TBB 2 -Pulang

1072 Words
“Ini Dimana?” Allynna melihat sekeliling ruangan yang terlihat asing baginya. “Apa yang terjadi?” Allynna kebingungan karena di tubuhnya hanya melekat selimut tebal. Allynna mengingat-ingat apa yang terjadi pada dirinya dan hasilnya nihil. tidak ada satupun memori yang bisa memberitahunya mengapa dia berada di tempat asing dalam keadaan tidak berpakaian. Buru-buru Ally mencari pakaiannya dan memakainya segera. Meskipun badannya sakit dan kepalanya masih pening ia memaksakan diri untuk segera pergi, Sebelum ibu tirinya mengetahui jika dirinya tidak pulang semalaman. Efek alkohol memang mengerikan. Ally berjalan seperti orang kesetanan, menyetop taksi, dan segera pulang ke rumahnya. Di dalam taksi samar-samar ia mengingat jika semalam ia dipaksa oleh Belinda untuk menegak minuman beralkohol yang sama sekali belum pernah ia coba.  Belinda mengancam Allynna. Jika Ally tidak menuruti segala perintahnya ia akan menyebarkan fotonya kepada orang banyak. Ally yang ketakutan terpaksa meminum minuman yang tidak ia suka, khawatir semua orang tahu bagaimana tubuhnya yang tidak berbusana yang diambil diam-diam oleh Belinda di ruang ganti kampusnya. Belinda adalah adik tiri dari Allynna yang sering menindas dirinya. Belinda selalu membuat Ally tertekan dan memojokkan dirinya. Ally sebenarnya sudah bosan diperlakukan seperti itu oleh Belinda juga ibu tirinya, Citra. Sesampainya di rumah, Ally segera masuk. Ally melihat ayah dan ibu tirinya sedang menatap tajam ke arah kedatangannya. Sial, dia ketahuan tidak pulang semalaman dan itu karena ulah adik tirinya, Belinda. Plak. “Dasar anak durhaka, tidak tahu terima kasih!” Citra baru saja menampar Ally yang makin bingung dengan drama yang diciptakan oleh ibu tirinya itu. Citra adalah ibu tiri yang suka membuat drama menjadi tambah menjengkelkan. Hidup Ally tidak ada baik-baiknya sejak Citra masuk ke rumahnya. “Ally salah apa?” Allynna meraba dan memegangi pipinya yang sakit serta panas. “Bu, dia menjual tubuhnya kepada para p****************g. Kakak bahkan memaksaku untuk mengikuti kegiatannya yang suka mabuk-mabukan. Tapi semalam aku menolaknya. Aku sudah memaksa kakak untuk pulang tapi dia tidak mau dan malah mendorongku.” Belinda pura-pura meneteskan air mata. seolah-olah dirinya yang sudah dianiaya oleh Allynna, kakak tirinya. Allynna hampir tidak percaya jika adik tirinya sedang mengalami halusinasi yang sangat parah. Harusnya Ally yang menuntut pertanggung jawaban Belinda. Sial, dia ditipu sekaligus difitnah. “Itu bohong. Itu tidak benar!” Ally membela dirinya. “Berani berbohong kepada keluargamu sendiri? Bahkan kau tega dengan adikmu sendiri? Cepat minta maaf!” Ayah Allynna yang dari tadi diam, kini tampak murka. “Tidak. Belinda yang memaksaku ke diskotik. Dia yang memaksaku minum hingga mabuk. Dia…….” Ally menunjuk Belinda yang kini menangis sesengukan. “Cukup! Kau menuduh anakku yang jahat hanya untuk menutupi kesalahanmu? Sekarang coba jelaskan bagaimana kau bisa mendapatkan tanda mengerikan ini di lehermu?” Citra menjambak rambut Ally dan menekan lehernya hingga Ally kesulitan bernapas. “Bu, Hentikan! Kak Ally bisa mati, Cukup, Bu!” Belinda memisahkan ibunya dengan Ally. “Biarkan dia mati! Aku tidak pernah memiliki putri yang semengerikan ini. Tidak usah bela kakakmu lagi!” Ayah Ally menarik tangan anaknya menuju ke luar rumah. “Ayah, Ally tidak bersalah. Belinda memfitnahku!” Meskipun percuma, Ally tidak terima diperlakukan seburuk ini. “Tutup mulutmu! Sudah berani tidak pulang ke rumah. Jangan-jangan selama ayah ke luar kota kau pergi menjajakan tubuhmu?” “Ayah! Selama ini jadi seperti itu penilaianmu kepada anakmu sendiri?” “Ayah tidak percaya tapi terlalu banyak bukti yang membuatku kecewa kepada anakku sendiri.” Ayah Ally terlihat sedih. “Bukti yang mana? Bukti yang hari ini aku tidak pulang?” Allynna menyuarakan kejengkelannya kepada keluarga yang sudah tidak mempercayainya lagi. Kadang Ally sedih, untuk apa dirinya tetap berada di rumah jika tidak ada satu pun orang yang mengasihinya. Andai ibunya masih hidup … andai ibunya tidak dipanggil Tuhan … andai … “Lebih baik kau pergi! Ayah kecewa denganmu. Jangan pernah kembali jika hanya untuk mempermalukan keluargaku.” Ayah Ally berkata datar dan itu sudah cukup membuat Ally meneteskan air mata penuh kecewa. Satu-satunya keluarga yang ia miliki memilih mempercayai ibu tiri dan anak tirinya. Ini begitu menyakitkan bagi Ally yang menyayangi ayahnya. “Belinda memfitnahku. Dia yang jahat kepadaku.” Ally tidak terima, masih berusaha menjelaskan dengan air mata yang berlinang. “Pergi!” Citra melempar koper ke luar sambil mendorong tubuh Ally. “Dasar nenek sihir tidak tahu diri!” Ally memaki ibu tirinya untuk pertama kalinya. Ally sudah sangat jengkel dengan mulut manis ibu tirinya yang akan baik saat ayahnya ada di depannya dan jahat jika ayahnya tidak ada. Kali ini ayahnya sudah termakan dengan tipuan milik Belinda dan ibunya. Plak. Dani, ayah Ally menampar pipi putrinya, amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun. Ia sudah gagal mendidik seorang anak sehingga menjadi liar dan pintar berkata kasar kepada orang yang lebih tua. “Ayah lebih membelanya? … Aku di sini dijebak! Ini semua tidak benar! Aku difitnah!” Ally berteriak tidak terima. Dia tidak bersalah dan ayahnya sudah salah paham dengan dirinya. Dani yang tidak tahan segera meninggalkan mereka bertiga. Ally mengejar ayahnya tapi ditahan oleh Belinda. “Ayah! Ayah! … Ayah.” Ally memberontak dan didorong oleh Belinda hingga tersungkur. “Cepat pergi.” Kata Belinda kemudian. “Dasar menyusahkan.” Citra, Ibu tiri Ally menatap tajam Ally yang jatuh dan segera menarik anaknya untuk masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu. “Ayah! Ayah! Ayah!” Allynna menggedor pintu rumah yang sudah ia tinggali sejak dia masih kecil. Ally tidak terima diperlakukan seperti ini, “Aku tidak bersalah! Semua fitnah! Aku tidak bersalah!” Ally terduduk di depan pintu. Air matanya menetes lebih deras dan membuat beberapa orang yang berada di jalan raya mengintip sebentar ke arah pagar rumah keluarga Allynna. Sadar jika usahanya sia-sia, Ally memunguti baju-bajunya yang berantakan di halaman. Bahkan ibu tirinya sudah menyiapkan pakaian juga koper untuk mengusirnya. Tidakkah mereka mengingat jika sebenarnya mereka yang harusnya diusir bukan Allynna. Rumah ini adalah rumah milik ibu Ally yang meninggal. Mereka sangat kejam dan tidak bermoral. Segitu inginnya mereka mengusir dirinya. Ally tidak bisa membayangkan jika ayahnya yang lebih sering diam akhirnya memilih memihak kepada Belinda juga ibunya. Apakah ayah Ally buta jika kenyataan tidak seperti apa yang dilihat di permukaan? “Aku akan menuntut balas! Aku tidak mau mereka bahagia di atas penderitaanku!” Ally membulatkan tekadnya. Meskipun ia tidak tahu harus melakukan apa untuk membalas kejahatan mereka. Ally menghapus air matanya, dengan tenaganya yang masih tersisa ia mendorong koper ke jalanan dan meninggalkan rumah yang memiliki banyak kenangan indah sebelum kehadiran Belinda dan ibu tirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD