(09) don't call me Adel!

1172 Words
Don't call me Adel! | alone 'my name is Ela, not Adel!!!' CHAPTER SEMBILAN, SELAMAT MEMBACA! * **** Malas, lelah, capek. Ngeluh terus memang, hidup itu apasih? Kadang Ela bingung tujuan Ela hidup itu apa, udah gak ada yang bisa Ela jadiin tujuan, jadi buat apa dia hidup lagi. Kadang terbesit perasaan untuk bunuh diri, tapi apa daya Ela masih manusia yang normal, banyak dosa dan takut sama balasan dari tuhan nanti, apakah ini definisi, gak mau hidup tapi takut mati. Ini hari ke-dua Ela sekolah, setelah insiden dirumahnya, ia sempat dihukum karna datang terlambat kesekolah, ia juga tadi pagi harus melihat keluarganya dan tadi disekolah Ela melihat Eca bersama teman barunya, juga Axsa cowok b******k, ah jika Ela mengingat lelaki itu rasanya semua kata kasar ingin ia ucapkan Ela menenggelamkan wajah dikedua tangannya, pelajaran sudah berlalu beberapa menit lalu, Widya, Rara, dan Dina pun sudah pergi kekantin tanpa Ela, bukan karna tak ingin mengajak Ela, mereka sudah mengajak gadis itu tapi lagi-lagi Ela menolak dengan alasan masih kenyang Padahal sudah 2 hari ia tidak makan nasi, gadis itu hanya mengisi perutnya dengan stuck roti di kamar dan air putih, dan kemarin memakan--makanan manis di caffe nya, hingga Ela yang memang tidak gendut semakin terlihat kurus. "Aduh, kepala gua pusing banget.", Ela memijat pelipisnya pandangan Ela memburam ia tak tahan, dan tanpa sadar Ela menutup mata berniat untuk istirahat sebentar. "Ela, wake up!", Widya membangunkan Ela dengan menggoyangkan tubuhnya "La, la!", panggil Rara panik, sedari tadi Ela tak menunjukkan bahwa ia akan terbangun "Yaampun Ela", Widya kaget saat ia mendorong tubuh Ela berniat membangunkan gadis itu, Ela justru terjatuh dari kursi dengan masih matap tertutup Keadaan kelas mulai ramai, teman sekelas Ela buru-buru mengerubungi Ela yang sudah tak berdaya "Sialan! Cepetan angkat!", maki Widya melihat mereka semua hanya menonton Ela yang terkapar, sedangkan Rara dan Dina mulai terisak ketakutan. "La bangun, hiks!" "Dia pingsan doang kok, gak usah lebay bawa aja ke UKS!", ucao seseorang dan langsung menengok keasal suara, Axsa mengangkat satu alisnya, apa ada yang salah pikirnya? "Gak usah ngomong aja dong cepetan itu angkat Ela ke UKS!", teriak salah satu siswi yang berada diantara banyak nya orang yang menyaksikan Axsa menganggukkan kepalanya kecil, lalu menghampiri Ela dan menggendong ala bridal style, membuat beberapa fans Axsa menjerit histeris termasuk Rara dan Dina yang menganga dengan air mata "Axsa makasih!", seru Rara dan menghapus air matanya "Udah gak usah nangis, bodoh banget jadi cewek, temannya pingsan malah ditangisin.", ketus Axsa setelah merebahkan tubuh Ela di ranjang UKS "Enak aja ngatain gua g****k, wajar aja kali gua nangis namanya juga khawatir!", detik itu juga Rara mencoret nama Axsa dalam list cowo idamannya, percuma ganteng kalo mulutnya kasar. "Terserah." "Udah-udah, jangan ribut, Rara Dina kita harus kekelas ada ulangan fisika soalnya, dan Axsa gua titip Ela ya.. nanti gua suruh Rehan izinin lo keguru yang ngajar.", tanpa persetujuan Ya/Tidak Widya berlalu meninggalakan UKS, disusul Rara dan Dina Axsa menghela nafas, yaudalah gak masalah, itung-itung ia bisa menghindari sejarah pelajaran yang selalu membuatnya ngantuk. "Euh...", lenguhan keluar dari mulut Ela, Axsa buru-buru melihat kearah ranjang tempat Ela berbaring. "Cantik", Axsa tidak munafik, Ela itu memang cantik, apalagi saat wajah polos Ela yang tengah tidur itu membuat point tambahan untuk wajah Ela, tapi sayangnya Ela punya tingkah laku yang menjauhi tipe ideal Axsa. "Arghs...", Ela meringis saat ia mencoba menggerakkan tubuhnya, ada apa dengan dirinya? Ela merasakan kepalanya sangat berat dan tubuh nya sakit. "Gu--gue dimana?", bingung Ela. Ela rasa ia tengah tertidur dikelas tapi tempat ini sangat berbeda dari kelas "Lo di UKS, beberapa jam tadi lo pingsan, dan anak PMR tadi bilang lo kecapean dan kurang asupan makanan, suruh istirahat dan gak boleh banyak gerak." Axsa menjelaskan secara detail yang diucapkan salah satu anggota PMR yang memeriksa Ela. "Ah, makasih Ax...", ucap Ela dengan suara yang masih lemah "Kok Ax sih, emangnya gua minyak wangi", ucap Axsa tak terima, membuat Ela mencibir dan memutar bola mata malas "Untung-untung gua mau berterima kasih, dari pada gua bilang sama-sama kan jadi gak sopan" "Haha, iya sama-sama Adel!", ucap Axsa sambil terkekeh Degh! Adel.. Adel don't tuch my Alen! Adel menjauh! Dasar pembunuh! Adel pembunuh Pembunuhh!! Bagaikan kaset rusak yang terus-terusan terputar diotaknya membuat kepala Ela sakit, teramat sakit "ARGH!", Ela meremas rambutnya kuat, matanya menatap nyalang Axsa yang sekarang kebingungan "Don't call me Adel!" "Why? Name you Ad--" "my name is Ela, not Adel!!!" Axsa menggenggam bahu Ela yang bergetar, ada apa dengan gadis dihadapannya, tatapan itu, membuat Axsa terlarut oleh tatapan itu "Lepas!", Ela menepis tangan Axsa, dan dengan langkah terseret Ela memaksakan dirinya pergi menjauh dari Axsa "Argh!", Axsa meremas bagian dadanya, kenapa sakit sekali melihat tatapan Ela tadi, ia merasakan bahwa gadis itu menyimpan banyak luka dan kesengsaraan "Adel!", panggil Axsa setelah tersadar dari apa yang dia lakukan Axsa merogoh ponselnya, menelfon Rehan agar mengabarkan Widya bahwa Ela pergi dan Axsa tidak tau kemana Entahlah kenapa Axsa menelfon Rehan, itu karna ia tidak punya kontak teman Ela dan setau Axsa Rehan dan Widya cukup dekat. Axsa kembali mencari Ela tapi ia sama sekali tidak melihat jejak gadis itu. Ditempat yang tinggi, Gadis itu kembali menangis, sakit sekali hatinya, ia hanya meminta jangan pernah memanggilnya Adel, ia merasa sakit, Adel itu si pembunuh dan ia tidak ingin disebut pembunuh, itu menyakitkan. "ARGHS!! STOP CALL ME ADEL, BASTARD!" "MY NAME IS ELA NOT KILLER!!! hiks, hiks!", Ela tersungkur, ia kini berada di roof top sekolah, ia menjambak rambutnya frustasi, kepalanya sangat sakit sedangkan bayangan tentang kematian Alen terus berputar diotak "STOPPP!!! HIKS BERENTI!! GUA BUKAN PEMBUNUH HIKS! Alen i'm so sorry.." "ELA NO!", Teriak hiateris Widya, Rara dan Dina buru-buru menahan tangan Ela yang terus-terusan melukai dirinya sendiri "Ela, please stop", ucap Widya lembut, ia tak tau kenapa mental Ela harus kambuh saat disekolah, apa penyebabnya Rara dan Dina menatap khawatir sekaligus takut kearah Ela yang berantakan, mereka tau soal penyakit Ela dan ini ke dua kalinya mereka berdua, melihat secara langsung, kecuali Widya yang memang sudah terbiasa "Gua bukan pembunuh, Wid..." lirih Ela "No, no. Siapa yang bilang begitu, Ela itu gadis baik gak ada yang Ela bunuh..." Widya masih menenangkan sahabatnya ia mengelus rambut Ela, merapikan rambut Ela yang berantakan, Rara dan Dina pun mengelus telapak tangan Ela pelan,berusaha menyalurkan kekuatan untuk gadis itu "Adel!", semuanya menengok keasal suara dan terlihat Axsa yang datang dengan nafas yang ngos-ngosan "Don't call me Adel! Nama gua bukan Adel! Arghs!", Ela kembali memegang kepalannya Kini Widya paham kenapa Ela seperti itu, buru-buru Widya menyuruh Rara dan Dina untuk membawa Ela pergi dari tempat itu Setelah melihat Rara Ela, dan Dina cukup jauh Widya buru-buru berjalan kesal kearah Axsa Plak! Axsa menatap Widya terkejut, ada apa dengan gadis-gadis ini pikirnya. "Kok lo tampar gua?" "Itu pantes buat cowok b******k kaya lo! Gua kasih tau ya lo jangan pernah panggil Adela dengan sebutan Adel lagi kalo lo memang masih mau hidup!", ancam Widya dan pergi meninggalkan Axsa dengan banya pertanyaan di benak lelaki tersebut. "Sial! Gua salah apasih!", umpat Axsa mengelus pipinya yang panas gara-gara ditampar Widya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD