victoria

1364 Words
Ela berjalan di lorong rumah sakit. Terlihat sepi dan sunyi tapi tak ada rasa takut pun yang dirasakan Ela. hanya saja kesendirian dan kesepian. Langkah kaki Ela membawa nya ke taman belakang rumah sakit yang ternyata dekat dari lorong yang baru saja di lewatinya Ela duduk di salah satu kursi taman itu. Menghirup udara segar, dan menarik napas perlahan serta menghembuskannya. Kembali memejamkan matanya yang ternyata membuat dirinya kembali mengingat kenangan nya beberapa tahun lalu. Tak perlu dikatakan berapa lama tetap dirinya yang disalahkan Suara kicau burung terdengar dari taman dan matahari pun bersinar terang mencoba untuk menemani Ela duduk dibawah pohon rindang itu. Dengan masih memejamkan matanya Ela sedikit mendengar langkah seseorang, terasa semakin dekat membuat matanya terbuka lebar. Terdengar langkah itu dari lorong yang sempat dia lewati beberapa saat lalu "Hai apa kabar?" Seorang Gadis berjalan ke arah Ela. Dengan kaki jenjangnya dan masker serta topi yang melekat di dirinya. Membuat Ela bingung siapa dia "Ka--mu, siapa?" Bingung Ela yang refleks berdiri dari duduknya. Tak ada jawaban dari Gadis itu hanya saling menatap seakan masing-masing dari mereka sedang mencoba mencari jawaban dari tatapan itu Beberapa detik kemudia Gadis itu menyipitkan mata nya "Bahkan kau tak mengenalku," Ela mengerutkan dahinya bingung akan perkataan Gadis di depannya "Kamu mengatakan itu seakan kita pernah bertemu,"setelah mengucapkan kata itu, Ela membalikan badan nya mencoba pergi dari Gadis misterius itu, tapi sebuah tangan berhasil memberhentikan langkahnya. Gadis itu mencekal tangan Ela membuat Ela membalikkan kembali badan nya "Kita, mungkin tak pernah bertemu tapi kita pernah berbagi dalam satu rahim yang sama Victoria," setelah mengatakan hal itu Gadis itu membuka masker serta topi yang sempat membuatnya tak dikenal siapapun termasuk Ela Setelah Gadis itu melepaskan penyamarannya. Terlihat lah jelas wajah Gadis itu seakan di hipnotis mata Ela tak bisa berkedip, entah apa ini didepannya tapi dirinya tak percaya melihat seseorang yang sangat mirip dengannya. Mata hitam lekat itu, serta bibir ranum yang sama di miliki oleh Ela membuatnya seolah sedang bercermin. Tak disadari Ela benar-benar mematung tak mempercayai apa yang di lihatnya "Why, Victoria?" Ucap gadis itu yang tersenyum hangat membuat hati Ela merasakan sesuatu yang amat sakit "Apa sekarang kau mengenalku?" Sekali lagi pertanyaan itu mampu membuat kepala Ela sakit tak karuan "Victoria? Kenapa kau memanggil ku seperti itu, dan--- kau siapa, wajahmu tidak siapa kau!" Sentak Ela mampu membuat Gadis itu kaget. Serta tak percaya akan bentakan Ela barusan Terlihat Gadis itu menghembuskan napasnya, menatap Ela lekat-lekat yang dibalas hangat Ela yang sudah penasaran akan Gadis di depannya "Dulu waktu dulu sekali kita pernah bersama, aku dipanggil Vic dan kau dipanggil toria. Lucu sekali waktu itu kita hanya berdua tapi entah apa yang terjadi seseorang datang dan merampasmu kembaran ku dari aku, aku menangis memanggil namamu tapi yang paling sakit. Aku tinggal di rumah kecil dan kau dirumah besar itu yang aku ketahui sehingga tak sadar aku sempat merasa tak adil, aku gak tau apa yang terjadi pada saat itu tapi aku merasakan kesakitan semenjak kau pergi. Aku merasakan kau sedang di siksa hingga pada saat itu aku meminta izin kepada oma untuk membawaku jauh dari kota ini. Tapi semakin diriku dewasa rasa sakit itu semakin terasa dan aku menyadari hal baru bahwa dirumah besar itu kau tidak bahagia. Meskipun ayah dan mamah bersama mu," jelas gadis itu membuat kepala Ela nambah sakit karna tak mengingat apa pun "Bahkan kau masih tak mengingatnya, aku tak mengerti apa yang kau alami tapi yang kutau aku juga merasakan kesakitan mu. Adel, masih ingat aku Adeva dan victoria si kembar?," "EVA!" tiba-tiba panggilan keras itu membuat kedua gadis kembar itu menoleh ke asal suara. Tak tau dari mana asalnya Widya sahabat Ela yang sempat meninggalkannya menghampirinya Dengan wajah tegas nya Widya menarik Gadis yang bernama Eva itu menjauh dari Ela. Membuat Ela kaget serta bingung dengan kehadiran Widya "Kita pergi" Degh. Ela mematung dengan ucapan Widya yang berhasil menusuk hatinya. Dengan hati tak terima Ela mencoba melawan "Ada apa dengan lo Widya?!" "Lo slalu datang disaat gue menemukan pecahan-pecahan tentang diri gue sendiri dan elo mencoba membawa kabur dia yang menunjukkan pecahan itu. Bahkan elo sendiri pergi dari hidup gue?!"lanjut Ela yang mampu melepaskan pegangan tangan Widya kepada Eva lepas "Lo gak akan ngerti la," "Gak akan ngerti, gimana hah! Gue gak salah denger bahkan gue merasa aneh sama diri lo widya!" "Cukup Adel lo gak akan tau apa yang sebenarnya" "HAHAHA! yah gue Adel si pembunuh kenapa bahkan lo ngingetin gw dengan panggilan itu wid," "STOPP!" Eva berteriak seolah muak dengan apa yang dia lihat "Kamu Ela stop menjadi Egois. Stop menjadikan diri seolah kamu yang paling di sakiti. Aku hanya datang sebentar, dan aku memang harus pergi tenanglah ini belum berakhir," ucapan Eva begitu menusuk. Setelah itu Widya dan Eva pergi menjauh dari Ela yang sudah kacau. Ela menjatuhkan badannya ditanah dan memeluk dirinya. Dia menangis tanpa suara dan lagi Ela harus mengalami hal yang kembali meninggalkannya dengan banyak tanda tanya "Berhentilah hidup lemah Adel, aku disini bersama mu. Aku Alen akan selalu bersamamu selamanya. Mainkan drama mu sebagai pembunuh ayo hidup Adel ini belum berakhir!" Seolah mendengar suara Alen. Ela semakin menjerit tak karuan "Bangunlah!" Tiba-tiba suara tiga orang yang mengucapkan kata yang sama berteriak di telinga Ela. Yang mampu membuatnya Bangun dari tidurnya "Oh s**t, hanya mimpi" "Tapi ini rasanya seperti nyata, bahkan gue menangis dengan air mata mimpi ini" ucap Ela dan menghapus air matanya "Jam berapa ini?" Gumamnya yang langsung melihat ke arah jam dinding, menunjukkan jam 5.25 pm Ceklek "Ela, lo udah bangun?" Tiba-tiba Rara datang dari balik pintu dan membawa beberapa kantong plastik ditangannya yang tidak tau apa isi didalamnya "Loh, elo sendiri yang laen kemana kenapa gak bangunin gue sih," dumal Ela membuat Rara terkekeh "Dasar kebo udah tau lo itu tadi tidur pulas banget gak enak gue mau bangunin nya berasa liat anak tikus di siksa Hahahaha!" "Masih sempat-sempat nya ya lo, ledekin gue untung tangan gue lagi gak gatel kalo gak udah gue jambak rambut lo, eh btw Axsa ama Dina mana?" "Ish, kok gitu sih ama Rara kan Rara becanda nih mending lo makan dulu, lo belum makan dari tadi siang" ucap Rara dan memberikan kantong plastik yang dibawanya tadi "Dina tadi pamit katanya ada urusan keluarga sedankan Axsa gue gak ngerti dia sih tadi dapet Telpon dan bilang ada urusan ama temennya" jelas Rara dan duduk di sofa dekat bankar Ela "Eh, La tadi ada cewe gue gatau namanya. Tapi yang jelas dia tuh aneh banget, masa tadi dikantin dia nabrak orang ya gak sengaja sih tapi tingkahnya itu loh mencurigakan" ucap Rara sok dektektif dengan mata yang disipitin seolah sedang menerawang apa yang dilihat nya Dengan masih mengunyah makanan dari Rara, Ela hanya terkekeh melihat ekspresi temannya itu "Alah lu sok tau, mungkin dia buru-buru" "Tapi la beneran, kalo gue perhatiin sih dia mirip Elu sih ehm, ya kalo gue perhatiin" seketika itu Ela berhenti mengunyah dan langsung teringat akan mimpi tadi "Ekhem, maksud lo mirip gue apaan Ra?," ucap Ela santai meskipun dia sangat penasaran "Hem, engga deng gak mirip ya gimana ya gak mirip-mirip amat, orang gue gak bisa liat mukanya dia itu pake topi ama masker ya kalo di lihat dari tingkahnya dia itu sifat introvert deh," Uhuk uhuhkk!! Tanpa sadar Ela batuk mendengar penjelasan Rara. Sedangkan Rara sudah ngomel-ngomel nasihati Ela "Mangkanya makan itu yang bener Ela sayaangg, untung gak ada babang Axsa kalo gak udah malu dah lu ama ekspresi muka lo pas batuk" ucap Rara dan memberi minum Ke Ela "Enak aja lo ayam, kalo ngomong" "Emangnya kenapa sih kok lo ampe keselek segala, kangen lo disuapin Axsa?" Ledek Rara "Sialan lo ra!" Umpat Ela yang mampu membuat Rara senang meledeki temannya satu ini Jauh di pikiran Ela. Gadis itu masih memikirkan gadis didalam mimpinya "Oh s**t,!" Ela gak sadar ngumpat tiba-tiba buat Rara bingung "Why, kenapa beb?" Ela yang sadar ama apa yang dia ucapkan tadi langsung nengok ke Rara "Gak papa Ra, gue cuman hanpir mau puup disini," ngasal Ela yang langsung mendapatkan tatapan menjijikan dari Rara "Ih jorok banget sih abis makan eeq kaya bocah lo," "Aelah, frontal ama sih neng" Siapa nama gadis itu arghss- batin Ela kesal karna melupakan apa yang barusan dia mimpikan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD