My Cold Husband 19

1044 Words
Reza berjalan mengendap mendekati Jeni yang sedang menonton TV. Wanita itu terlihat sangat menghayati film yang ditonton. Setelah pembicaraan tadi siang entah mengapa Reza merasa Jeni menjaga jarak dengan nya. Lelaki itu duduk di samping Jeni tetapi tidak dihiraukan oleh wanita itu. Jeni yang sedang memakai piyama merah selutut itu meraih remot TV yang ada pada ujung meja tanpa berdiri. Reza memandang Jeni dari belakang dengan perasaan sedikit kesal karena diacuhkan. Setelah wanita itu duduk seperti semula, Reza menyelipkan tangannya ke belakang tubuh Jeni menyampirkan nya ke pinggang ramping itu. Reza memandang Jeni dari samping karena merasa tidak ada penolakan. Reza melihat ke arah lain dengan napas memburu. Kenapa Jeni sekarang terlihat menggoda dengan piyama satin berwarna merah dengan panjang sepaha itu. Ditambah rambut wanita itu yang tergerai indah. Reza memeluk pinggang Jeni erat meletakkan dagunya pada bahu Jeni sambil merapikan rambut Jeni yang menghalangi penglihatannya. Reza menghembus-hembuskan napas nya ke leher Jeni membuat tubuh Jeni spontan bereaksi kaget walau tidak terlalu kentara. Lelaki itu semakin gencar meniup-niup leher Jeni ketika melihat tubuh gadis itu menegang. Tangannya bergerak mengelus halus pinggang Jeni beraturan dari atas ke bawah. Jeni beberapa kali terdengar menghela napasnya. "Ke kamar yah," pintah Reza dengan suara pelan. Jeni menoleh menatap wajah Reza yang sangat dekat dengan wajahnya. Wajah lelaki itu memerah dengan mata sayu. Jeni sedikit menjauhkan wajahnya saat merasakan napas hangat Reza memberat menerpa wajah nya. "Ga tahan," Reza menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jeni. Jeni berusaha mati-matian menahan tawanya mendengar perkataan Reza. Dirinya bukan tidak mengerti apa yang tadi lelaki itu lakukan padanya. Dia bukan gadis polos yang tidak tau maksud suaminya itu. "Dia yang mancing dia juga yang kepancing," Jenj tidak tahan melihat Reza yang merengek-rengek padanya. "Mau ngapain ke kamar?" Tanya Jeni sok polos. Reza menggelengkan kepalanya sambil tangannya menjalar kemana-mana. Jeni terlonjak saat tangan lelaki itu sudah nangkring di dadanya. "Aku ga tahan Jen," Reza menggerakkan tangannya pada d**a Jeni. "Kenapa ga tahan?" Jeni mencoba biasa saja. Reza menegakkan kepalanya menatap wajah polos Jeni yang sangat cantik di matanya. Tatapan lembut Jeni semakin membuatnya tersiksa. "Hayo lagi ngapain," Naswa muncul entah darimana. Jeni gelagapan langsung mencoba melepas tangan Reza yang melingkar di perutnya. Wanita itu menatap Reza dengan mata melotot saat tangan lelaki itu tidak bisa dilepaskan. "Kalau mau ena ena ke kamar sana. Jangan di sini bikin mata gua ternodai aja," Naswa berlagak menutupi matanya padahal cewek itu mengintip di sela jari-jari nya. Jeni menatap Naswa sedikit tidak terima diledek oleh sepupunya itu "terus apa kabar sama lo yang pergi pagi pulang malam?" Pertanyaan Jeni membuat Naswa tidak bisa berkutik. "Lagaknya kaya ibu yang cari nafkah buat lima anak di rumah," Jeni menatap Naswa dari atas sampai bawah. "Gua aduin baru tau rasa lo." Jeni memekik saat Reza tanpa aba-aba menggendong dirinya langsung menaiki tangga menuju kamar mereka. Plak "Kamu ngapain sih?" Tanya Jeni heran. "Mau bikin Reza junior," ucap Reza ringan. "Hah?" Reza langsung meletakkan tubuh Jeni di tengah-tengah ranjang dan langsung menindihnya. Jeni yang posisinya di bawa menahan napas nya melihat wajah Reza yang sangat dekat dengan wajah nya. Ini kali kedua mereka melakukan nya. Reza melakukan sentuhan kecil untuk menggoda tubuh kecil di bawahnya yang terus menggeliat menerima sentuhannya. Reza meraih selimut untuk menutupi tubuh mereka yang sudah polos lalu melanjutkan kegiatan panas mereka hingga subuh tanpa mau memberikan Jeni istirahat. Setelah tidur tidak sampai satu jam mengistirahatkan tubuh nya Jeni terbangun. Wanita itu mencoba menggerakkan kakinya pelan saat merasakan tubuh nya lemas tak bertenaga. Ia mencoba untuk duduk bersandar pada kepala ranjang beriringan dengan Reza yang keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk melingkar di pinggang lelaki itu. "Sudah bangun?" Reza mendekati Jeni yang duduk bersandar. "Mau mandi sekarang?" Tanya Reza tetapi tidak dihiraukan oleh wanita itu. Jeni membuang wajah nya kesal "puas kamu?" Reza terkejut saat melihat mata istrinya yang memerah seperti ingin menangis. Lekaki itu duduk di pinggir ranjang masih mengenakan handuk. "Kenapa?" Bingung Reza melihat Jeni yang sudah mengeluarkan air mata. "Puas kamu bikin tubuh aku mati rasa kaya gini?" Pekik Jeni. "Pergi aja sana ke kantor. Ga usah nanya nanya," Jeni kembali berbaring menutupi seluruh tubunya sampai kepala menggunakan selimut. Reza naik ke atas ranjang masuk ke dalam selimut dan berbaring di sebelah Jeni. Lelaki itu memeluk tubuh Jeni. "Perlu ke rumah sakit?" "Kamu gila?" Tanya Jeni mengeluarkan kepalanya dari selimut. "Biar diperiksa," polos Reza. Jeni menatap Reza nyalang lalu mencoba bangun keluar dari selimut dengan tubuh polosnya "dasar sinting." Reza sedikit panik saat melihat Jeni keluar dari selimut dengan kondisi tubub polos. Wanita itu dengan susah payah menyeret kakinya menuju kamar mandi. Dalam hati ia tidak henti-hentinya mengumpati lelaki yang sedang duduk di atas ranjang memandangi dirinya tanpa sedikitpun mau membantu. Reza hanya bisa terdiam melihat Jeni yang berjalan pelan menuju kamar mandi. Yang jadi salah fokus lelaki itu adalah tubuh Jeni yang hampir penuh dengan kismark yang sudah pasti itu karya miliknya. Beberapa kali Reza meneguk liur nya melihat betapa indahnya tubuh yang sedang berlalu di depannya itu. Reza terlonjak kaget saat pintu kamar mandi dibanting. Di dalam kamar mandi Jeni merendam tubuhnya di bathub dengan air panas membuat tubuhnya sedikit lebih rileks. Dengan wajah tertekuk Jeni memejamkan matanya yang memberat membuat wanita itu terlelap. Naswa berkali-kali mengetuk pintu kamar Jeni tetapi tidak mendapatkan sahutan dari dalam kamar. Dengan berani cewek itu memutar handle pintu dan ternyata tidak terkunci. Naswa berjalan masuk ke dalam kamar tetapi tida mendapati Jeni. Tadi Reza bilang Jeni sedang mandi. Naswa inisiatif memeriksa ke dalam kamar mandi dan untungnya pintu tidak dikunci. Naswa berjalan sambil memanggil nama Jeni berkali-kali. Tepat di ujung Naswa berhenti menatap tirai putih. Tangannya menyingkap tirai itu dengan pelan. Betapa terkejut nya dirinya melihat Jeni yang memejamkan matanya di dalam bathub. Naswa mengguncangkan tubuh Jeni tetapi tubuh sepupunya itu tidak merespon sama sekali. "Jen," Naswa menepuk pelan pipi Jeni yang nampak pucat. "Jeni," sekali lagi Naswa mengguncangkan bahu Jeni. Cewek itu menggigit jarinya pelan. Naswa langsung mencoba menghubungi nomor Reza tetapi tidak diangkat. Setelah mencoba sekitar sepuluh kali Naswa menyerah. Ia beralih menghubungi Adit agar segera datang. Naswa menatap cemas wajah Jeni yang terlihat sangat pucat. Dengan cepat Naswa mengambil handuk setelah mengeluarkan air di dalam bathub. Dengan susah payah cewek itu memakaikan baju yang diambilnya secara acak pada tubuh lemah Jeni yang seperti jelly.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD