Peluh yang mulai mencair membasahi seluruh tubuh Gabriel menyebabkan Gabriel
mengeluh dan kebosanan yang terlampau mengantuhi dirinya.Tiba-tiba seekor
kucing parsi melewati Gabriel menyebabkan Gabriel terpesona dengan kecomelan
kucing itu. Kucing parsi yang berwarna kekuning kuningan itu berjaya menarik
minatnya. Tanpa di minta kaki Gabriel mulai mengejar kucing parsi yang sedang
berjalan dengan santainya. Gabriel tersenyum melihat kucing itu.
Langkah demi langkah di ambil oleh Gabriel agar dia dapat mendekati dan
membelai kucing parsi yang terlihat mempersonakan. Dengan beraninya kucing parsi
yang sifatnya pandai untuk menyeberangi jalan raya menyebabkan Gabriel hampir
dilanggar oleh sebuah motosikal dikeranakan Gabriel sama sekali tidak melihat kiri
dan kanan ketika melintasi jalan raya yang ada dipikirannya hanya ingin menyentuh
dan memeluk kucing Parsi tersebut.
“Hati-hati” kata pemuda yang hampir melanggar Gabriel.
“Sorry ya, kucing tu cantik sangat” balas Gabriel pula.
Lalu pemuda itu membuka topi keledarnya untuk melihat jelas wajah cantik
Gabriel. Sungguh pemuda itu terpesona dengan kecantikan yang dimiliki oleh
Gabriel. Kaku terus dibuatnya.
“Maaf ya” kata Gabriel sekali lagi akan kelalaiannya.
Namun tidak ada respond langsung yang terkeluar dari mulut pemuda itu.
Gabriel lalu melambai-lambai kedua tanggannya kearah wajah pemuda itu namun
langsung tidak ada reaksi langsung yang diberikan oleh pemuda itu.
“Kau suka aku” tanya Gabriel tanpa segan silu.
Mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Gabriel menyedarkan
pemuda itu dari alamnya sendiri.
“ Tak, tapi hati-hati ya” balas pemuda itu dengan gelabahnya.
Tanpa segan silu pemuda itu mengamati wajah cantik Gabriel lalu tersenyum.
“Rasanya untuk kali ini aku akan tinggal lama di sini” bisik hati kecil pemuda itu.
“ Ya, terima kasih ya” jawab Gabriel pula.
“Kau orang baru di kampung ini?” tanya pemuda itu untuk mendapatkan informasi
mengenai keberadaan Gabriel di kampung itu.
“Ya, ayah aku baru dipindahkan ke tempat ini seminggu yang lalu” jawab Gabriel
pula.
“Ooo, okey” Pemuda itu menghadiahkan satu senyuman untuk Gabriel lalu di balas
oleh Gabriel.
“Aku Alif” Alif memperkenalkan dirinya pula.
“Aku Gabriel” balas Gabriel pula.
Gabriel? Nama yang indah seperti orangnya. Mempunyai senyuman yang
cantik pasti akan membuatkan jejaka-jejaka di kampung ini cair hanya dengan
melihat wajah cantiknya. Aku selalu pergi dan datang hanya kerana aku bosan di
kampung ini tapi dengan pertemuan ini rasanya aku mempunyai tujuan yang
sebetulnya akan membuatkan aku tidak merasakan kebosanan lagi dan tidak akan
pergi lagi dari kampung ini. Bisik hati kecil Alif.
Gabriel masih tercari-cari keberadaan kucing parsi tersebut namun kucing itu
telah hilang dari pandangan mata. Gabriel mengeluh lalu melihat kearah Alif. Alif
sama sekali belum menghilang dari pandangan Gabriel. Gabriel keheranan dengan
kelakuan Alif yang tidak lekang dari senyumannya.
“Aku pergi dulu ya” kata Gabriel lalu mengambil langkah meninggalkan Alif seorang
diri.
“Gabriel” sebut Alif dengan nada yang rendah.
Setiap kita pasti adanya pertemuaan yang mungkin akan memberikan seribu
makna tersirat dari sebuah pertemuan. Mau itu pengalaman yang pahit ataupun
sebuah pengalaman yang akhirnya akan membawah kepada satu titik di mana akan
indah pada waktunya. Atau hanya kenangan yang akan mengajar kita erti sebuah kedewasaan yang selama ini yang kita cari dari dunia maupun dari manusia itu
sendiri. Mengapah ada pertemuan jika akhirnya pertemuaan itu akan membawah
kepada satu kesakitan? Namun sedarkah bahawa pertemuan pasti akan memberikan
kita seribu kekuatan untuk menjalankan proses pendewasaan.
Dalam perjalanannya, wajah cantik Gabriel sama sekali tidak lekang dari
ingatan Alif. Alif berharap agar suatu hari dia dipertemukan kembali oleh Gabriel. Alif
juga berharap agar diberikan kesempatan untuk berkenalan dan mengenali Gabriel
dengan lebih dekat lagi. Selama ini Alif seringa kali keluar masuk negeri hanya
kerana dia tidak suka cara ayahnya dalam mendidiknya maka dengan mengelakkan
diri dan datang ke tempat yang baru Alif mampu mendapatkan ketenangan yang
selama ini dicarinya.
Tapi dengan pertemuan yang terjadi di antara Alif dan Gabriel memberikan
semangat untuk Alif bertahan di kampung tersebut. Alif tersenyum seorang diri
apabila mengingatkan peristiwa yang berlaku. Tiba-tiba seekor kucing parsi
memasuki bilik tidur Alif.
“Meow” bunyi kucing parsi itu menyadarkan Alif dari lamunannya.
Alif langsung mengambil dan membelai kucing parsi tersebut. Sungguh dia
bertuah kerana kucing parsinya itulah yang telah menemukan dirinya dengan
Gabriel.
“Par, makasih ya kerana kau telah membawa bidadari cantik seperti Gabriel” kata
Alif kepada kucingnya itu.
Alif membaringkan tubuhnya di atas tilam empuk kepunyaannya. Penat yang
dirasainya yang baru balik dibayar dengan satu hadiah yang cukup besar. Tiba-tiba
Alif teringatkan kata-kata yang dikeluarkan dari mulut Gabriel bahawa keluarganya
berpindah di keranakan ayahnya dipindahkan di kampung itu. Dalam pikirannya
mungkin sahaja ayahnya merupakan seorang guru yang dipindahkan di kampungnya
dan mungkin saja ayahnya seorang polis dan bertugas di dekat-dekat sini.
Bunyi ketukan pintu yang diketuk dari luar menyadarkan Alif dari
imaginasinya. Alif melihat kearah pintu biliknya dan yang pasti sosok tubuh yang
sedang berapa di balik pintu pasti ibunya.
“Ya mak, masuk saja” kata Alif.
Tombol pintu dipusingkan dari luar. Apabila pintu dibuka sosok seorang ibu
telah berdiri di depan mata Alif. Puan Salmah menghadiahkan satu senyuman kea
rah anak terunanya yang sama sekali jarang pulang ke rumah. Puan Salmah tau
didikan ayahnya untuk menjadikan Alif seorang ustadz adalah sangat tegas
sehinggakan Alif lebih memilih untuk pergi dan balik dari luar negeri dan jarang ada
di rumah mereka.
Puan Salmah juga tau bahawa Alif sememangnya ingin menjadi seorang
ustadz tapi dengan didikan yang diberikan oleh ayah Alif sendiri menyebabkan Alif
merasakan dirinya tidak akan perna sempurna dan tidak akan perna layak untuk
menjadi seseorang yang akan dipandang oleh orang sekeliling akan statusnya untuk
menjadi seorang pemimpin.
Alif yang kini berusia 18 tahun menyadari akan hakikat itu di mana dia perlu
menjadi diri sendiri dan tidak ingin terlalu memaksakan diri untuk mengikuti
kehendak yang bukan disukainya. Alif juga sedar bahawa kelak kehidupannya tidak
akan bergantung kepada kedua orang tuanya. Semua manusia pasti akan tinggal
seorang diri bukan? Dan di akhiratnya kita akan seorang diri juga. Dengan usia yang
mudah bukan kah lebih baik untuk kita belajar dan mencari diri kita sebenarnya
supaya kelak kita mampu memimpin keluarga kita.
Dengan satu perjalanan yang kita tempuhi dalam masa-masa mudah pasti
akan tersemainya sebuah kenangan yang mampu memberikan seribu pengalaman
yang boleh dijadikan teladan dan yang akan dapat memberikan perkonsian kepada
generasi yang akan datang. Tanpa melakukan apa-apa di usia yang mudah tidak
akan memberikan pengalaman yang cukup menarik apabila di ingati kembali. Semua
orang tau masa-masa mudahlah kita masih memiliki satu kekuatan untuk melalukan
apa pun yang diingini oleh manusia untuk menjadikan kita lebih baik dan apabila telah di makan usia maka satu persatu kotak ingatan kita akan hilang dan berubah
menjadi bayi lagi.
“Alif tolong kali ini berikan masa untuk keluarga ya” minta Puan Salmah dari
anaknya.
“Ya, Alif tidak akan lari lagi jika ayah tidak terus terusan memaksa Alif untuk
mengikuti langkahnya mak, Alif penat dan Alif juga tau bahawa Alif takan perna jadi
seperti ayah, Alif ingin bebas dan mencapai cita-cita alif dengan sendirinya” pinta Alif
pula.
Puan Salmah hanya mampu mengangguk dan membelai rambut-rambut Alif.
Puan Salmah tidak perna memaksa Alif untuk mengikuti langkah ayahnya tapi Puan
Salmah hanya menginginkan Alif agar Alif tidak akan lupa dengan ibadahnya di
manapun Alif berada. Sungguh Alif seorang yang kental dan berjiwa besar apa yang
diingini tidak boleh ada seorang pun yang menghalangnya dan dia akan berusaha
seorang diri untuk mendapatkan keinginannya tanpa meminta bantuan dari orang
lain.