Yoongi menggeram menahan amarah.
Taehyung membeku dengan segala gejolak hati yang memanas.
Jin mengangkat salah satu alisnya bingung.
Jinwoon membatu.
Jungkook memutar bola matanya malas, lain hal dengan Yoora yang tersenyum manis menyambut wanita itu.
"Kalau kau datang dengan alasan ingin menjengukku. Segeralah pergi, bukannya sembuh. Aku malah tambah sakit melihatmu apalagi lipstikmu yang belepotan itu" Yoora menatap putra bungsunya garang.
"Jungkook apa yang kau katakan hah? Apa ini caramu menyambut tamumu?" Jungkook menatap tajam Ibunya.
Taehyung tak tahan hingga dengan cepat pergi darisana di ikuti Yoongi dibelakangnya.
"Maafkan putra saya sebelumnya"Yoora tersenyum mengambil bingkisan yang dibawa wanita itu.
"Emmm kau siapanya Jinwoon?"Tanyanya lembut, Jinwoon menegang.
"Aku---
Prang!
Jin menatap adiknya semakin bingung saat anak itu membuang kasar bingkisan berisi buah-buahan itu.
"Hyung disitu pasti ada racun"Ujarnya membuat Hyuna terkejut. Jin menghela nafas berat sementara Yoora sudah mulai emosi.
"Jungkook!"Sedikit meninggikan suaranya.
Mengabaikan Ibunya, Jungkook justru menatap tajam Ayahnya.
"Appa kenapa diam saja, Appa tau apa yang harus Appa lakukan" Jinwoon tersadar dari lamunannya kemudian memberikan senyuman teduhnya pada putra bungsunya sembari mengusak lembut surai anak itu.
Seolah kerja otak,hati, dan tubuhnya dikendalikan oleh anak itu, Dia mengangguk menenangkan putranya itu. Kemudian menarik secara kasar Hyuna pergi darisana.
Menyisakan Jin dan Ibunya semakin dibuat bingung olehnya.
▪
▪
▪
▪
Disisi lain Taehyung terdiam di taman, memandang kosong ke depan. Disampingnya Yoongi mengusak penuh sayang rambutnya.
"Kau jangan terlalu membebani pikiranmu, Kan masih ada Hyung"Taehyung tersenyum.
"Hyung tau?"Tanyanya.
"Darimana?"Yoongi terkekeh.
"Jungkook"Jawabnya. Taehyung menghembuskan nafasnya berat.
"Baguslah! Setidaknya salah satu hyung kami mengerti perasaan kami"Ujar Taehyung meski sedikit heran, orang seperti Yoongi secepat itu percaya pada Jungkook yang notabene nya anak itu dalam keadaan apapun tak pernah menanggapi suatu hal dengan serius.
"Aku hanya heran, Bagaimana bisa Jungkook bersikap seperti biasa bahkan aku saja saat melihat Appa merasakan sakit yang luar biasa" Gumamnya, Yoongi terkekeh.
"Jungkook masih terlalu labil untuk mengerti situasi. Bagaimana bisa kau menyamakan dirimu dengannya eoh?" Taehyung mengernyit.
"Dia masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang dilakukan Appa itu benar atau salah, bisa dimaafkan atau tidak. Dia akan selalu bingung akan melakukan apa, saeng" Taehyung menyimak.
"Aku dan Jimin sering mengajaknya menonton film dewasa bersama kok"Yoongi melotot. Taehyung spontan menutup mulutnya yang kelepasan berbicara.
pletak!
"Sudah ku duga, kau yang mengajarkan anak itu melakukan hal yang tidak-tidak" Taehyung nyengir dengan tangan yang mengelus dahinya pelan.
"Sudahlah, kembali ke topik awal ... Lalu kenapa Jungkook bisa berakhir dikamar mandi Hyung?"Yoongi terdiam.
"Kau tau, Aku hampir gila melihatnya tak sadarkan diri disana"Yoongi menghela nafas.
"Itu yang ingin ku tanyakan, tapi dia mengelak dengan beribu alasan. Kau tau sendiri anak itu tak pernah bisa serius"Taehyung terkekeh.
"Aku yang akan mengurusnya"Ujarnya.
"Kau kan Hyung kesayangannya"Yoongi berujar sangsi. Taehyung tersenyum bangga.
"Aku selalu memahami dirinya"Ujarnya menerawang ke depan.
°°°°°°°°°
Jinwoon menatap wanita didepannya itu tajam, Sementara si wanita hanya tersenyum pongah seolah memegang kendali keadaan.
"Kita sudah tidak ada hubungan lagi Hyuna, entah itu dikantor ataupun lainnya. Kumohon berhentilah mengusik keluargaku!" Jinwoon mengusak surainya frustasi, Hyuna merubah mimiknya wajahnya sendu.
"Kenapa? kenapa setelah aku memberikan cinta dan tubuhku padamu Jinwoon hiks" Hyuna menangis.
"Seharusnya kau sadar ... Kau hanya ku jadikan pelampiasan!"Jinwoon merunduk.
"Aku sadar, aku sangat mencintai istriku dan putra-putraku adalah segalanya untukku. Mengertilah"Jinwoon menghela nafas.
"Lupakan semuanya. Dan maafkan aku"Ujarnya berlalu darisana.
"Lupakan?? KAU b******k JINWOON"Teriaknya terisak.
"Bagaimana kalau aku hamil hiks hiks"Jinwoon menghentikan langkahnya.
"Gugurkan"Jawabnya tanpa berbalik lalu kembali melanjutkan langkahnya tanpa perduli wanita yang pernah menjadi kekasih gelapnya itu hancur dibuatnya.
▪
▪
▪
▪
Jungkook terdiam di ranjang pesakitannya, ingatannya kembali berputar pada apa yang telah menimpanya.
"Ayo ikut denganku dan aku akan membuat wanita dalam poto itu menjauhi ayahmu" Jungkook mengusap air matanya lalu menatap wanita itu penuh tanya.
"Seperti?"
"Membunuhnya mungkin"Anak itu membelalak kaget. Wanita itu tertawa mengerikan.
"Sebenarnya kau ini siapa?"Tanyanya serak. Wanita itu mendekat menatap tepat matanya.
"Malaikat pencabut nyawamu"Dan setelahnya wanita itu pergi dari hadapannya dengan tawanya yang menggelegar.
"Kenapa aku bisa berakhir dikamar mandi"Gumamnya.
"Kenapa setelahnya Aku tak mengingat apapun"Lagi! Dia bertanya entah pada siapa.
Jungkook menatap selang infus yang terpasang apik ditangannya. Lalu terkejut saat ponsel yang beberapa hari yang lalu dibelikan Jin untuknya bergetar disampingnya.
From; Unknown
Bukankah aku hebat? Aku bisa melakukan sesuatu yang diluar nalar manusia.
Jungkook bergidik ngeri.
"Wanita itu pasti memiliki ilmu hitam Iiiiiiiii"Dia menyembunyikan ponsel itu dibawah bantalnya. Lalu tersenyum lebar saat Bibinya masuk dengan Jimin dan Namjoon dibelakangnya.
"Sayang bagaimana keadaanmu heum?"Tanya wanita itu setelah memeluk dan mencium lembut pipi anak itu.
"Seperti yang Bibi lihat"Anak itu memanyunkan bibirnya.
"Tapi aku ditinggal sendirian Bi~"Jimin tertawa sementara Namjoon hanya geleng-geleng kepala.
"Ah~ keponakan kesayangan Bibi~~"Ujar wanita itu memeluk anak itu yang cemberut.
"Nanti Bibi jewer telinganya Taehyung. Tega sekali dia meninggalkan Adiknya yang tampan ini"Jungkook mengangguk lucu. Melepaskan pelukan Bibinya lalu merebut kasar kantong pelastik yang dibawa Jimin.
"Namjoon Hyung tidak bawa apa-apa?"Tanyanya menatap Namjoon membuat pemuda berlesung pipi itu mengernyit.
"Dasar~ Kalau tidak bawa apa-apa pulang saja sana. Hush! Hush!"Ujarnya membuat gekstur mengusir pakai tangannya. Namjoon melotot.
"Eommaku juga tidak bawa apa-apa"Sengitnya. Jungkook memasang tampang menyebalkannya.
"Bibi Jihyun beda. Dia sudah seperti Eommaku, Jadi dia bebas. Lagipula dia juga bawa obat penenang untukku"Jihyun dan Jimin tak bisa menahan tawanya menatap geli Namjoon yang terlihat sangat kesal.
"Bilang saja kau pelit.Dasar medit! Ku adukan Yoongi hyung baru tau"Namjoon cengo. Mengelus dadanya sabar. Ibu dan adiknya tak sedikitpun berniat membantunya.
"Dosa apa aku dimasa lalu hingga dikaruniai sepupu kelinci tengil seperti ini"Gumamnya. Jungkook yang baru saja sibuk membuka makanan yang dibawa Jimin melotot.
"Bibi~ Namjoon hyung nakal~"Dan selalu seperti ini akhirnya. Dimana jika mereka bertemu Namjoon yang selalu akan menjadi korban keganasan Ibunya karena Jungkook tentunya.
Terlepas dari semua itu. Jimin bisa bernafas dengan lega melihat anak itu tak sama sekali terpuruk dengan keadaan. Justru ia bersikap seolah tak terjadi apa-apa. Jimin belajar banyak darinya. Dia merasa dia semakin menyayangi adik sepupunya itu.
▪
▪
▪
▪
"Tidak hyung! Aku tidak bohong. Sungguh aku benar-benar tak mengingat apapun"Jungkook berusaha meyakinkan Yoongi yang terlihat sama sekali tak percaya ucapannya.
"Mungkin ada benarnya juga hyung. Itu bisa saja terjadi apalagi anak itu kan saat itu tengah emosional tingkat tinggi"Jungkook mengangguk membenarkan perkataan Namjoon. Sementara Yoongi menghela nafas berlalu darisana.
Jungkook menatap Namjoon dengan senyuman lebarnya.
"Baru kali ini kau berguna jadi sepupuku hyung hehe"Namjoon tak habis pikir dibuatnya. Ingin menghajar anak itu tapi tak mampu.
"Percayalah hyung ... Aku yang selalu membuatmu kesal, itu adalah cara ku menunjukkan kasih sayangku yang berbeda padamu"Namjoon tergugu. Sedetik kemudian dia mengusak surai anak itu sembari tersenyum lembut.
°°°°°°°°°°
"Belajar yang rajin, jangan nakal dan jangan sampai tertidur dikelas apalagi saat guru sedang mengajar"Taehyung hanya mendengus mendengar nasihat adiknya yang sok dewasa, lain hal dengan Jimin yang sedari tadi terus tertawa dibuatnya.
"Kau pikir aku sama denganmu"Hardiknya. Jungkook terkekeh.
"Lihat saja, suatu saat nanti guru yang menghukumku itu pasti akan menyesal. Untung aku baik hati, tidak mengadukannya pada Yoongi hyung"Taehyung mendengus. Seolah Hyung keduanya yang pemalas itu adalah yang paling peduli diantara mereka dimata adiknya.
"Dasar tukang adu hu~"Jimin mengejek.
"Biarin! Percuma punya Hyung calon polisi kalau tidak bisa di manfaatkan"Jimin dan Taehyung melotot. Sementara Jungkook sudah memegang perutnya sembari tertawa.
"Awas! Yoongi hyung tau, aku tidak akan membantumu"Ujar Taehyung. Jungkook menghentikan tawanya.
"Kau tidak akan bisa melihatku kesusahan hyung~ Aku kan adikmu satu-satunya hahaha" Taehyung dan Jimin menghela nafas.
"Sebaiknya kita langsung berangkat Jim ... Bisa gila aku menghadapi bocah bergigi kelinci ini"Jungkook memegang giginya.
"Yak!!!"
▪
▪
▪
▪
Yoongi membuka kasar pintu ruangan Ayahnya membuat Jinwoon yang berada didalamnya terkejut bukan main.
"Aku sudah tidak bisa lagi menahannya"Dinginnya melempar kasar poto-poto sang ayah ke wajah pria paruh baya itu. Jinwoon menatap shock poto-poto itu.
"Kenapa? Appa malu? kau tau, aku menemukan poto itu dimana?"Jinwoon menatap penuh bersalah putra keduanya itu.
"Kamar Jungkook"Dan lagi-lagi Jinwoon merasakan hujaman dihatinya.
"Yoongi-ah ... Appa berharap banyak padamu"Jinwoon berujar lirih. Yoongi malah tersenyum sinis.
"Appa salah, karena saat ini aku sedang berusaha mati-matian menahan tanganku yang gatal ingin memukul wajah tampanmu"Jinwoon menunduk, pasrah akan resiko kesalahan yang dibuatnya.
"Aku bukan Taehyung yang dengan terang-terangan memperlihatkan bagaimana bencinya dia padamu"Yoongi memalingkan wajahnya.
"Bukan juga Jungkook yang dengan mudahnya mau memaafkanmu"Yoongi terkekeh.
"Ah adikku yang bodoh itu memang hanya tau senang dan cara membuat orang lain senang hingga mencoba melupakan apa yang membuatnya frustasi nyaris mati karena ayahnya sendiri"Tajam dan menyakitkan. Begitulah Yoongi.
"Okay! aku beri Appa kesempatan karena aku masih menghormatimu sebagai ayahku"Yoongi menatap lekat mata ayahnya yang terdiam.
"Tapi jika kau mengulanginya"Tatapannya begitu mematikan.
"Aku bersumpah akan membawa Eomma,hyung,dan adik-adikku pergi jauh darimu. Meninggalkanmu merintih sendirian diMansion mewah itu dengan jutaan rasa penyesalan yang akan membuatmu mati perlahan."