dan ikut melihat ke sekeliling. Jalanan di sekitar terowongan cukup sepi. Bahkan sejak mereka tiba di sana, tidak ada satupun kendaraan yang melintas. "Jarak rumah sakit ke terowongan tidak terlalu jauh. Kurasa mereka akan segera datang." Pria dengan tinggi 176cm itu lalu berjalan mengelilingi mobil korban dan mulai memotret beberapa bagian mobil sebagai barang bukti. "Omong-omong, pria ini adalah Louis Harrison. Salah satu orang paling berpengaruh di kota ini." Alih-alih mendengarkan ocehan Smith dengan fokus, Noel justru memilih berjalan ke depan untuk memeriksa bagian mesin mobil. Dari celah-celah kap mobil yang sudah penyok, ia masih bisa menemukan sedikit sisa asap yang keluar dari bagian mesinnya. "Begitukah?" "Ya...," Smith berjalan ke sisi samping mobil dan mengabadikan bagian tersebut dengan kameranya. "Sebagai seorang CEO dan pewaris utama New Diamond Group, dia sangat terkenal dengan citra baiknya di sini. Aku yakin berita kecelakaan ini pastilah akan menjadi trending nomor satu di situs pencarian internet." Noel menganggukkan kepalanya dan menatap Smith sekarang. "Berita tentang pria ini mungkin akan menjadi headline seluruh media karena ini bukan kecelakaan." Dahi Smith pun berkerut dalam. "Apa maksudmu?" "Menurutmu apa, Smith?" Noel menunjuk pria tersebut dari tempatnya berdiri sekarang dengan pandangan serius. "Pria itu ... baru saja dibunuh seseorang." []
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD