45. Angel Of The Dark

3118 Words
[Author POV] __________ Kokura Kita-ku, Kitakyushu, Japan. Markas besar Yakuza. **** Dinding pagar beton yang menjulang tinggi berjejer menutupi bangunan luas di dalam sana. Sebuah mobil van berwarna hitam berhenti tepat di depan gerbang. Beberapa orang berpakaian serba hitam lengkap dengan penutup wajah, di tambah sebuah samurai yang di gantung di balik punggung mereka. Mereka semua berdiri dengan jarak masing-masing satu meter dari setiap orang, dan orang-orang itu adalah penjaga gerbang markas mafia paling menakutkan di wilayah ini. Seseorang membuka kaca mobil saat mobil Van itu berhenti di depan gerbang. "Shisetsu kara, Vander kyō wa Yakuza no rīdā ni aitakatta." Seorang wanita berucap dengan bahasa Jepang. Mereka meminta izin untuk bertemu pimpinan Yakuza. "Shinboru o hyōji," ucap salah satu penjaga. Dia meminta sebuah simbol. Simbol khusus sebagai tiket untuk masuk. Wanita yang tadi berbicara itu, dia mengeluarkan tangannya. Memutar jam yang menempel di tangannya lalu memperlihatkan sebuah simbol berbentuk anak panah dan sebuah tanda lagi seperti jangkar. Pria penjaga itu mengangguk kecil lalu perlahan memutar kepalanya ke belakang. "Kare wa menbādesu," ucapnya. Dia mengatakan jika wanita itu adalah anggota jadi dia berhak masuk. Maka para penjaga gerbang akhirnya membuka pintu gerbang itu. Mobil van itu lalu melaju lambat memasuki area kastil Yakuza. Rumah yang terbuat dari kayu, bambu tersusun sangat rapi. Lampu redup. Orang-orang berpakaian serba hitam, pedang, samurai dan mata elang yang mengawasi mobil van yang hanya mengangkut dua orang di dalamnya. Mereka tiba di sebuah pintu besar dengan patung kepala naga yang menggantung di depan pintu. Pengendara mobil van itu pun turun. Wanita dengan setelan baju serba hitam, kaca mata hitam dan topi baret berwarna merah senanda dengan warna lipstiknya. Dia adalah Letty. Pria dengan pakaian serba hitam yang di lapis overcoat hitam lengkap dengan kaca mata seperti Letty, dia adalah Chester. Dua orang ini ditugaskan Fredrick untuk masuk kedalam sarang mafia paling menakutkan di Jepang untuk melakukan negosiasi. Untuk masuk kedalam sini membutuhkan keberanian, tekad kuat dan maksud yang jelas sebab, jika sudah masuk kedalam sini akan sulit untuk keluar. Letty menarik napas panjang saat langkah kakinya semakin merapat menuju kastil dengan sejuta kesan menakutkan di dalamnya. Mata sipit dan tatapan awas yang sejak tadi mengawasi mereka, itu semua cukup memperjelas situasi apa yang akan segera mereka hadapi. Letty hanya perlu menunjukkan tato yang di buat ayahnya sebelum mereka terbang ke Jepang. Tato itu bisa mengantar Letty sampai ke pimpinan Yakuza. Mereka berhenti di depan sebuah pintu geser terbuat dari kayu dan bambu lagi. Lukisan di dinding samping pintu menarik mata Letty untuk melihatnya. 'Naga dan kuda. Shinto, Buddha. Samurai, Athena?' Letty membatin. Lukisan di dinding dicampur menjadi satu. Semuanya berbeda tapi seolah memiliki keterikatan satu sama lain. "Mr. Tsukasa has been waiting for you," ucap seseorang. Letty berhenti menatap lukisan itu dan langsung memalingkan wajahnya menatap gadis yang baru saja berbahasa Inggris. Dia berparas Eropa. Wajahnya sangat cantik dengan balutan jaket kulit hitam seperti yang di pakai Letty. Gadis itu tersenyum kecil kemudian dia menjulurkan tangannya mempersilahkan Letty untuk mendahuluinya. "Jo, namaku Jo," ucap gadis itu. "Hai, namaku Le—" ucapan Letty terhenti saat Chester tiba-tiba maju dan mendorong bahu Letty dari belakang. "Don't say things that are not important." Chester berbisik di telinga Letty sambil terus mendorong pelan temannya itu. Letty sempat melirik kecil kebelakang. Dia ingin sekali membaca pikiran wanita itu. Ada sesuatu yang menarik dari senyum sinis dan tanpa arti yang sedang di tunjukkannya pada Letty. Akhirnya mereka tiba di ujung lorong. Sebuah pintu kecil dengan dua orang penjaga berpakaian setelan jas hitam. Mereka berbeda dari semua orang di luar. Mereka juga berparas Amerika. Sepertinya di dalam sini tidak ada penjaga berparas Asia atau identik Jepang seperti yang ada di luar. Letty menarik nafas saat kakinya berhasil melewati pintu kecil itu. Dia berbalik. Mendapati seorang pria dengan balutan jas berwarna coklat muda dengan topi bundar, tengah asik menghisap cerutu sambil dua kakinya di atas meja. Dia menatap awas ke arah gadis yang baru masuk kedalam ruangannya itu. "Tsukasa-san e no keii," ucap Letty sambil membungkukkan badannya. Dia memberi hormat kepada Tsukasa. Tidak ada jawaban dari Tsukasa lalu Letty kembali mengangkat kepalanya. Manik mata Tsukasa mengecil, seolah menyelidik setiap sudut wajah Letty dari tempat duduknya. Kemudian Tsukasa menurunkan kakinya. Masih memicingkan mata, dia lalu memajukan wajahnya. Dua siku tangannya menyentuh meja lalu dia menggerakkan jari telunjuk dan jari tengah bersamaan sebagai isyarat agar Letty segera mendekat. "Siapa yang akan bernegosiasi denganku?" Tiba-tiba Tsukasa berbicara saat jarak Letty dengan tempatnya hanya tinggal beberapa langkah lagi. "Aku, Tuan." Letty berbicara dengan bahasa Jepang yang santun. Tsukasa mengangguk. Wajah tegang itu lalu menatap pria di balik punggung Letty. "Kalau begitu suruh dia menunggu diluar," perintah Tsukasa dengan bahasa Jepang. Letty mengangguk. Dia melirik kecil ke belakang lalu memberi isyarat dengan kepalanya agar Chester segera keluar. Cade tidak menunggu lama. Dia langsung keluar. Letty kembali berbalik saat pintu telah terkunci lagi. Dia duduk di depan Tsukasa. "Katakan," ucap Tsukasa. Manik mata Letty bergerak melirik dua orang di samping Tsukasa. Mereka berbadan kekar dan memegang senapan di tangan mereka. "Black Glow negosiasi. Black able, meminta kembali kontrak yang telah di batalkan Yakuza setahun yang lal—" "Negosiasi ditolak," sergah Tsukasa dengan nada datar tapi terdangar sangat mengancam. Letty tersenyum. "Tsukasa-san, saya sangat berterima kasih untuk negosiasi yang di batalkan ini. Apakah saya bisa mengajukan negosiasi kedua?" ucap Letty. Dia sangat berani memamerkan senyumnya. Tsukasa terkekeh kecil. Dia mulai penasaran dengan gadis kecil yang tengah duduk di depannya. Tsukasa meraih rokok di sampingnya. Memberi isyarat dengan jarinya agar Letty mendekatkan wajahnya. Letty pun menurut. Lalu Tsukasa mengantarkan rokok yang tengah di apit oleh jarinya ke bibir merah Letty. Letty menerimanya, tak lupa memberikan senyum tipis saat Tsukasa menyalakan pematik. Letty memundurkan wajahnya. Menikmat nikotin didalam rokok, seolah sudah sangat mahir namun nyatanya ini yang pertama kalinya bagi Letty. 'Jika kau di kandang singa, maka kau harus mengaung. Jangan lupa pesan Fredrick, harus cerdik seperti ular.' Batin Letty. "Young lady, I'll give you two minutes before your death arrives," ucap Tsukasa. Letty terkekeh sinis. Dia kembali menghisap rokoknya. "Mari kita bicara dengan bahasa Jepang saja, Tsukasa-san," ucap Letty. Tsukasa tersenyum sinis lalu menarik tubuhnya ke belakang, membawa punggungnya ke sandaran kursi lalu mengangkat kedua kaki di atas meja. "Tuan Tsukasa, sebenarnya aku datang membawa dua negosiasi. Black able telah di tolak sekarang mari bicara negosiasi yang baru. Aku akan memutuskan semua transaksi antara Black Glow dan Yakuza. Permintaan heroin, kokain, hell poition, semuanya akan di berhentikan. Namun, jika ternyata pimpinan Yakuza menginginkannya untuk konsumsi pribadi dan kelompok maka Black Glow akan menyediakannya." "Itu bukan negosiasi yang baru. Aku dan pimpinanmu sudah menyepakati semua itu sebelumnya," ucap Tsukasa. "Ya, Tuan. Namun, kali ini saya berbicara sebagai pemimpin Black Glow," ucap Letty. Tsukasa mengerutkan dahinya. Setengah alisnya terangkat menatap Letty dengan sinis lalu kemudian dia terkekeh cukup kuat. "Gadis sepertimu?" tunjuk Tsukasa dengan cerutunya ke arah Letty. "Menjadi pimpinan Black Glow?" lanjutnya lalu menggelengkan kepala. "Bullshit!" Letty menarik napas. Lalu membawa kedua kakinya di atas meja. Tsukasa menatapnya sinis namun Letty terlalu berani kali ini. Bahkan dia dengan sangat berani melempar puntung rokoknya ke sembarangan arah. "Nona, sebaiknya kau perbaiki sikapmu sebelum anak buahku menarik pelatuk mereka," ancam Tsukasa. Letty seolah tidak pernah gentar dan takut oleh ancaman Tsukasa. Dia malah memamerkan bibir manyun-nya sambil mengangkat kedua bahunya. "Kau bisa mulai menyuruh mereka," ucap Letty santai. Terdengar hembusan napas berat dan kasar dari Tsukasa. Satu sisi tangannya mengepal dengan kuat kemudian diikuti bunyi kertakan gigi. Terlihat sangat jelas jika Tsukasa tengah berusaha menahan amarahnya namun, Letty seolah menikmati pemandangan di depannya. Dia terus tertawa, bahkan kali ini dia menengadahkan wajahnya ke atas sambil merentangkan kedua tangannya. Oh, Letty sangat senang karena dia baru menyadari sesuatu. Tsukasa mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya lagi. Kali ini dia memberi isyarat agar salah satu anak buahnya segera menembak gadis yang mulai membuatnya jengkel. Namun, anak buahnya tidak mersepon kode yang di berikan Tsukasa. "Kono on'nanoko o korosu." Tsukasa lalu memberi perintah untuk membunuh Letty. Namun, dua anak buahnya masih tidak merespon. Gelak tawa Letty semakin menjadi-jadi. Dia mendorong kakinya di atas meja hingga membuat tubuhnya berputar di atas kursi. "Ck ... ck ... ck ..." Letty berdecak sambil menggelengkan kepala. Dia memanyunkan bibir, mengerutkan dahi sambil menatap ibah wajah Tsukasa. "Sepertinya anak buahmu mulai membangkang, tuan Tsukasa," sindir Letty. Tsukasa semakin geram. Dia memutar kursinya menghadap dua anak buahnya. "Kalian tuli? Kubilang bunuh gadis itu!" perintahnya sekali lagi. Namun seperti sebelumnya, dua anak buah Tsuaksa masih tidak menggubris. Mereka seperti membeku di tempat dengan pandangan mata kosong menatap lurus ke depan. "Apa yang terjadi pada kalian?" ucap Tsukasa sambil menaikkan nada bicaranya. Tsukasa mulai menyadari jika ada sesuatu yang tidak beres disini. "Kenapa? mau memanggil anak buahmu yang di luar? Biar ku panggilkan." Letty menepuk tangannya cukup kuat. Pintu terbuka. Dua anak buah yang berjaga di depan ruangan lalu masuk. Mereka berjalan dan berhenti tepat di belakang Letty. Dua tangan mereka memegang senapan seperti dua orang di belakang Tsukasa. Pandangan mata mereka juga kosong namun mereka sudah sangat siap menyerang dengan senapan yang ada di tangan mereka. Tsukasa semakin bingung. Ada apa dengan semua anak buahnya. Mengapa mereka terlihat seperti orang linglung? Kenapa mereka menurut pada bunyi tangan Letty? Semua itu mulai membuat Tsukasa gelisah. Dia kembali menatap Letty dengan tatapan sinis. "Kau membuat kesalahan nona muda, kau tidak tahu apa yang bisa kulakukan," ancam Tsukasa. Letty akhirnya menurunkan kakinya lalu memajukan wajahnya. Memberi seringaian pada bibir manisnya akan membuat Tsukasa semakin gusar. "Apa kau tidak bisa membaca situasinya? Tsukasa-san?" ucap Letty. Dia meraih cerutu di tangan Tsukasa lalu membawanya pada bibir merahnya. Menghisap cerutu itu lalu menyemburkan asapnya di wajah Tsukasa. 'Berani seperti singa.' Batin Letty. Tsukasa dengan cepat menarik pistol di atas mejanya dan langsung mengarahkannya pada dahi Letty. "Kubunuh kau," ucapnya. Letty terkekeh. Dia mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke udara lalu sekejap keempat anak buah Tsukasa sudah mengarahkan senapan mereka pada tubuh tuan mereka yaitu Tsukasa. Tsukasa menegang. Dia tercengang. Apa-apaan ini. Empat anak buahnya ini adalah orang paling loyal di kastilnya. Mereka bahkan sanggup mati hanya untuk melindungi Tsukasa namun, apa yang terjadi sekarang. Mengapa anak buah loyalnya malah balik menyerang Tsukasa? "Apa-apaan kalian?" kecam Tsukasa. Rahangnya mengeras. Kembali terdengar kertakan gigi darinya. Lalu kemudian diikuti gelak tawa Letty. "Sebelum pelatukmu mendarat di dahiku, kau sudah lebih dulu tewas oleh senapan anak buahmu, Tsukasa-san," ucap Letty. Dia kembali menarik tubuhnya lalu membanting bokongnya ke kursi. "Wow ... aku tidak percaya ini," Letty menengadahkan wajahnya menatap dua orang di belakangnya. Dia mendecih setelah itu. Sementara Tsukasa, dia hanya bisa mengepalkan tangan lalu melampiaskannya pada meja di depannya. "Sial!" Tsukasa mengumpat saat tangannya memukul meja dengan kuat. Wajahnya bergetar. Untuk pertama kali dalam hidup ketua mafia Jepang itu, dia merasa kalah bahkan sebelum berperang. Seorang gadis berani melucuti senjatanya dan membuat dia tidak berkutik. "Bagaimana? kau masih meragukan aku menjadi ketua Black Glow? Haruskah aku bertarung dengan semua ninja disini?" ucap Letty. Dia sangat senang memamerkan seringaiannya sekarang. "Enyahlah!" maki Tsukasa. "You better sit down and be humble, Tsukasa-san." Letty menggerakkan jari telunjuk dan jari tengahnya, ke atas dan kebawah memberi isyarat pada Tsukasa agar dia segera menurut dan kembali duduk di tempatnya. Tidak ada pilihan lain bagi Tsukasa. Dia benar-benar berada di situasi yang paling tidak menguntungkan dalam sejarah hidupnya sebagai gengster. "Jadi ... aku akan memberikan penawaran untukmu." Letty mulai memperbaiki cara duduknya. Menurunkan kakinya lalu menarik kursi dan merapatkan tubuhnya ke meja. Dua tangannya terlipat di atas meja. Matanya berubah serius dan tanpa ekspresi, hendak mengutarakan maksud dan tujuan yang sebenarnya. "Yakuza akan tetap memesan paket kepada Black Glow seperti layaknya transaksi yang dilakukan Yakuza dan Black Glow setahun yang lalu. Tapi, pesanan itu tidak akan pernah sampai ke Jepang." Tsukasa mengerutkan dahi. Dia sama sekali tidak bisa menangkap maksud wanita di depannya. Tsukasa pikir Letty akan mengancamnya untuk kembali membangun kerja sama yang menguntungkan dua belah pihak namun nyatanya? "Jadi, kami harus membayar barang yang tidak kami terima?" tanya Tsukasa sinis. Letty menggeleng pelan. "Apakah aku menyebut jika kalian harus membayar?" tanya Letty. Tsukasa kembali mengerutkan kening. "Dengarkan baik-baik Tsukasa-san, Yakuza hanya perlu melakukan pesanan. Aku yang akan mengambil barang haram kalian dan aku juga yang akan membayar barang pesananmu. Tapi, kau dan anak buahmu tidak akan menerima barang haram itu," tutur Letty. "Sebenarnya apa yang coba kau lakukan nona?" tanya Tsukasa. Sesuatu terbesit di benaknya saat mendengar rencana Letty. "Ya, kau benar Tsukasa-san." Letty menyetujui pemikiran Tsukasa. "Aku sedang berusaha menyabotase sindikat itu," lanjut Letty. Tsukasa mendecih lalu menggeleng pelan. "Kau tidak takut pada Vander? Bagaimana jika dia tahu anak buahnya menghianati ya?" tanya Tsukasa. Letty menggeleng pelan lalu membalas senyum Tsukasa dengan senyum tipis darinya. "Jika informasi ini sampai di telinga Vander berarti kau yang memberitahunya dan kau tahu aku bisa dengan sangat mudah menembus semua sistem keamanan klasikmu," "Keamanan klasik?" sergah Tsukasa. Letty mengangguk sambil memanyunkan bibir dan mengangkat kedua tangannya di d**a. "Kau pikir orang-orang bersamurai di depan sana bisa menghardik aku?" tanya Letty. Raut wajahnya arogan dan itu membuat Tsukasa semakin membencinya. "Tuan Tsukasa, jika aku bisa mengendalikan empat anak buahmu tanpa menyentuh mereka, pikirkan akan jadi seperti apa kastilmu saat aku bisa mengendalikan semua petarung samurai milikmu." Letty menarik dirinya, bersandar di sandaran kursi sambil melipat kedua tangannya di d**a. "Kau mungkin akan menyukai pertunjukan pedang yang akan mereka lakukan di kastilmu," lanjut Letty. Tsukasa menelan ludah. 'Sialan.' Dia mengumpat di dalam hatinya. Apakah ini akhir dari Yakuza? Sepertinya pertarungan tidak akan berlaku lagi disini. Jika sebelumnya Tsukasa merebut tahta dari pimpinan sebelumnya dengan menghunuskan pedang ke leher pimpinan Yakuza sebelumnya, maka kini senjatanya di lucuti oleh seorang gadis yang bahkan tidak menunjukan kemampuan fisiknya sebagai petarung. "Siapa kau?" tanya Tsukasa sambil memicingkan matanya. "Angel of the dark," jawab Letty. Dia membunyikan jarinya dan seketika membuat empat anak buah Tsukasa tersadarkan diri. "Ohh s**t!" Dua orang di belakang Letty mengumpat sementara dua orang di belakang Tsukasa terhuyung ke belakang. "Boss?" Mereka kompak menatap bos mereka. Sementara mata Tsukasa seolah terkunci di depan manik Letty. "Naga, lambang dari keabadian, kekuatan yang berpusat dari alam semesta. Kuda, melambangkan kekuatan tekad dan keyakinan. Kejayaan yang hanya bisa di rampas melalui perang. Buddha sang penguasa. Samurai, pembasmih yang mengincar jiwa dan mengurungnya di dalam pedang. Athena Dewi kebijaksanaan. Cerdik, kuat, perang untuk keabadian. Apakah aku salah membuat arti dari lukisan di luar, Tsukasa-san?" Tsukasa benar-benar tidak bisa percaya. Gadis di depannya bukanlah orang biasa. Dia bisa mengendalikan apa pun. Intuisi yang menyeramkan dan membahayakan. Tsukasa akhirnya harus menerima keputusan jika dia harus menurut pada gadis ini. Bisa saja gadis di hadapannya membuat Tsukasa kehilangan kekuasaan di depan semua anak buahnya. "Baik." Tsukasa menarik napas panjangnya. Dia menggeleng pelan masih tidak habis pikir dengan semua ini. "Black able second, negosiasi di terima," ucap Tsukasa pasrah. Ujung atas bibir Letty terangkat kembali membentuk seringaian tajam. "We have a deal?" ucap Letty dia mengulurkan tangannya di depan Tsukasa. Tsukasa menerimanya. "Deal," ucap Tsukasa. Letty tersenyum puas. "Negosiasi selesai," ucap Letty dia berdiri dari tempat duduknya dan bersiap meninggalkan ruangan itu namun, Tsukasa masih tidak menyerah dengan cepat dia menarik pistol di sampingnya namun, belum sempat dia mengangkat senjata, kepalanya sudah lebih dulu menempel pada senapan seseorang di belakangnya. Letty tersenyum. Dia melirik kecil ke belakang punggunya. "Apakah aku sudah lulus tes sebagai ketua Yakuza?" sindir Letty. "Tapi maaf, aku tidak tertarik pada petarung jarak dekat seperti semua ninja yang ada disini." Letty kembali memutar tubuh menghadap Tsukasa. Untuk terakhir kalinya dia menunggingkan senyum. Tangannya siap menarik kenop pintu namun, Letty ingin sekali lagi menggoda Tsukasa. Dia mengangkat tangannya. Melipat tiga jarinya dan menyisakan jari telunjuk dan jari tengah yang mengarah langsung di dahi Tsukasa. "Boom ...," bisik Letty lalu dia tertawa dengan sangat kuat sebelum akhirnya menarik pintu itu. "Sebenarnya apa yang dikirimkan Vander padaku," gumam Tsukasa. **** "Hei," sapa gadis yang tadinya mengantar Letty. Letty sudah berada di luar bersama Chester. Chester masih mengatupkan bibirnya menahan semua pertanyaan dalam otaknya dan menunggu hingga mereka keluar. "Oh hai," Letty membalas sapaan Jo. Dia berhenti tepat di depan gadis itu. Letty menatapnya. Dia menunggingkan senyum saat bisa melihat potensi apa yang di miliki gadis di hadapannya. "Kau sudah selesai bernegosiasi?" tanya Jo. Bibirnya sibuk mengunyah permen karet lalu dia memberikannya pada Letty. Letty mengambilnya. Dia membuka bungkusan itu dan hendak memasukan permen itu ke mulutnya namun Chester langsung menepis tangannya. "Don't!" peringat Chester sambil menggelengkan kepalanya pelan. Letty tersenyum sinis dia kembali menatap Jo. "Gadis ini hanya butuh tumpangan untuk pulang," ucap Letty. Jo dan Chester tampak mengerutkan kening. "Kau tidak perlu meracuni aku untuk membajak mobilku," ucap Letty. Jo terkekeh. Dia memutar bola mata sambil memalingkan wajahnya. "You b***h too smart, hah?" ucap Jo. Letty mendekat. Dia berdiri dengan jarak dua senti dari tubuh Jo. "Ikutlah denganku, sekarang kau milikku," ucap Letty menatap Jo dengan sangat serius. "Hei, what are you talk—" Chester ingin memprotes namun Letty lebih dulu mengangkat tangannya memberi isyarat agar Chester segera diam di tempatnya. "There is a price to be paid to carry me away. And you ...." Jo menunjuk d**a Letty lalu mendorongnya dengan jari telunjuknya. "Hanyalah jalang kecil yang tersesat di sarang serigala," cibir Jo. Letty terkekeh. Sedetik kemudian terdengar bunyi pintu. Tsukasa tampaknya sudah bosan berada di dalam ruangannya untuk itu dia perlu keluar dan mencari udara segar. "Oh, his your boss isn't?" tanya Letty menunjuk Tsukasa dengan ibu jarinya. Jo mengerutkan kening. "Your language, b***h!" Jo mencoba memperingatkan Letty untuk menjaga sikapnya. "Hei, Tsukasa-san," panggil Letty. "Hei what the f**k!" Jo sangat geram saat mendengar nama tuannya di panggil sembarangan oleh Letty. Letty terkekeh sinis. "Aku butuh oleh-oleh untuk kubawa pulang," ucap Letty. Dia melipat tangan di d**a sambil terus menatap Jo sementara Tsukasa berjalan semakin dekat ke arah mereka. "Apa ini negosiasi ketiga?" tanya Tsukasa. Letty menggeleng. "No." Letty memutar tubuhnya menghadap Tsukasa. "Aku ingin, wanita ini, ikut denganku dan menjadi anak buahku," ucap Letty. "What the ...." Jo melotot pada Letty. Sementara Tsukasa menggaruk dagunya. "Benar-benar pemeras," gumam Tsukasa. "So, what do you answer Tsukasa-san?" tanya Letty lagi. Tsukasa akhirnya memutar wajahnya menatap Jo. Sementara raut wajah Jo terlihat sangat kebingungan. "Korekara anata wa kare to issho ni kimasu," ucap Tsukasa. Dia memerintahkan Jo untuk ikut bersama Letty. "Kkaka ...." Jo menatap bingung tuannya. "Ini perintah. Jangan membantah," ucap Tsukasa lalu dia pergi dan melewati mereka. Jo begitu bingung. Untuk pertama kalinya bos besar kastil ini menuruti keinginan kliennya. Jika sebelumnya Tsukasa akan menyuruh Jo mengibaskan pedangnya, kali ini Tsuakasa menyuruh Jo untuk tunduk pada klien yang bahkan hanya seorang gadis kecil. "Well, Ninja girl, welcome to my tim." Letty tersenyum. Dia berbalik. Keluar dengan senyum penuh percaya diri dengan langkah kaki yang mengetuk berirama. Menuruni anak tangga kastil Yakuza dengan perasan merdeka. 'Satu pilar berhasil di runtuhkan. Yakuza kini telah tunduk. Sekarang giliran The Rebelz.' Batin Letty.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD