10. Woman in Black

3845 Words
    Waktu pun bergulir begitu cepat, suasana bahagia terus membanjiri mansion mewah milik Fredrick Van Der Lyn. Suara rengekan bayi, teriakan Leonard dan tawa riang Letty terus menghiasi rumah mewah ini.     Fredrick dan Elena sangat bahagia telah di anugerahi tiga orang anak. Fredrick terus menjalankan bisnisnya, baik bisnis permatanya dan bisnis ilegalnya. Semua musuhnya takluk seketika di hadapan Fredrick kecuali seseorang bernama Marthin Oliver. Dia masih terus berusaha mengungkapkan kepada publik bahwa Fredrick memiliki bisnis ilegal. Dia bahkan menghasut CIA untuk memata-matai Fredrick namun, bukan Fredricksen Van Der Lyn jika dia tidak bisa mengetahui sesuatu yang mengancam bisnis ilegalnya. CIA yang di tugaskan Oliver tewas dalam misinya. Bahkan tak ada seorangpun yang tahu dimana Fredrick membuang jazadnya. Fredrick tidak akan pernah perduli dengan nyawa seseorang. Baik bawahannya ataupun nyawa dari musuh-musuhnya. Mati mengenaskan adalah hukuman bagi mereka yang berani mengusik Fredricksen Van Der Lyn.     Sang bos besar terus memperkokoh sistem keamanannya. Dia mampu menjalankan bisnis ilegalnya tanpa mengungkap dirinya. Seluruh petinggi dan polisi yang menerima suap dari kepala sindikat paling terkenal kejamnnya itu, tidak pernah mengetahui siapa sosok di balik siluet Black Glow sebab, anak buah Fredrick adalah orang-orang yang rela mengorbankan nyawa mereka demi  menutupi identitas bos besar mereka. Nama Fredricksen Van Der Lyn semakin melambung saat kerajaan bisnisnya semakin membesar. Orang-orang hanya melihatnya sebagai seorang pengusaha tampan yang terkenal oleh senyum hangat dan kepiawaiannya dalam mengurus dan memanjakan anggota keluarganya. Sweet husband, hot daddy, itulah juklukan yang di berikan orang-orang yang begitu menyanjung sifat Fredrick. Namun, tidak ada yang tahu jika sosok loving father itu sebenarnya adalah seorang monster yang begitu di takuti oleh mereka yang terlibat dengan Black Glow.           Di sisi lain,      Letty mulai tumbuh menjadi gadis dewasa, parasnya cantik dan elegan bak Dewi Yunani.  Dia semakin kuat dan tangguh. Dia terus berlatih setiap hari. Hingga tiba waktunya dia mengalahkan pamannya, Lucas dalam pertarungan Judo.     Letty menguasai mixed matrial art yang di wariskan pamannya saat berumur enam belas tahun dan di umurnya yang sekarang, dia semakin mahir menggunakan senjata.     Letty Van Der Lyn, di bentuk menjadi seseorang yang tangguh dan tak terkalahkan. Bahkan Chester harus mengakui kehebatan majikannya. Dia bahkan melebihi kehebatan Chester dalam banyak hal. Letty mudah menyesuaikan diri dan dia dapat memprediksi situasi yang akan dia hadapi.     Taktik dan strategi selalu dia gunakan saat berlatih. Letty menganggap latihan sebagai permainan. Apa pun yang terjadi saat latihan di anggapnya sebagai permainan belaka tak peduli apakah itu akan mengancam nyawanya atau nyawa lawannya. Dia telah benar-benar siap untuk menjadi penerus bisnis Fredrick namun, Fredrick belum memberitahu Letty tentang tujuannya melatih Letty menjadi wanita yang kuat bak mesin pembunuh.     Fredrick masih merahasiakan bisnis ilegalnya dari Elena. Tanpa sepengetahuannya, sebenarnya Letty sedang membuat jalan hidupnya sendiri. Letty yang begitu terobsesi dengan toko heroic yang ada di film superhero favoritnya, mulai mendambakan dirinya menjadi agen rahasia agar supaya dia bisa menangkap kawanan penjahat yang berkeliaran di luar sana.     Letty yang polos dan belum mengerti apa pun malah memiliki tujuan hidup yang bertolak belakang dengan kehidupan ayahnya.             Sepuluh tahun kemudian  . . .        "Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday.. Happy birthday Letty … wuhu …."      Letty menutup mulutnya ketika penutup matanya telah di lepas dan dia melihat banyak orang telah berkumpul di beranda rumahnya. Mereka semua menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Dia sangat bahagia, terutama saat melihat ruang utama mansion mewah yang telah di dekorasi dengan pernak-pernik ulang tahun yang di dominan warna hitam putih sesuai warna kesukaan Letty.     Keluarga besar Van Der Lyn juga berada di sini, termasuk para pengawal dan pelayan rumah mewah ini. Mereka sengaja belum tidur dan membuat pesta kejutan untuk Letty. Fredrick orang paling bersemangat saat merencanakan pesta ulang tahun putrinya, dia juga yang sedari tadi membunyikan terompet dengan antusias.      "Selamat ulang tahun, gadisku," ucap Fredrick. Dia mencium pipi putrinya. Elena lalu menyusul bersama kedua adik Letty. Paman dan bibinya juga tidak mau ketinggalan beserta sepupu Letty, Canadia.      "Selamat ulang tahun, nyonya muda, selamat bertambah tua," ucap seseorang dari balik kerumunan para pelayan mansion mewah ini. Letty yang awalnya terlihat ceria tiba-tiba cemberut. Dia menatap tajam seseorang dari balik kerumunan para pengawal Fredrick. Sontak para pengawal Fredrick membuka jalan membiarkan seorang pria dengan setelan jas kasual berwarna hitam menampakan dirinya.     Pria itu tersenyum sambil membawa sesuatu di belakang punggunya, dia berjalan menghampiri Letty.     "Untukmu, nyonya muda." Lelaki itu memberikan sebuket bunga mawar putih kepada Letty. Letty yang awalnya cemberut kembali tersenyum saat menerima sebuket mawar putih yang di bungkus dengan pita hitam.     "Terima kasih, Cade," ucap Letty. Kemudian dia memeluk Chester dan mencium pipinya gemas.     "Ehem …." Fredrick berdehem. Chester langsung menarik diri dari pelukan Letty dan membungkuk pada Fredrick.     "Maafkan atas kelancangan saya, tuan besar." Chester merasa bersalah padahal Letty-lah yang menciumnya. Fredrick terkekeh melihat tingkah Chester.     Di saat semua orang tengah bergembira di dalam mansion, tiba-tiba terdengar bunyi klakson mobil yang cukup keras. Asalnya dari luar mansion. Letty mengerutkan dahi saat mendengar bunyi klakson mobil tersebut.     "Siapa itu?" tanya Letty. Fredrick hanya menaikan kedua bahunya.     "Lihat saja sendiri," ucap Elena.     Letty yang penasaran akhirnya mulai mengambil langkah. Dia berjalan meninggalkan orang-orang di dalam mansion. Bahkan karena sangat penasaran Letty sampai mempercepat langkahnya.     "Oh my God?!" Letty membulatkan matanya. Mulutnya menganga tanda ketidakpercayaannya akan sesuatu yang tengah terparkir di depan matanya.     "Oh my God, mommy, daddy …," teriak Letty. Kemudian Fredrick beserta seluruh orang yang berada di dalam berjalan keluar menghampiri Letty.     "Daddy, apa ini?" tanya Letty histeris.     "Itu mobil sayang," ucap Fredrick santai.     "Ya, maksudku ferrari F6?" Letty menggelengkan kepala sambil menunjuk mobil sport di depan matanya. "Ini mobil sport keluaran baru, oh my God, daddy…." Letty masih menggeleng tidak percaya.     "Itu milikmu, sayang," ucap Fredrick.      Letty kembali berteriak kegirangan. Dia berlari ke pelukan Fredrick dan memeluk erat ayahnya sambil mencium pipi Fredrick dengan gemas.      "Oh Daddy, you're awesome. I love you Dad," Letty begitu senang, bahkan terlampau senang saat tahu bahwa mobil sport yang harganya jutaan dolar dan limited edition itu ternyata kado ulang tahun dari ayahnya.     "Apa kau akan terus mencium Daddy di depan Cade?" sindir Fredrick. Letty menaikan setengah alisny/a, lalu melirik kecil ke arah Chester. Yang di lirik membuang muka karena malu.     "Apa perduliku, aku begitu bahagia hari ini. Aku ingin terus memelukmu dad," ucap Letty. Dia tidak mau melonggarkan pelukannya pada ayahnya.     "Kau tahu, sebenarnya Mommy-lah yang memilih mobil itu, apa kau hanya akan berterimakasih pada Daddy?" ucap Elena sambil melipat tangannya di d**a.     Letty memasang wajah bersalah. Dia menarik dirinya dari pelukan ayahnya. Menatap ibunya sambil memayunkan bibirnya dramatis.     Letty perlahan mendekatkan dirinya. Berdiri di depan Elena lalu menatap mata ibunya sambil tetap mempertahankan ekspresi sedih yang di buat-buat. Sedetik kemudian, dia meraih tubuh Elena lalu memeluknya.     "Thank's, mom. Kau memang ibu yang terbaik dan termodis sedunia, kau juga sama limited edition seperti mobil baruku," ucap Letty. Dia mencium pipi ibunya. Elena terkekeh kecil saat Letty sengaja menempelkan bibirnya dengan gemas di pipi Elena.     “Sudahlah.” Elena mendorong pelan tubuh putrinya.     Letty tersenyum lalu dia melirik lelaki remaja yang sedang berdiri di samping Elena.     "Tolong jangan cium aku. Aku pria dewasa, pacarku akan cemburu nanti." Pria itu Leonard, adik Letty. Dia mengangkat tangannya sambil memalingkan wajahnya. Pria itu menolak keras tindakan yang akan di lakukan kakaknya. Namun, bukannya mendengar, Letty malah sengaja mencium pipi Leo bahkan dengan sangat gemas.     "Lepaskan!" Leo mendorong pelan tubuh Letty. Dia kesal jika kakak dan ibunya mencium pipinya. "Kau seperti Mom. Mengapa kalian selalu menciumku. Aku sudah dewasa, hanya pacarku yang boleh mencium aku," gerutu Leo. Letty tertawa geli melihat tingkah adiknya.     Lenox yang berumur sepuluh tahun hanya menatap kedua kakaknya dalam diam.     "Kakak, kau boleh menciumku, aku suka di cium. Benarkan Cana?" ucap Lennox. Dia melirik sepupunya Canadia, yang dilirik hanya mengangguk tanda setuju. Letty berjongkok di depan adik dan sepupunya kemudian mencium mereka gemas.      "Dad, bulan depan aku ulang tahun. Aku ingin kau menghadiahkan aku Lamborghini,” ucap Leo yang tampaknya juga menginginkan hadiah mewah seperti kakaknya.     "Jika kau bisa mengalahkan aku dalam pertarungan jujitsu aku akan langsung membelikanmu mobil sport itu tanpa menunggu hari ulang tahunmu," ucap Fredrick.     Leonard berdecak kesal sambil membuang mukanya. “Sial, daddy selalu tahu kelemahanku. Aku harus berlatih lebih keras agar aku bisa segera memiliki mobil sport it,” Batin Leo. Leo tertawa sinis pada Fredrick.  "Tidak masalah, aku menantang Daddy bertarung minggu depan," ucap Leo lantang dan mantap. Fredrick tersenyum menanggapi ucapan Leo.     "Oke oke, kalian akan terus berdebat?" sergah Letty yang merasa terabaikan.      Fredrick melipat kedua tangannya di d**a lalu beralih menatap putrinya yang hari ini sedang merayakan ulang tahunnya. "Aku masih punya satu kejutan lagi untukmu, nak," ucap Fredrick.      "Uwhh … aku tidak sabar, tunjukan padaku," ucap Letty. Kemudian Fredrick mengangkat tubuh Letty dan menggendongnya seperti anak kecil.     "Oh my God …, kau keterlaluan, Dad. Aku akan membunuhmu, turunkan aku." Letty memberontak di atas pundak kekar ayahnya.     Semua orang yang melihatnya menertawai mereka. Letty mengubur wajahnya yang memerah di pundak ayahnya. Dia terus meronta-ronta namun Fredrick tidak mempedulikannya. Dia terus membawa Letty hingga ke kolam renang dan menceburkan dirinya bersama Letty ke dalam kolam.     "Oh my God …!" Letty kembali berteriak saat tubuhnya merasakan air dingin di dalam kolam. Di sekitar kolam sudah di pasang begitu banyak lilin. Arena kolam juga sudah di sulap Fredrick sedemikian rupa membuatnya sangat indah. Semua orang yang tadinya di depan rumah, langsung menuju ke area kolam, tempat Fredrick dan Letty berada.      Letty masih terkejut dengan semua kejutan yang di buat ayahnya. Lalu, tiba-tiba bunyi petasan menggema memenuhi mansion mewah milik Van Der Lyn. Semua orang begitu menikmati pesta kejutan yang di buat Fredrick dan Elena untuk putri sulung mereka. Rumah mewah ini benar-benar ramai. Walau hanya keluarga dan kariyawan Fredrick tapi, ulang tahun ke tujuh belas Letty benar-benar di buat dengan sangat meriah hingga mereka semua tidak sadar waktu sudah menunjukan pukul satu dini hari.                 *****       Pesta terus berlanjut. Semua orang berkumpul di halaman belakang. Para pelayan sibuk  membuatkan barbeque bagi semua keluarga dan kebanyakan adalah anak buah Fredrick. Mereka tampak sangat gembira di halaman belakang. Fredrick dan Letty langsung bergabung setelah mengeringkan tubuh mereka dan mengganti pakaian mereka.     Letty memanjangkan lehernya. Matanya sibuk menyapu pandangan di sekelilingnya, mencari seseorang dari balik kerumunan.     “Cade …,” panggilnya saat matanya menemukan objek yang sedari tadi di carinya.     Letty berjalan menghampiri Chester yang tampak menyendiri dengan segelas sampanye di tangannya. Chester membungkukkan badannya saat Letty hampir berada di depannya.     “Kita sudah bersama selama sepuluh tahun, kapan kau akan berhenti membungkukkan badanmu padaku. Apa pinggangmu tidak sakit?” Letty memutar bola mata sambil melayangkan tangannya ke udara. Chester hanya tersenyum menanggapi keluhan majikannya.      "Tapi, terima kasih untuk mawar putihnya. Itu indah,” lanjut Letty memuji.     Chester terkekeh. "Itu tidak seberapa dengan mobil mewah pemberian ayahmu," ucap Chester. Letty menggidikan bahunya.     "Serius Cade, aku juga menyukai hadiahmu. Setidaknya itu masih terlihat manis dari pada wing chun pemberian Leonard.” Letty menggelengkan kepala.     "Awalnya aku juga ingin menghadiakanmu samsak," ucap Chester. Letty langsung melototi Chester.  "Tapi, setelah kupikir lagi, itu tidak romantis. Aku ingin memberimu sesuatu yang romantis," lanjutnya. Mereka saling menatap lalu tiba-tiba mereka terkekeh bersamaan. Entah apa yang lucu hingga membuat mereka terkekeh tapi, Chester menangkap sesuatu di bibir Letty saat dia tersenyum. “Damn! Jika kau bukan majikanku, sudah ku lumat bibir seksimu,” batin Chester.     Letty langsung memutar matanya menatap Chester dengan tatapan sinis. "Hentikan pikiran cabulmu Cade, itu tidak akan terjadi,” ucap Letty saat mengetahui isi pikiran Chester.     Chester tampak kaget. Dia balik melototi Letty. "Serius? Kau membaca pikiranku, lagi?” ucap Chester.     Letty menaikan kedua bahu sambil memayunkan bibirnya tampak tidak peduli dengan ucapan Cade.     "Ayo." Letty menarik tangan Cade.     "Wait wait … aku belum siap." Entah apa yang sedang di pikirkan Chester saat dia menahan tangan Letty yang sedang berada di pergelangan tangannya. Letty berhenti, dia berbalik dan menatap tajam Chester.     "Apa kau berpikir aku akan mengajakmu bersenggama?" ucap Letty dengan nada sarkastik. Letty berdecak kesal. "Aku hanya ingin kau menemaniku mencoba mobil baruku,” lanjutnya.      Chester berdecak kesal. Dalam hati dia merutuki dirnya yang dengan lancang bisa berpikiran seperti itu kepada majikannya sendiri.     Letty terkekeh. Di satu sisi dia senang, akhirnya ada sesuatu yang bisa membuat Chester bisa sedikit bersikap santai padanya. Chester sangat jarang bersikap santai pada Letty dan itu kadang membuat Letty kesal oleh sifat canggung Chester.      "Ayo, sebelum ayahku melihat kita." Letty menarik tangan Cade. Mereka diam-diam mulai meninggalakan kerumunan dan menyelinap menuju halaman depan tempat mobil sport Letty terparkir.     "Bantu aku mencabut pita-pita sialan ini, Cade," perintah Letty. Mereka berdua langsung mencabut pita yang terpasang di mobil sport itu dan tanpa berlama-lama Letty langsung masuk dan duduk di belakang kemudi sementara Cade duduk di kursi penumpang.     "Anda serius, nyonya muda?  Ini tengah malam. Sebentar lagi akan pagi. Anda juga butuh istirahat untuk sekolah besok." Cade berusaha menasihati majikannya namun Letty terlampau penasaran dengan mobil barunya.     "Diamlah, Cade. Ikuti saja aku. Oke," tukas Letty.     Chester tidak dapat membantah lagi. Menurutnya percuma saja berdebat dengan majikannya yang keras kepala.     Letty mulai menyalakan mesin mobilnya dan dalam hitungan detik Letty sudah menancap pedal gas. Dia sengaja membawa mobilnya perlahan sebelum mobilnya melewati gerbang utama  sambil terus berharap ayahnya akan menikmati pesta di dalam dan tidak akan menyadari jika putrinya telah melarikan diri dari pestanya hanya untuk memenuhi rasa penasarannya.      "Kau tahu Cade, mobil ini dapat melesat dengan cepat. Mobil ini memiliki mesin 6.2 lie V12 yang mampu mengeluarkan 740 hourse power," ujar Letty. Cade hanya mengangguk menanggapi ucapan Letty. "Aku ingin membuktikan bahwa mobil ini dapat melaju dengan kecepatan 60 mph dalam waktu 3.1 detik. Pasang sabuk pengamanmu," lanjutnya. Dia begitu antusias ingin mencoba mobil sport barunya.     "Selamat tinggal bumblebee, maaf mengecewakanmu," gumam Letty. Dia berucap selamat tinggal untuk mobil chevrolet camaro berwarna kuning miliknya. Mobil yang sempat membuming karena kehadirannya di film Transformers, mobil kesayangan Letty yang di hadiakan ayahnya saat berhasil mengalahkan Chester dalam pertarungan karate mereka tahun lalu. Dan kali ini, Fredrick kembali menghadiahkan sebuah mobil yang jauh lebih mahal dari mobil Letty sebelumnya.     Letty mulai memacu mesin mobilnya saat mobil mewahnya keluar dari kawasan Manhattan.     "Woohoooaaa ...," teriak Letty.     Tidak peduli seberapa dingin sekarang. Hembusan angin malam tidak membuat Letty mengurungkan niatnya. Angin dingin yang menusuk-nusuk kulitnya yang di balut dengan skinny dress berwarna hitam, malah menambah adrenalinnya untuk semakin mempercepat mobilnya. Letty kelewat antusias dan bahkan dia sangat gembira ketika kakinya menginjak pedal gas dan speedo-nya hampir mencapai garis akhir.     "Kau menikmatinya, nyonya muda?" tanya Chester yang sedari tadi hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan majikannya.     "For the God sake, it's very awesome, Cade. I love this car," ucap Letty antusias.     Chester terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. “Kemana kita akan pergi?” tanya Chester.     Letty mengulum bibirnya cukup lama sebelum sebuah kota tercetus begitu saja di pikirannya.     “Pennsylvania,” ucap Letty.     “What?!” pekik Chester. “Kau tidak berpikir itu terlalu jauh, jika hanya untuk mencoba mesin mobil ini?” lanjutnya.     Letty tertawa. Dia menggeleng antusias. “Ayolah, aku ingin tahu apa kita bisa kesana dalam satu jam, jika aku bisa membawa speedo-ku pada angka akhir,” ucap Letty sambil menginjak pedal gas. Dia menambah kecepatan mobil menjadi 250km/jam dan bahkan dia belum puas dengan itu.     “Oh, wow …!” Chester menelan ludah saat punggungnya menabrak jok mobil. Letty terkekeh melihat ekspresi Chester.     “Oh c’mon, aku bahkan belum memulainya.” Letty kembali tertawa. Kakinya kembali menginjak pedal gas. Angin seolah berubah menjadi petir yang menyambar wajah Chester.     “Letty ….” Chester bergumam sambil menutup matanya.     “Hahaha ….” Letty tertawa puas melihatnya. Dia meremas setir mobil. Menatap speedo dan bersiap memacu mobilnya. “Show me your power, are you monster.”     “No, no, no ….!”     “Just feel it Cade, don’t be a chicken!” cibir Letty. Chester hanya mampu menggeleng sambil memejamkan matanya. Dia pasrah.      Mobil Letty semakin melaju meninggalkan New York. Dia memilih menikmati jalanan sepi menuju Pennsylvania sambil terus menambah kecepatan mobilnya. Hampir setengah perjalanan Letty habiskan dengan menggoda dan menakuti Chester. Tidak sering Letty melambung banyak kendaraan sekaligus sambil memamerkan bunyi klakson mobilnya. Dia tidak peduli dengan lalu lintas atau jika ada polisi yang ingin mengejarnya, bahkan sebenarnya dia sedang berharap di kejar polisi jalanan agar dia bisa melihat sampai dimana mobilnya mampu berkitir.      “Hey manis…,” Tiba-tiba seorang pengendara motor besar berusaha memepetkan motornya ke arah mobil Letty.     "Menjauhlah, bastard ... sebelum ku potong habis tubuhmu," teriak Letty sambil menatap sinis pria itu.     Di luar dugaan ternyata ada banyak motor sejenis Harley Davidson berada di belakang mobil Letty. Letty mendengus sambil menggelengkan kepala.     "Uhhmm … kata-kata itu terdengar terlalu manis di bibirmu. Bagaimana kalau kau memperlihatkan bokongmu pada kami, hah?" Lelaki itu kembali berteriak sambil terus mengapitkan motornya pada mobil Letty     “Cih!” Chester berdecih sambil menggelengkan kepalanya. Dalam hati dia berharap mendapat hiburan dari situasi ini.      “Hey, jalang, ayo bermain,” seru salah satu dari mereka lengkap dengan gelak tawa yang membuat Letty geram.     “Jalang?” gumam Chester.     Letty melototi Chester yang dengan sengaja mengulang kalimat yang semakin membakar telinga Letty.     “Kalian ingin bermain, hah?” gumam Letty. Sesuatu tiba-tiba terlintas di pikirannya. Ujung atas bibirnya terangkat membentuk seringaian.  "Ayolah, menjauh dari mobilku. Bagaimana kalau kalian tunggu aku di ujung jembatan?" ucap Letty.     Melihat bibir merah Letty, membuat para pria buas ini semakin menginginkannya.     "Kalian dengar itu, kawan? gadisku berkata bahwa kalian harus menunggunya," ucap Chester. Dia memang sengaja membuat Letty semakin kesal.     Letty kembali memalingkan wajahnya menatap tajam Chester.     "Oh ayolah, itu hanya gimik,” ucap Chester sambil memutar bola mata dan melayangkan tangannya ke udara. Sepertinya dia mulai menikmati situasi ini.      Letty mendengus lagi lalu menekan pedal gas hingga speedo-nya berada di garis akhir. Letty bukannya berusaha menghindari pria-pria itu tetapi, dia memilih tempat paling terpencil dan sepi di Pennsylvania agar tidak ada seorang pun yang akan mengetahui apa yang akan dia lakukan selanjutnya. Mobil Letty berhenti di ujung jembataan ketika deretan motor Harley itu telah membuat garis vertikal untuk menghadang mobil Letty.     Letty tersenyum dan menaikan setengah alisnya "Interesting," gumamnya. “Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku akhirnya di pertemukan dengan manusia seperti mereka. Oh ya ampun, aku sampai gugup. Bagaimana ini, Cade?” Letty memasang wajah ketakutan yang di buat-buat.     Apa, aku juga harus berjaga-jaga di belakangmu?" ucap Chester.     “Ya, tentu. Kau bisa membantuku menghalangi jika ada tikus yang lewat,” ucap Letty sambil menunggingkan seringaiannya.     Chester terkekeh. “Aku tidak percaya akan mendapat hiburan dari majikanku,” ucapnya.     Letty hanya berdecih menanggapi ucapan Chester. Dia lalu merentangkan tangannya, merenggangkan badannya sambil membuat perenggangan di lehernya.     “Cade, menurutmu berapa lama aku bisa membereskan tikus-tikus itu?” tanya Letty sambil menatap lurus kedepan.     “Mmm … lima menit?” ucap Chester.     Letty beralih menatap Chester. “Dua menit,” ucapnya.     Chester menaikan kedua bahu sambil mengukum kecil bibirnya.     “Kalian siap untuk bermain?” teriak Letty.     “Jangan banyak bicara dan cepat hibur kami jalang,” balas salah satu dari mereka.     “Sial … kau akan membayar dengan lehermu untuk perkataanmu barusan, bastard!”      Letty akhirnya turun dari mobilnya. Sepatu booth-nya seolah menggema di atas jalanan aspal. Tubuhnya yang berbalut jas kulit mewah membuat para lelaki di hadapannya menelan saliva mereka.     "Damn, ia begitu seksi." Seorang lelaki berambut ikal berdiri sambil menyandarkan bokongnya di atas mobil. Bahkan dia menggoyangkan lidahnya sementara matanya sibuk melahap tubuh Letty dari bawah hingga ke atas. Mereka begitu terpikat oleh kaki jenjang Letty yang terpampang jelas menjadi pemandangan indah untuk mereka.     “Yang bisa menyentuh kerah bajuku, aku akan menyerahkan tubuhku secara sukarela padanya,” ucap Letty yang sontak mengundang gelak tawa dari pria-pria di hadapannya. Mereka sekitar tujuh orang. Semuanya berbadan kekar, bobot badan mereka bahkan dua kali lipat dari Letty dengan lekukan otot yang membentuk sempurna.     “Hei manis, bukankah akan lebih baik jika kau menjadi domba yang pasrah ketika akan di sesah dari pada menjadi kucing? Sebab percuma mempunyai cakar yang kuat jika yang kau hadapi adalah kawanan singa.”     Letty kembali terkekeh mendengarnya. Dia semakin menikmati langkah demi langkah yang dia ambil untuk lebih dekat dengan pria-pria itu.     “Hei bung, seandainya bisa, si kucing ingin memberi saran pada si pemangsa. Kau tahu, seekor kucing rumah bahkan bisa menjadi macan tutul jika dia di besarkan oleh seorang macan. Tapi,” Letty  menjeda kalimatnya. Dia berhenti saat jaraknya dengan pria yang sedang mengoceh itu hanya berjarak semester. Letty melipat tangannya di d**a. Sambil mengangkat dagunya tinggi dia pun melanjutkan, “Apakah sang singa benar-benar memastikan jika yang berdiri di hadapannya adalah seorang domba, atau kucing?”     Pria yang tengah menyandarkan bokongnya di atas jok motor tampak mengangkat setengah alisnya. Dia berdiri, menatap Letty dengan tatapan dingin. Berkacak pinggang lalu berdecak kemudian mendecih.     “Berhenti bermain kata dan cepat perlihatkan bokongmu,” ucap lelaki itu sambil membelai pipi Letty.     Letty berseringai tajam. Tangannya mulai terangkat meraih jemari pria yang tengah menikmati kulit wajahnya. Sepersekian detik selanjutnya, Letty menarik tangan pria itu. Mempelintirnya lalu memutarnya. Tidak berhenti disitu, saat badan pria itu terpental kedepan, Letty pun mengangkat lututnya lalu menabrakannya dengan lengan si pria yang sejak tadi berada di genggamannya. KRAKK     Bunyi tulang patah pun terdengar di ikuti ringisan dari si pria.     “f**k…!” umpat pria itu. Letty masih belum puas. Saat pria itu jatuh di lututnya, Letty menarik rambut pria itu.     “Ini untuk bibirmu yang mengatai aku jalang,” ucap Letty. Seakan termakan oleh amrahnya Letty pun membenturkan kepala pria itu di aspal BUKK     Dahi pria itu menabrak aspal dengan sangat keras membuatnya mengalami pendarahan serius.      “What the f**k?! That b***h too strong,” ucap salah satu pria yang masih menunggu di belakang.     “Not yet. She hasn’t faced me yet. Tunggu sampai aku merobek mulutmu, jalang.” Seorang pria turun dari motornya. Dia yang memiliki badan paling kekar disini. “Jack …,” serunya. Seorang pria yang lain turun dari motornya diikuti dua temannya. Mereka langsung mengepung Letty. Berjalan melingkarinya dan bersiap meraih tubuh Letty.     “Too easy,” gumam Letty. Dia bersiap menjungkirkan tubuhnya agar kakinya yang jenjang bisa dengan leluasa berputar di udara dan menyambar kepala tiga orang yang tengah berusaha meraih tubuhnya.     Mereka terpental hanya dengan menyentuh ujung sepatu Letty.     “Oh, come on … don't you, guys want to play?” ucap Letty sambil mengibaskan kedua tangannya. Dia terkekeh saat melihat tubuh pria-pria itu tampak tidak berdaya di atas aspal.     “f**k this b***h…! Ayo, maju.”     Tiga orang yang tersisa langsung maju. Mereka mencoba mengecoh Letty dengan memancing pergerakan Letty. Salah satu dari mereka mengincar kaki Letty dan yang lainnya mengincar tangannya. Namun, mereka tidak bisa membaca gerak cepat Letty saat kakinya kembali terangkat.     “Dapat.” Salah satu dari mereka berhasil menahan kaki Letty. Namun, dengan cepat Letty melilitkan kakinya di leher pria itu. Dengan cepat Letty mengangkat tubuhnya. Meraih kepala pria itu lalu mematahkannya. Tubuh pria itu ambruk namun, dua temannya masih belum menyerah. Mereka hendak mengambil kesempatan dengan meraih rambut Letty namun, Letty dengan cepat meraih tubuh pria itu dari belakang, mengangkatnnya lalu dengan cepat membantingnya kedepan.     “O soto gari,” gumam seseorang yang tengah asik menikmati pertunjukan di hadapannya. Dia menyebut salah satu jurus yang di gunakan seorang judoka yang tengah di praktekan oleh Letty.     “Kau yang terakhir.” Letty berbalik dan bersiap untuk menyerang namun, tanpa sepengentahuannya pria itu dengan cepat meraih sesuatu dari balik jaket kulitnya.     “Letty, menunduk ….”     “Terlambat.”      DORR ….9
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD