29. Miami Plan

1277 Words
Jacksonville, Florida, Southeast America. Van der Lyn Residence ___________________________ Kira-kira dua jam di dalam jet pribadi milik Fredrick Van Der Lyn, akhirnya mereka tiba di salah satu mansion mewah milik Fredrick di Florida. Sudah lama mereka tidak mengunjungi tempat ini. Rumah model klasik namun tetap terlihat megah di segala sudut dengan pemandangan hutan Florida di belakang halaman yang merupakan milik keluarga terkaya di Amerika ini. Setibanya di Jacksonville, Fredrick dan Letty langsung di sambut dengan hormat oleh para pelayan yang di tugaskan Fredrick untuk mengelola tempat ini. Mereka adalah orang kepercayaan Fredrick. Mereka berasal dari kota ini, tidak sembarangan orang bisa bekerja pada tuan tampan kaya raya yang satu ini, terutama untuk kediamannya yang berada di Florida ini. Fredrick memilih orang-orang khusus yang sangat di percayainya untuk mengawasi rumah besar beserta hutan pribadinya karena di dalam hutan pribadinya tinggal beberapa hewan peliharaan keluarga mereka. "Selamat datang tuan besar, nyonya muda," sapa seorang wanita paruh baya berkulit hitam pada Fredrick dan Letty. Namanya Sarah, dia adalah kepala pelayan di mansion mewah ini. "Terima kasih Sarah, bagaimana kabar kalian? tanya Fredrick dengan menyunggingkan senyum ramah pada para pelayannya. "Kami semua baik, tuan besar," ucap Sarah. Seluruh pelayan menunduk saat Fredrick dan Letty memasuki mansion. "Dad, aku ingin melihat Nirby," ucap Letty. Dia sangat merindukan bocah beruangnya yang terakhir kali di lihatnya dua bulan yang lalu saat hari ulang tahunnya. "Ya baiklah, sayang. Paman Edgard akan menemanimu," ucap Fredrick sambil memberi kode pada salah satu pelayan lelaki di mansion ini. Tanpa berlama-lama Letty langsung menuju halaman belakang. Karena masih siang, Letty menyempatkan diri untuk melihat kuda-kuda peliharaan mereka. Dia di tuntun oleh beberapa pelayan mansion untuk menuju ke kandang kuda. Letty memandangi seekor kuda putih. Kuda yang telah menemaninya sejak dulu. Umurnya tidak mudah lagi, mungkin hampir sebaya dengan majikannya. Letty berjalan menghampiri kuda betina itu. Meraih wajahnya lalu mengelus-elus kepalanya. "Halo kawan besar, lama tidak bertemu, Gangga," ucap Letty pada si kuda putih betina yang dia beri na Gangga. Di samping kuda putih ada lagi seekor kuda yang seperti Gangga namun terlihat muda. "Uhh ... lihat bocah ini. Apa dia anak Gangga, paman?" ucap Letty pada Edgard yang berdiri di sampingnya "Ya nyonya, umurnya baru lima tahun," ucap Edgar. Letty beralih memegang kuda muda tersebut sambil mengelus lembut kepalanya. "Ohh ... kau manis sekali, seperti ibumu," Letty melirik sesuatu pada kuda tersebut dan berkata, "oh, ternyata kau jantan, yah" Letty tergelak. "Aku akan memberimu nama, Arjuna." Letty meneruskan mengelus wajah kuda jantan itu. "Paman aku ingin mengajak Gangga ke hutan," ucap Letty yang di tujukan pada Edgard. Edgard mengangguk. Seketika dia berbalik dan melirik seorang pria yang lebih muda darinya, dia sedang berdiri sambil memberi makan kuda jantan di depan tempat Gangga. "Willy, tolong ambilkan perlengkapan berkuda milik Nyonya muda," ucap Edgar. Pria bernama Willy itu mengangguk kemudian langsung mengerjakan perintah Edgar. Kemudian Edgard membuka pintu agar Gangga bisa keluar. Letty meraih tali yang di kalungkan di leher Gangga untuk menggiringnya keluar kandang. Beberapa saat kemudian datanglah Willy membawa perlengkapan untuk berkuda milik Letty. Dia segera memakainya dan kemudian dia naik di punggung Gangga. "Kawan, lama tidak menunggangimu. Sekarang bawa aku pada Nirby, mengerti?" ucap Letty, dan seakan mengerti, Gangga mengangguk sambil berkitir. "Bagus, sekarang, ayo." Letty menghentakan tali kendali dan seketika itu pula Gangga mulai memacu tenanganya. Dia membawa Letty kedalam hutan sambil terus berkitir mengikuti perintah majikannya. "Oh ... kawan, tenagamu masih sama seperti dulu, ayo sayang lebih cepat lagi. Hiiiyaaaa ...." Gangga kembali mempercepat tempo larinya. Dari kejauhan Letty melihat seekor beruang tengah bersandar pada sebuah pohon besar, kemudian Letty bersiul untuk memanggil sang beruang. Si beruang yang sudah mengetahui siapa pemilik siulan itu langsung berdiri dan menanti tuanya. Gangga berhenti tepat di depan si beruang. "Kerja bagus, teman," ucap Letty saat kakinya menginjak tanah. Letty menepuk pelan kepala gangga sebagai bentuk pujiannya pada kudanya. Kemudian Letty beralih pada seekor beruang yang sudah seperti anaknya sendiri. Letty langsung memeluk beruangnya tanpa takut dan ragu. "Ohh ... lihat, ibumu sudah datang sayang. Bagaimana kabarmu, heh?" ucap Letty sambil terus memeluk beruangnya, si beruang hanya bergumam seakan merespon ucapan Letty. Letty melepas pelukannya. Dia mendongak menatap Nirby lalu berkata, "Ayo, kau akan ikut dengan aku. Kita akan menghabiskan waktu bersama." Letty lanjut mengelus wajah beruang kesayangannya itu. "Gangga, ayo kita kembali," ucap Letty. Dia berdiri lalu dengan cepat dia meraih punggung Gangga dan duduk menungganginya. Letty merentangkan tangannya untuk memanggil Nirby agar ikut bersamanya, dan Nirby pun menurut. Gangga hanya berjalan santai sesuai perintah Letty dan beberapa saat kemudian mereka tiba di halaman belakang mansion ini. "Selamat datang kembali, Nyonya muda," ucap salah seorang pelayan laki-laki pada Letty. "Terima kasih, Jason," ucap Letty. Kemudian Letty turun dan menyuruh Jason untuk memasukan Gangga ke kandangnya. "Jason, tolong aku, ambilkan beberapa potong daging untuk Nirby," perintah Letty. Pelayan bernama Jason itu mengangguk lalu segera melakukan perintah majikannya. "Ayo kawan besar, kesini," ucap Letty, Letty melepas perlengkapan berkudanya dan memberikannya pada pelayan yang lain. Setelah itu Letty meraih tangan Nirby dan menuntunya untuk duduk bersamanya. Letty duduk di kursi sementara Nirby duduk di tanah di samping Letty. Letty sangat gemas melihat Nirby yang makin bertambah besar, momen yang langka ini di manfaatkan Letty untuk mengabadikannya. Akhirnya Letty mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret Nirby, dia juga asik berselfi dengan Nirby. ***** Sementara Letty asik bermain dengan Nirby, Fredrick dan Bruce sedang berbincang mengenai bisnis gelap mereka di ruang kerja milik Fredrick. "Bagaimana perkembangan bisnis kita?" tanya Fredrick sambil menghisap cerutunya. "Sementara ini pengiriman masih terus berlanjut. Pengiriman hanya terbengkalai di Asia karena Yakuza tidak lagi memesan barang untuk di edarkan di sana, tapi besok ada pengiriman besar untuk gengster asal Meksiko. Mereka sudah siapkan uangnya dan kami juga siapkan barang mereka," tutur Lucas. "Apa yang mereka pesan?" lanjut Fredrick bertanya. "Seperti biasa happy five, ekstasi, heroin dan dua buah hell poition," ucap Bruce. "Mmm ... lumayan." Fredrick mengangguk. Dia tersenyum tipis lalu kembali menghisap cerutunya. "Itu tidak seberapa saat kita masih bekerja sama dengan Yakuza, tuan. Mereka adalah gengster raksasa, pesanan Meksiko dan Amsterdam seperti satu banding lima dengan Yakuza," ujar Bruce. "Begitu, yah," ucap Fredrick. Dia kembali menghisap cerutunya sambil menatap ke jendela ruangan, untuk beberapa saat Fredrick termenung memikirkan sesuatu. "Bruce, kapan pengiriman selanjutnya?" tanya Fredrick. "Tengah malam, tuan." Fredrick berbalik dan menatap Bruce dengan serius. "Letty akan ikut dengan kita. Besok Letty akan tahu bisnis kita, aku akan mengajak Letty ke Miami. Katakan kepada mereka, paketnya akan di kirim lewat laut. Atur proses pengirimannya dan aku akan mengurus Letty. Mengerti?" "Baik, tuan," sahut Bruce. ***** Malam pun tiba. Saat ini, di ruang makan masion ini Fredrick dan Letty sedang menyantap makan malam mereka. "Dad, bagaimana kalau kita berburu besok?" ucap Letty di sela-sela mengunyah makanannya. "Sebenarnya dad ingin mengajak mu ke Miami besok, kita akan berlibur dengan kapal pesiar." "Really?" tanyaLetty antusias. "Tentu saja, sayang. Kita akan berangkat setelah sarapan, dan oh ya," Fredrick mengeluarkan dompetnya dan mengambil sebuah kartu debit. "Ambil ini," ucap Fred. Letty melirik kartu debit di tangan ayahnya dengan mata berbinar. "Untukku?" Letty pura-pura bertanya. "Tentu. Aku tahu kau tidak membawa satu baju pun kemari, dan kurasa bajumu di sini sudah kekecilan jadi ..." Belum sempat Fred meneruskan perkataannya Letty sudah meraih kartu debit tersebut. "Kau memang tahu yang aku perlukan, ucap Letty dengan tidak sabaran. Dia berdiri dan mencium pipi kanan Fredrick. Letty begitu senang mendapat kartu debit milik ayahnya. Sudah lama dia tidak berbelanja dan lagi besok mereka akan berlibur di laut, dia butuh pakaian renang dan losion untuk berjemur. "Kau tidak habiskan makananmu?" tanya Fredrick. "Nanti saja, aku pergi dulu," ucap Letty sambil berlalu meninggalkan ayahnya. Fredrick menggeleng sambil tersenyum melihat tingkah puterinya. "Kuharap senyuman itu akan bertahan sampai besok," gumam Fredrick.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD