Bab 29: Diklat

613 Words
* milik Andini yang sepertinya tidak berpenghuni, terlebih pintu depan yang terkunci semakin menguatkandugaan Aditya jika istrinya tengah bekerja dan ada jam terbang. Ia hendak pulang, akan tetapi sebuah pesan masuk ke dalam ponsel miliknya dan membuat dirinya tertegun sejenak. penampilan Andini berkali-kali lipat lebih cantik dan modis. Awal mentap wanita itu saat Andini lewat tepat di sebelah kursinya dan membantu seorang anak kecil yang kesulitan menggunakan sabuk pengaman. Tiara tampak mengangguk lalu ber o ria, ia menatap Andini yang ternyata sedari tadi memperhatikan dirinyan dengan Nafisah, niat jahil nya muncul untuk membuat wanita seperti Andini tersinggung dan sadar diri. "Oh ya, kok gak di antas Adit,Mba?" Tanya Tiara dengan sengaja menguatkan volume suaranya. Nafisah menatap ke arah Andini sejenak, ia menatap Tiara yang menunggu jawaban dari dirinya. "Iya, mas Adit mau ada penerbangan ke Batam, kemungkinan lusa baru bisa ikut ke Yogyakarta." Entah Tiara harus tertawa atau bagaimana, yang jelas ia sangat bersemangat sekali membakar amarah Andini begitu melihat wanita itu yang ternyata sedikit demi sedikit berjalan ke arahnya. "So sweet banget sih, Adit. Wajar sih kan, Mba, namanya istri sama suami dan suami sama istri, pasti romantis-romantisan mulu, beda lagi kalau selingkuhan terus jadi istri kedua, beh yang ada mau ke mana-mana takut ketahuan, mau makan aja kudu sembunyi-sembunyi pakai masker, udah kayak mafia aja." Sindiran Tiara yang ternyata sangat ampuh sekali membuat seorang Andini kepanasan. "Eh, maksudnya itu Mas Adit ada jadwal penerbangan ke Yogyakarta jadi sekalian." Tiara mengibaskan tangannya tanda tidak peduli. "Setidaknya dia ada niat mau ketemu sama bininya disela kesibukan jadwal terbang yang padat. Btw, saya pamit dulu yah, lagi tugas, see you next time, kalau ada kumpul bareng ngikut aja,safe flight Nafisa," ujar Tiara dengan tersenyum manis lalu berdecih tidak suka melihat Andini yang berjalan bersisihan di sebelahnya. "Kayaknya kita perlu bicara," ujar Andini begitu Tiara berada di sebelahnya, jelas saja ajakan dari Andini itu langsung disetujui oleh Tiara, sesampainya mereka di Bandar Udara Internasional Yogyakarta nanti. Melihat kepergian Tiara yang berhasil memancing emosinya membuat Andini menatap Nafiah yang juga tengah menatapnya dengan tajam. Pandangannya kepada sosok Nafisah langsug berubah setelah kejadian di rumah orang tua Aditya setelah pemakaman itu, ia menganggap Nafisah sebagai sosok wanita munafik yang berlindung di balik wajah polos dan sok alimnya itu, nyatanya Nafisah hanyalah seorang perebut dan juga perusak hubungannya dengan Aditya dan selalu playing victim seolah dirinya yang paling tersakiti. Kemarin Aditya, dan kini sahabat dekatnya Tiara yang berbalik malah memusuhi dirinya, padahal sedari dulu dirinya dengan tiara merupakan kawan karib yang sudah seperti kakak adik, tapi setelah Tiara tahu ia menjalin hubungan dengan Aditya yang saat itu sudah menikah dengan Nafisah, Tiara marah besar dan memerintahkan dirinya untuk memutuskan Aditya, dan ia sempat terhasut sehingga berulang kali meminta lelaki itu untuk menghentikan hubungan mereka. Dan sekarang , setelah semuanya terjadi, ia akan mengambil kembali hal yang seharusnya memang milik nya sedari dulu. Nafisah sendiri masa bodoh dengan apa yang sedang dilakukan oleh Andini, yang jelas dari tempat duduknya ia bisa merasakan jika wanita itu menatapnya sedari tadi, beruntung posisinya tidak berada di pinggir, ia sangat menghindari pertemuan dengan Andini untuk menghindari hal -hal yang tidak diinginkan. "Nafis, setelah sampai nanti tolong temani saya ke toilet umumnya," Nafisah menatap teman seprofesi yang duduk di sebelahnya dengan heran, bukannya di pesawa ada toiletnya ya? atau sekarang sudah tidak ada lagi? "Bu, seingat Nafis di pesawat ada toilet," ujar Nafisah yang membuat guru di sebelahnya meringis pelan. "Hehehe,,, saya tidak berani buang air di pesawat, takut nanti pas pesawatnya goyang-goyang saya akan jatuh dan terpental ke bawah." Nafisah terkekeh geli, ternyata tidak hanya dia sendiri yang merasa sangat takut saat menaiki pesawat, ada orang lain yang lebih parah dari dirinya ternyata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD