*Membaca Al-Qur'an lebih utama*
Setelah mengetahui jika Nafisah hampir mengetahui hubungannya dengan Andini yang sesungguhnya. Aditya menjadi lebih waspada dan menjadi privasi nya dengan baik agar tidak ada lagi kejadian seperti kemarin. Untung saja Nafisah itu wanita penyabar, jika tidak mungkin dirinya yang akan menyesal nantinya.
Saat ini Aditya tengah berada di sebuah rumah miliknya bersama dengan Andini. Rumah yang ia beli beberapa waktu lalu tanpa sepengetahuan Nafisah sang istri pertama.
"Mas, mau makan sekarang?"
Satu hal yang tidak pernah Aditya sangka adalah, istrinya Andini sudah berubah drastis. Bahkan wanita itu sudah bisa melayaninya dengan baik sebagaimana seorang istri biasanya. Wanita itu juga tidak lagi memaksanya untuk melakukan ini itu, menahan keinginannya untuk makan ini dan itu. Dan yang paling Aditya tidak sangka adalah Andini mendadak bisa memasak, padahal baru saja ia tinggal selama beberapa hari doang.
"Yang, sejak kapan kamu bisa masak?" Tanya Aditya begitu duduk di ruang tamu dan menyaksikan istrinya yang dnegan lihai berhubungan dengan minyak panas yang sedang menggoreng bakwan atas permintaan dirinya.
"Sejak beberapa tahun yang lalu, aku bisa masak . Cuma kemarin karena sibuk jadwal aja. Ini mumpung libur bisa aku manfaatin buat nyoba resep baru."
Aditya membuka mulutnya menerima suapan dari istri tercinta, dan memang rasanya sedikit aneh dan juga tidak seenak Nafisah, hanya saja masih layak dimakan. Dan Aditya menghargai itu semua, toh yang penting Andini sudah mencoba.
"Enak, Gak?" Tanya Andini penasaran. Aditya mengangguk mengangkat kedua jempolnya tinggi-tinggi.
"Enak, desert cafe mah kalah ini kalau sama buatan kamu." Puji Aditya membuat Andini tersenyum cerah.
"Makasih pujiannya. Jarang banget loh kamu muji .
“ Ngagetin aja sih, Yang. Aku piker siapa tadi tiba-tiba narik ponsel aku.” Aditya menatap Andini dengan heran. Istrinya hari ini berubah menjadi lebih menyebalkan sekali.
“ Apa salahnya liat ponsel suami sendiri, emang apa sih yang kamu liat, Mas? Sampe segitunya yang ngeliatin.” Andini melirik kea rah ponsel yang ada di genggamannya. Dan alangkah terkejutnya ia melihat apa yang sedari tadi dilihat oleh Aditya.
Foto Nafisah yang sedang tersenyum mengenakan pakaian seragam guru berwarna navi. Warna kesukaan Aditya dan memang benar Nafisah tampak lebih anggun, berwibawah, cantik dan senyumnya sangat manis, Andini saja sebagai seorang wanita mengakui jika Nafisah sangat manis, dan ia menyukai senyuman wanita itu. Apa mungkin suaminya bisa tidak mencintai Nafisah.
Aditya yang melihat sang istri terdiam sama sekali tidak memberikan komentar apa pun, menurutnya sudah sangat wajar dirinya menyimpan foto Nafisah, karena bagaimana pun, wanita itu tetap menjadi istrinya, dan ia suami dari Nafisah. Sangat tidak adil sebenarnya untuk Nafisah, wanita itu sama sekali