"Tae ... Ambilkan adikmu piyamanya" Yoora berujar parau dengan tangan lentik yang membuka kancing satu persatu baju putra bungsunya yang di bagian dadanya sudah banyak bercak darah yang dimuntahkannya.
Setelah selesai, dia mengecup sayang kening putranya yang sudah tertidur akibat pengaruh obat. Kemudian dia menatap putra ketiganya yang nampak kacau dengan mata sembab yang menatap kosong ke arah sang Adik.
"Kita bicarakan semuanya besok" Yoora tersenyum manis.
"Eomma istirahatlah ... Aku yang akan menemani Jungkook" Ujarnya, Yoora tersenyum lalu pergi dari sana menyisakannya sendirian.
Taehyung menghela nafas akan semua yang menimpa keluarganya lalu masuk ke dalam selimut sang Adik dan memeluk tubuh adiknya erat.
▪
Jinwoon menatap kosong jauh keluar ... Pikirannya menerawang akan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu, menjadikan dirinya mengusak wajahnya kasar mengingat wajah kesakitan putra bungsunya.
Ceklek!
Yoora masuk kedalam kamar dan Jinwoon langsung bangkit untuk menanyakan keadaan putra bungsunya.
"Jungkook----
"Dia keracunan, tapi sudah tak apa ... Jin menanganinya dengan baik"Yoora menghela nafas panjang.
"Kau tidak mungkin berniat meracuni anakmu sendiri kan Jinwoon---
"YOORA!" Bentak Jinwoon, rahangnya mengeras dengan urat-urat di lehernya yang terlihat. Dia mengatur nafasnya menatap Istrinya yang merunduk.
"Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu hah?" Tak peduli seperti apa dirinya dimata istrinya sekarang karena suaranya yang bergetar. Jinwoon menahan mati-matian air matanya.
Dia memalingkan wajahnya mengusak kasar surainya dengan frustasi.
"Aku tidak tau kenapa ini semua terjadi" Dia berkacak pinggang dengan satu tangan yang memijit pelipisnya.
"Jungkook menelponku untuk dibelikan makanan kesukaannya dan aku tidak mungkin menolak" Jinwoon berjalan dan duduk di sisi ranjangnya.
"Aku membelinya ditempat biasa ... Yoora aku tak tau bagaimana bisa ada racun dimakanan itu" Yoora terkesiap menatap mata suaminya yang penuh luka.
"Maaf"Sesalnya dan Jinwoon hanya menunduk tanpa menanggapi.
°°°°°°°°°°
Yoongi masuk ke kamar adik bungsunya dan melihat anak itu sedang merengut dengan tatapan kosong keluar jendela kamarnya.
"Ada apa heum?" Ujarnya lembut membuat Jungkook spontan menoleh kearahnya yang sudah duduk ditepi ranjangnya.
"Hyung tak kuliah?" Bukannya menjawab, anak itu malah balik bertanya membuat Yoongi menghela nafas.
"Heum" Gumamnya. Jungkook mengangguk mengerti.
"Taetae hyung melarangku bertemu dengan Appa" Suaranya memelan dan Yoongi mulai mengerti masalah yang membuat Taehyung terdiam dari kemarin.
Yoongi bangkit berjalan mendekat dan mengusak surai anak itu lembut.
"Tidak apa ... Biar hyung yang bicara dengannya nanti" Jungkook mengangguk lesu.
"Aku bahagia memiliki Hyung" Yoongi memutar bola matanya malas.
"Hyung itu sebenarnya penyayang tapi sayang kebanyakan gengsi" Lalu menyentil pelan pelipis anak itu.
"Aku tau ... Disaat aku sakit sebenarnya hyung kan yang paling khawatir"Ujarnya menerka.
"Jangan kepedean!"Ketus Yoongi.
"Aku bahkan tak peduli kau sekarat sekalipun"Lanjutnya Namun diluar dugaan Jungkook justru menerjang tubuhnya untuk memeluknya.
"Aaaaaa Hyung aku makin sayang~"
▪
Taehyung baru pulang dari sekolahnya dan mendapati kakak keduanya tengah bersandar di pintu mansion seperti tengah menunggu seseorang.
"Taehyung bisa bicara sebentar"Ujarnya dan Taehyung hanya mendengus jengah.
"Kalau hyung mau membicarakan tentang Appa, maaf aku tak punya waktu"
"Taehyung!"Yoongi sedikit meninggikan suaranya dengan tangan yang menyeret paksa adiknya pergi ke kamarnya.
▪
"Sebenarnya kau kenapa sih?"Yoongi menatap lamat Taehyung yang tertunduk dihadapannya.
"Kau ada masalah, bilang!"Yoongi menghela nafas.
"Jangan sok kuat memendamnya sendirian ... Kenapa kau melarang Jungkook menemui Appa heum?"Taehyung masih setia bungkam.
"Kau tau sendiri kan dia sangat mematuhi perintahmu tapi kau malah melarang sesuatu yang----
"Aku melihat Appa memeluk wanita asing di kafe"Yoongi terdiam.
"Apa yang akan kau lakukan kalau seandainya kau jadi aku Hyung?"Taehyung tersenyum tipis.
"Aku sangat tau Jungkook sangat dekat dengan Appa karena itulah aku melarangnya. Aku tak mau di terluka"Yoongi mendekat.
"Itu hanya pemikiranmu saja saeng ... Mungkin wanita itu yang memeluk Appa duluan"Tahyung bungkam.
"Apa kau pernah mendengar penjelasan Appa?"Taehyung masih terdiam membuat Yoongi tersenyum tipis.
"Ayo ... Hyung antar ke Appa, kau harus minta maaf"Ujarnya menarik tangan Taehyung yang membeku.
°°°°°°°°°°
Jungkook berjalan masuk ke kamar orang tuanya dengan satu tangan yang disembunyikan di belakang tubuhnya. Yoora yang tengah beres-beres melihat kedatangan si bungsu yang terlihat sumringah memutar bola matanya malas.
"Sayang ... Eomma pikir kau cocok jadi tukang bunga"Ujarnya membalik tubuh sang anak dan mengambil sendiri bunga ditangan putranya itu membuat Jungkook mencebik kesal.
"Yah Eomma! Aku kan ingin membuat kejutan"Sungutnya, Yoora memasang ekspresi sok simpati.
"Dengan setiap pagi memberikan Eomma bunga ... Itu yang kau sebut kejutan?" Jungkook semakin merengut.
Namun ekspresinya tak berlangsung lama saat sang ayah keluar dari kamar mandi.
"Appa~"Pekiknya, dan Jinwoon hanya geleng-geleng kepala.
Padahal dari semalam putra bungsunya bermanja ria padanya setelah Taehyung menemuinya dan menyelesaikan peliknya bersama.
Dan sekarang, masih sangat pagi dan anak itu sudah datang mencarinya. Ini salah satu alasan kenapa ia sulit sekali meninggalkan kediamannya keluar. Dia tak pernah mau waktu dengan sang anak terbagi bahkan untuk tuntutan kerja sekalipun. Baginya kebahagian putra-putranya adalah prioritas utamanya apalagi si bungsu. Tipikal anak manja yang selalu haus kasih sayangnya.
"Jangan kepedean. Aku kesini mencari Eomma kok, iya kan Eomma?"Jinwoon terkesiap saat Jungkook bicara seolah tau isi hatinya dan Yoora malah tertawa geli dibuatnya.
"Bukan begitu sayang ... Astaga apa yang kau pikirkan?" Ujarnya mendekat hanya untuk mengecup sayang kening sang anak.
"Kau masih sakit? Tidak sekolah?"Tanyanya Jungkook tersenyum semangat.
"Sekolah dong! bahkan sepulang sekolah, aku,Jimin dan Taetae hyung sudah membuat janji untuk bermain basket bersama"Antusiasnya dan langsung mendapat cubitan dipipinya oleh Ibunya.
"Apa kau bilang tadi? Jimin?"Jungkook nyengir tak jelas.
"Maksudku Jimin hyung Eomma"Balasnya. Jinwoon terkekeh.
"Kau memang lebih tinggi darinya tapi dia tetap lebih tua darimu sayang ... Jangan diulangi"Ujarnya memperingati.
"Siap Big bos!"Yoora menatap anak itu seakan ingin menelannya hidup-hidup saking gemasnya.
▪
Dengan keringat yang sudah hampir membasahi tubuhnya, Jungkook memandang datar bola basketnya yang menggelinding jauh ke seberang jalan dan parahnya kedua kakaknya justru mengintrupsinya untuk mengambilnya seorang diri membuatnya mau tak mau berjalan kesana.
Dan bola itu menggelinding tepat di dekat ban mobil seseorang,
"Seperti mobil Appa" Gumamnya lalu berjongkok mengambil bola itu dan berdiri untuk melihat dari depan mobil kemudian membeku dengan tatapan kosong kearah dua penumpang mobil didalam.
Saat menyaksikan bagaimana Ayahnya sendiri tengah berpagut begitu panas dengan wanita yang beberapa hari lalu dikenalkannya sebagai bawahan sang ayah.
Puk!
Bola basket yang ditangannya terjatuh.
"Jung----
Taehyung dan Jimin yang menyusul anak itu begitu terkejut luar biasa saat mengitu arah pandang Jungkook.
Taehyung segera mendekat hanya untuk menutup mata adiknya yang langsung ditepis anak itu.
"Ini hanya mimpi burukku kan Hyung"Lirihnya masih dengan pandangan kosong ke dimana sang ayah yang belum sadar akan apa yang dibuatnya.
Taehyung hancur melihat air mata adiknya.
"Jungkook pulang!"Pintanya pelan, Jungkook menggeleng.
"HYUNG BILANG PULANG SEKARANG!!!" Dan bentakannya mampu membuat dua orang yang berada dalam mobil itu melepas cumbuannya.
Jungkook menghapus kasar air matanya lalu berlari menjauh darisana.
Dan Jinwoon tak kalah hancur akan perbuatan yang dilakukannya sendiri.
Dia dengan segera membuka pintu mobil untuk melihat seberapa benci putra ketiganya melalui tatapannya.
"Good Appa ... Dugaanku benar"Taehyung tertawa miris dengan air matanya lalu dengan langkah lunglai menjauh dari sana yang tentu langsung dikejar sang ayah namun harus terhenti karena ucapan Jimin.
"Paman ... Hari ini kau telah menghancurkan kedua Adikku"Jimin berlari mengejar Taehyung menyisakan Jinwoon yang menggeleng, air matanya sudah tumpah. Dia jatuh bersimpuh.
"b******k!! Apa yang telah ku lakukan hiks"
"Tuan-------
"JALANG PERGI DARI HADAPANKU SEKARANG!!!"
▪
Jungkook memeluk lututnya sendiri dengan isakan-isakan kecil yang terus keluar dari bibir mungilnya.
Tok! tok!
"Sayang ... Kau belum makan dari tadi, Kau kenapa heum? buka pintunya ... Eomma khawatir" Dia semakin memeluk lututnya erat saat sedari tadi Ibunya tak henti-hentinya membujuknya keluar.
"Kookie-ah ... Eomma mohon!"Rasa sakit di hatinya semakin menjadi saat mendengar nada cemas Ibunya.
"Pergi!"Lirihnya. Yoora terkesiap mendengar suara parau bungsunya.
"Sayang kau---
"Eomma biarkan aku sendiri!"Jungkook menggigit bibir bawahnya menahan tangis lalu berjalan ke balkon kamarnya.
Yoora berjalan menuruni anak tangga dengan raut yang tak bisa dijelaskan.
"Apa Taehyung masih belum pulang?" Tanyanya pada Jin dan Yoongi yang dari tadi menunggu di ruang tengah mansionnya.
"Belum"Jawab Jin pelan.
"Apa Jungkook belum mau keluar kamarnya?"Yoongi angkat bicara yang langsung dibalas gelengan lemah Ibunya.
"Apa mereka berdua sedang bertengkar ya" Gumam Jin yang langsung dibalas gelengan kepala oleh Yoongi.
"Kau tau sendiri mereka seperti apa hyung. Tak bisa jauh sedikitpun meski bertengkar pun paling tak sampai beberapa menit"Yoora mengangguk setuju. Lalu mereka berdua terkejut saat Jinwoon pulang dengan penampilan kacau luar biasa.
Yoora langsung menghampiri suaminya itu hendak bicara sebelum Jinwoon mendahuluinya.
"Dimana Taehyung dan Jungkook?"Tanyanya terkesan tak sabaran membuat Yoongi heran.
Yoora menunduk.
"Taehyung belum pulang sampai sekarang dan Jungkook mengurung dirinya dikamarnya" Jinwoon menunduk dalam mendengarnya.
▪
Jungkook menatap langit malam dengan tangan terkepal apalagi saat tiga lembar poto jatuh ditangannya.
poto sang ayah dan selingkuhannya.
"Apa maumu?"Tanyanya pada wanita yang selalu membayanginya sekaligus yang memberikannya poto-poto itu.
"Aku baik hati bukan ... "Wanita itu tersenyum misterius semakin menambah kesan seram dalam dirinya.
"Aku ingin memberikanmu sebuah penawaran"Wanita itu masih mempertahankan senyumannya.
"Ayo ikut denganku dan Aku akan membuat wanita dalam poto itu menjauhi Ayahmu"