(08) badmood, dan ada kamu

1199 Words
Badmood, dan ada kamu | alone Anak emas kalo salah ya tetep benar, upik abu ya kalo salah tambah masalah. CHAPTER DELAPAN, SELAMAT MEMBACA! Sudah Ela katakan, tiap pagi mood nya selalu ancur tapi pagi ini entah kenapa, mood nya tidak bisa kembali meskipun sudah berada disekolah, ia badmood. Apalagi mengingat insiden kemarin membuat Ela lagi-lagi harus berangkat pagi sekali agar tak melihat wajah keluarga nya 05.00 Ela belum pernah menjadi orang pertama yang datang kesekolah, tetapi kalau jadi orang terakhir yang datang kesekolah ia sering. "Sinting dah gua, ini sih sekalian uji nyali!", Ela berdecak, motornya menjadi yang pertama terparkir "Eh kamu!", Ela segera berbalik ketika mendengar suara seseorang, dan ia adalah pak bohit. Untunglah bukan setan sekolah pikir Ela "Tumben kamu pagi-pagi udah disekolah!" "Masih subuh pak belum pagi, lagi pula serba salah saya mah, dateng cepat dibilang tumben, dateng terlambat dibilang kebiasaan, mau orang-orang itu apasih, tau deh mau tiduran aja. Daah pak bohit!", Pak bohit geleng-geleng melihat kepergian Ela, selalu bingung dengan perkataan anak murid yang satu itu, sudahlah ia pagi-pagi sudah setres saja. Ela berjalan dikoridor, benar benar horor. Langkahnya dicepatkan makin lama makin seram, setelah sampai ditempat tujuan Ela segera masuk dengan perasaan lega. Ela memilih UKS dari pada kelas, setidaknya ia bisa istirahat beberapa menit sebelum masuk kelas, ia setres sehingga tidurnya terganggu tadi malam. Sebelum tiduran Ela mengambil kotak P3K lalu meraih perban dan alkohol, mengobati luka kemarin seorang diri, yang sudah membiru keunguan akibat tak Ela berikan pengobatan lebih cepat. Ela menidurkan tubuhnya diranjang UKS, ia menatap kosong langit-langit ruang UKS, Lagi-lagi Ela menangis ia benar-benar tak bisa tidur, memejamkan mata pun rasanya menyakitkan. "I'm so scary, hiks.." Ela kembali menangis, beruntungnya ia datang pagi-pagi sekali dan tidak akan ada yang memergokinya. "Perasaan ini, Ela cuman pengen bahagia, Ela cuman pengen disayang mamah Ela pengen dimanja papah, sesusah itu?" "Hiks, percuma sampai kapan pun Ela selalu asing! Percuma, hiks." Ela menangis terus-terusan sampai akhirnya ia lelah dan tidur tiba-tiba. Ela terbangun oleh suara ponsel yang nyaring, ia meraih ponsel disaku dan masih dengan mata tertutup Ela mematikan ponsel nya agar tak berisik, tak lama pun ponselnya kembali berbunyi, Ela segera menggeser ikon hijau dan menempelkan ponsel ditelinganya setengah sadar "ELAAA!!", Suara nyaring dari sebrang sana membuat Ela meringis dan segera menjauhkan ponsel dari telinga "Sialan!", umpat Ela tepat dispeaker ponselnya "La! Lo dimana, ini udah mau bel masuk, lo jangan telat lagi la bahaya, mood bu telor lagi gak bagus entar lo bisa bisa D.O sama dia, lo tau kan kaya kasus nya an--" "Iya-iya gua gak akan telat lagi pula gua udah disekolah kali, udah lo jangan berisik mood gua juga lagi ancur!" Tut! Panggilan dimatikan sepihak oleh Ela, gadis itu segera meregakan tubuhnya, melihat jam yang ada ponsel, Benar kata Rara bentar lagi bel masuk berbunyi Kringg! Baru juga diomongin udah bunyi aja bel nya, Ela buru-buru keluar dari UKS, dan berjalan menuju kelas. Koridor sudah ramai murid berlalu lalang untuk memasuki kelas, jika tadi si parah mungkin yang lari-larian bukan manusia, tapi sejenis mbak kunti dan lainnya "La! Ngarti kagak?", tanya Widya yang hanya dibalas gelengan kecil oleh Ela, tatapannya kosong sedari tadi, bayangan kemarahan mamahnya berputar-putar dipikiran bagai kaset rusak "La.. are you okay?", Widya sangat mengenali gadis ini, mana mungkin Ela dapat membohongi Widya, itu impossible. "Okay, lo gak perlu cerita, sekarang lo mau kekantin gak?", Ela kembalj menggeleng, Widya menghela nafas gusar, apa yang terjadi dengan sahabatnya "Wid, La. Kekantin yuk laper!", ajak Rara, Widya melihat kearah Rara dan Dina lalu kembali menatap Ela "Kalian kekantin aja, gua udah masih kenyang", Ucap Ela lalu menyilangkan kedua tangan dan menenggelamkan wajahnya berniat kembali tidur. Widya, Rara, dan Dina saling pandang, lalu ketiganya memilih pergi kekantin, tak berniat menganggu Ela lagi "Doni!!! Balikin sepatu gua!", teriak Dina mengejar Doni dengan sepatu sebelah dan sebelahnya lagi dibawa Doni kabur Aksi kejar-kejaran itu membuat tidur Ela terganggu, Doni tak sengaja mendorong meja Ela membuat gadis itu kaget dan bangun dengan tatapan kesal kearah Doni "Sori gak sengaja la!", lelaki itu kembali berlari menjauh dari Dina yang sudah sangat kesal oleh kejailan Doni "Awh!", Doni meringis kesakitan, ia terjatuh akibat terselandung sesuatu dan itu adalah kaki Ela, ia sengaja memasang kakinya saat Doni ingin lewat disebelahnya "Sori gak sengaja!", Ucap Ela mengikuti perkataan Doni beberapa menit lalu. "Sialan lo la!" "Elo yang sialan, dasar gak gentel, cara pdkt-an lo murahan banget!", sindir Ela dan menarik paksa sepatu Dina lalu memberikannya kepada sipemilik "Jangan mau Din sama Doni, tiap hari yang ada darah tinggi lo, tapi yah terserah sih kalau jadian juga ya bagus couple ripple D nya Rara berlayar!", ucap Ela dan keluar dari kelas mencari angin Mood Ela tak kunjung membaik, setelah bel pulang berbunyi ia buru-buru pergi meninggalkan sekolah, sebelumnya ia menyakinkan ketiga sahabatnya bahwa ia baik-baik saja, dan beruntung sahabatnya tak banyak bertanya meskipun Ela tau mereka masih khawatir. Ela memberhentikan kendaraannya diparkiran cafe yang pembelinya rata-rata anak remaja. Akhirnya Ela dapat tersenyum, hanya dengan melihat caffe miliknya ramai pengunjung Ela bahagia, sesederhana itu memang. Kleng! Suara lonceng, menandakan seseorang memasuki caffe tersebut, beberapa detik perhatian menuju kearah Ela yang baru saja masuk dengan seragam sekolah lengkap dengan ransel dipundaknya. Awalnya tak ada masalah, tetapi beberapa detik pelayan caffe tersebut saling berbisik, dan ada yang berlari masuk kedalam, Ela hanya menampilkan senyum terbaiknya, ia sadar dirinya tengah menjadi pusat perhatian akibat ulah pelayan-pelayan caffe itu, tak masalah Ela sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. Ela berjalan menuju kasir, dan berbasa-basi sedikit dengan penjaga kasir tersebut "Astaga, anak bude!", tiba-tiba suara dari belakang mengkagetkan Ela, ia buru-buru berbalik dan melihat budenya yang langsung disambut pelukan hangat "Kemana aja kamu, udah lama gak jenguk bude, lupa ya sama bude" "Enggak kok bude, Ela selalu inget sama manjer Ela satu ini, hehe!" "Yaudah, sana ganti baju gih, bude balikin tugas bude kekamu dulu, jaga caffe yah! soalnya bude mau pulang, mau ambil barang" "Siap boss!", Ela melambaikan tangannya kearah bude yang terkekeh melihat tingkah Ela Ela memasuki ruangannya, semua terasa sama belum ada yang berubah, wangi ruangan, letak benda juga frame Ela bersama kedua kakaknya terpampang jelas. "I miss you..." Ela meraih frame tersebut, memeluk benda persegi itu, membayangkan bahwa ia tengah memeluk kedua kakaknya. "I'm always waiting for you back Gabriel, and I really miss Alen...", ia menghebuskan nafas pelan, kembali mengingat kenangan manis bersama kedua kakaknya TOK TOK TOK! Ela menaruh kembali frame tersebut ketempat semula, ia bercermin sekilas menatap dirinya yakin, lalu berjalan kearah pintu. "Kenapa?", tanya Ela dan terlihat salah satu pelayan caffe dihadapannya "Itu bos, ada pembeli dia udah makan udah minum, ehh pas mau bayar katanya dompetnya hilang kalau gak ketinggalan, dia juga gak bawa ponsel. Disuruh nyuci piring dia gak mau dan mau ketemu bos katanya mau ngejelasin dan dia janji bakal balik lagi buat bayar," jelas pelayan perempuan tersebut, Ela hanya mengangguk kecil memahami "Oke, meja nomor berapa?" "Kosong delapan bos" "Yaudah saya yang urus, kamu balik kerja lagi sana!", perintah Ela sopan, dan ia pergi menuju meja kosong delapan. "Hallo, permisi, ada kendala apa mas?", ucap Ela menatap seseorang lelaki yang memunggunginya, lelaki tersebut segera berbalik kearah Ela membuat keduanya segera saling pandang "Elo!", kembali keduanya lagi-lagi dipertemukan oleh sang pencipta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD