TBB 4-Tidak Mungkin Ally Mencuri

1048 Words
“Bekerja yang baik, siapa tahu setelah lulus sekolah di sini ada posisi yang kosong.” “Iya, Kak.” “Meskipun kaya, Pak Austin tidak sombong dan baik sekali kepada karyawannya. Sehingga orang-orang sangat menyayanginya. Aku pun rela menjadi b***k selamanya selama menemui atasan sebaik itu, Jen.” “Kau masih anak baru, Jadi belum banyak tahu. Aku sudah bekerja hampir lima tahun dan aku sangat menyukai pekerjaanku. Meskipun harus berdiri sepanjang hari tapi aku merasa dihargai di sini. Bos kita itu jarang-jarang ada di tempat lain. Aku bersyukur bisa bekerja di sini dan semoga akan berlanjut sampai nanti.” “Selama sebulan di sini aku senang magang di sini, Kak.” “Syukurlah kalau betah, kalau ada yang sukar atau ada sesuatu cerita saja. Jangan disimpan di dalam hati.” Lina menyarankan. “Iya, Kak. Terima kasih.” Lina dan Jenny melanjutkan kembali pekerjaannya. Sudah ada beberapa tamu yang menuju ke arah mereka. Sudah waktunya bagi mereka berdua untuk memberikan pelayanan terbaik yang bisa diberikan oleh Custis Hotel kepada pelanggan. Memang benar, bekerja di bawah payung Curtis Hotel memang sangat menyenangkan, karena persaudaraan dan persahabatan adalah nilai yang dibudayakan di tempat itu. Lina melihat beberapa rekannya yang tampak sibuk, pantas saja tadi Austin hanya menyapa dirinya dan Jenny yang sedang tidak melayani tamu. *** Matahari hampir tenggelam satu jam lagi, Ally belum juga mendapatkan tempat berteduh. Ia masih menyeret kopernya tanpa tujuan. Allynna tidak memiliki seorangpun yang bisa ia mintai tolong. Berkat ulah Belinda, Ally kehilangan satu per satu temannya. Allynna baru merasakan betapa merana hidupnya sejak ibunya meninggal lima tahun yang lalu. Meskipun sudah lelah, Ally tidak ingin menyerah. Ally harus segera berpikir untuk mencari tempat tinggal, tapi tanpa sepeserpun uang ia tidak akan mampu untuk menyewa tempat tinggal. Allynna menuju ke pusat kota, berharap di sana ia bisa menemukan tempat yang bisa ia gunakan untuk beristirahat. Paling tidak di sana adalah tempat yang ramai. Ia takut jika bertemu dengan orang jahat jika berada di tempat yang sepi. Kaki Allynna sakit. Ia belum mandi dan belum berganti pakaian. Allynna masih mengenakan dress semalam. Perut Ally sudah sangat lapar karena belum makan sejak pagi. Ia ingin makan, tapi tidak mungkin Ally mencuri. Makanan yang dijajakan oleh pedagang di pinggir jalan begitu tampak menggoda, Ally hanya mencoba bersabar. Setelah sampai di tempat yang ramai, Allynna mencari tempat duduk. Kakinya lecet karena high heels yang memang kurang nyaman jika digunakan untuk berjalan jauh. Tidak ada gunanya menangis, karena itu tidak akan pernah membuat dirinya terselamatkan. Sial, sebentar lagi malam dan Ally masih belum menemukan tujuannya. Ally melihat ponselnya yang hampir mati karena belum di-charge selama dua hari. Ini akan menjadi tragedi, karena ia hanya memiliki ponsel itu sebagai temannya. Mengingat soal teman, Ally jadi teringat kalau besok adalah upacara kelulusannya. Disaat seperti ini, Ally tidak memiliki keluarga yang bisa diundang ke acara wisudanya. Ally sampai tertawa tanpa suara dengan air mata yang menetes. Sadar menangis, buru-buru Allynna menyeka air matanya. Besok adalah hari bahagianya, tidak pantas jika dirayakan dengan air mata yang menyayat hati. Ally melihat seorang gadis kecil yang menyodorkan sebuah permen kepadanya tanpa suara. Anak itu masih sangat kecil dan tampak imut dengan dress merah penuh dengan gambar bunga. “Terima kasih.” Ally menerima pemberian anak kecil itu sambil tersenyum. “Kakak jangan menangis.” Kata anak itu terbata-bata. “Aku tidak menangis kalau diberi permen.” Anak kecil itu memperlihatkan tawanya yang menggemaskan karena gigi serinya yang terlihat rapi. Gadis kecil itu lalu pergi meninggalkan Ally. Setelah cukup lama memandangi permen yang ada tangannya, Ally malah menangis tersedu-sedu. Di dunia ini masih ada orang yang baik kepadanya. Buktinya anak tadi memberikan permen kepadanya disaat dirinya kelaparan. Ally membuka bungkus permen dan memakan permen rasa cokelat itu dengan penuh rasa syukur. Meskipun permen itu tidak menghilangkan rasa laparnya, itu adalah berkah untuk hari ini. Ally kembali menyeret kopernya untuk mencari tempat berteduh untuk malam ini. Ally akan pergi ke gereja untuk berdoa dan tinggal di sana sampai besok pagi. Jika memungkinkan ia akan meminta izin untuk menggunakan air agar dirinya bisa mandi. Ally melewati taman bermain dan menemukan kran di sana. Ally mendekat dan mencuci mukanya agar lebih segar, ia mengambil sedikit air dan meminumnya menggunakan tangan. Orang-orang melihat Ally dengan tatapan heran, karena dirinya terlihat bahagia sekali setelah bisa merasakan kesegaran yang menyapa kerongkongannya. Masih dengan muka yang basah, Ally melanjutkan perjalanannya. Tidak jauh dari Ally berada seseorang sedang melihatnya dengan penuh perhatian. Sudah satu jam pria itu mengikuti Ally tanpa mau mendekat. Ia hanya sibuk memainkan ponselnya. *** Langkah Ally begitu pasti untuk memasuki pelataran gereja. Tidak ada orang di sana, tapi tempat beribadah memang akan dibuka sepanjang hari. Penjaganya mungkin sedang beristirahat di rumah yang disediakan di dekat tempat ibadah itu. Ally menutup pagar yang baru saja ia buka. Taman kecil yang bersih dan hijau menjadi hal yang pertama untuk menyambut kedatangan Ally. Suasana begitu temaram karena hari sudah malam. Pelan-pelan Ally mendorong pintu besar yang terbuat dari kayu hingga terdengar bunyi yang menggema di ruangan besar itu. Suara langkah kaki Ally menjadi satu-satunya yang meramaikan suasana di dalam gereja. Ia duduk di barisan paling belakang dan berdoa di sana. Meskipun ia sudah lelah dan sangat lapar, hal pertama yang ia lakukan adalah berdoa, memohon agar ibunya ditempatkan di surga dan selalu dilimpahi kebahagiaan. Krieeeeeeet … Ally mendengar suara pintu yang terbuka, suara langkah terdengar kemudian dan kemudian terdengar lagi suara kursi yang bergeser. Lalu hening. Ada orang yang baru saja masuk dan orang itu mengambil posisi di dekat Allynna yang sedang berdoa. Ally sama sekali tidak terganggu dengan orang yang menempati kursi kosong di sebelahnya. Ketika Ally membuka matanya, ia menemukan seorang pemuda yang sangat tampan yang sedang berdoa. Pria itu memakai kemeja secerah langit di siang hari. Kulit wajahnya tampak bersih dengan hidung yang mancung. Bibir tipisnya terkatup sempurna, jangan lupakan rahang yang kokoh membingkai parasnya yang sudah seperti pangeran negeri dongeng yang turun ke dunia fana. Ally terjebak ketika pria itu membuka mata dan menatap ke dalam manik Allynna yang tampak sedang memperhatikan dirinya. Kesadaran Ally kembali ketika pria itu tersenyum dengan begitu manisnya. Ally sudah sukses mempermalukan dirinya sendiri dengan suara perutnya yang keroncongan. Ally tidak tahu harus disembunyikan kemana wajahnya yang sudah merona merah. “Mau makan malam bersamaku?” Pria itu menawari Ally untuk makan bersamanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD