Bab 5

1334 Words
Hari berlalu dengan sangat cepat, cuti sekolah telah habis dan musim pembelajaran kini sedang berlangsung. Selama dua minggu cuti sekolah Gabriel akhirnya dapat bersekolah di kampung itu. Hari pertama yang dinantikan Gabriel selama ini telah pun tiba di mana dia dapat mengenali rakan-rakan baru dari sekolah yang baru. Kelas 3-A dimasuki oleh Gabriel kelihatannya teman-teman sekelasnya terlihat sangat ramah dan mengaluh-aluhkan kedatangannya. “Okey Gabriel boleh duduk di sebelah Mawar” kata Cikgu Tjuman selaku guru kelas mereka. “Okey, terima kasih cikgu” jawab Gabriel. Gabriel kemudiannya berjalan mendekati meja dan kerusi yang telah disediakan untuk dirnya. “Hai aku Mawar” kata Mawar memperkenalkan dirinya. Gabriel tersenyum dan membalas salaman Mawar kepadanya. “Aku Gabriel” jawab Gabriel pula. “Hari tu aku ada datang dengar sharing dari ayah kau, aku suka” puji Mawar pula. “ Makasih ya” jawab Gabriel dengan ramah. “Ok no problem” balas Mawar dengan riang. Jam berlalu dengan sangat cepat waktu rehat telah pun tiba.Mawar mengajak Gabriel untuk membeli makanan di kantin sekolah. Tanpa disedari ada seorang pelajar lelaki tidak sengaja telah melanggarnya menyebabkan Gabriel hampir terjatuh namun untungnya ada Mawar yang telah memegang tanggan Gabriel dari pada dia terjatuh. “Sorry” kata pelajar lelaki itu. Sekali lagi Alif dipertemukan oleh Gabriel malah ternyata Gabriel juga pelajar di sekolah itu dan mungkin saja Gabriel kelihatannya pelajar baru di tempat itu. Alif tersenyum melihat Gabriel. Gabriel mengangkat wajahnya untuk melihat orang yang telah menlanggarnya. Gabriel kaku apabila melihatkan wajah di depannya itu. “Kau?” kata Gabriel. “Ya, aku” kata Alif pula. Gabriel mengangguk dan ingin cepat-cepat meninggalkan kantin sekolah itu. Mawar yang hanya mendiamkan diri di sisi Gabriel hanya memerhati karena keduanya. “Gabriel”panggil Alif pula. Gabriel menoleh dan melihat Alif sekali lagi. Alif mengambil kunci yang jatuh dari lantai dan mungkin saja kunci itu milik Gabriel dikeranakan kes hampir jatuh Gabriel dibuatnya. “ Ini kunci kau tertinggal” Kata Alif lalu menyerahkan kunci tersebut kea rah Gabriel. Sesaat kemudian kunci tersebut berpindah ke tanggan miliknya. “Terima kasih” balas Gabriel pendek. “ Okey” Jawab Alif pula. Alif terus melihat belakang Gabriel sehingglah Gabriel hilang dari pandangannya. Tidak lupa teman-teman Alif turut menuntun Gabriel sehingga Gabriel hilang dari pandangan. Pastinya ke tiga teman Alif yang lagi bersamanya pasti terpesona dengan kecantikan yang ada dalam diri Gabriel. Menyedari akan hal itu Alif melihat kearah ketiga temannya sesuai dengan dugaannya Farid, Kamal dan Mahen kaku tidak bergerak terpukau dengan kecantikan Gabriel. “Dia aku punya”kata Alif dengan tegas. Mendengarkan hal itu ketiga-tiga mereka melihat kearah Alif lalu tertawa. “Perasan siapa duluan dia dapat titik” kata Farid pula. “Siapa tu namanya”kata Kamal pula. “Gab…Gab… apa?” Mahen juga tidak ingin ketinggalan dengan perlawanan dari teman-temannya, “Awas ya” amarah Alif pula. Seandainya manusia boleh merancang dan rancangan itu dipersetujuhi oleh semesta, Alif ingin sekali menjadi pemenang dalam pertempuran yang akan melibatkan hati dan perasaan sehingga dia dapat membuktikan bahawa dia layak untuk menjadi pemanang. Entah kenapa ada satu sinar yang cukup jelas akan kehadiran Gabriel seolah-olah Gabriel mampu menjadikan dia pemenag. Walaupun baru dikenalinya namun terpancar satu harapan yang dapat memberikan Alif satu titik di mana akan ada satu perjuangan yang indah pada waktunya nanti. Alif sememangnya suka dengan cabaran, cabaran di mana dia dapat belajar untuk jadi yang lebih baik dalam proses kedewasaannya. “Gab, kau kenal dengan Alif” tanya Mawar yang dari tadi tertanya-tanya. Gabriel mengelengkan kepadalaya lalu mengambil menarik dan mengembuskan nafasnya sebelum dia memulakan kisah yang sebenarnya. Gabriel tau pasti Mawar akan tertanya-tanya dengan cara mereka dan apatah lagi Alif memanggil Gabriel di depan Mawar. “Ceritanya begini aku tu suka sama kucing jadi adalah kucing parsi time ayah sedang memberitkan injil. Mungkin hari tulah kau datang mendengar sharing dari ayah aku Mawar. Lepas tu aku tidak tengok pun kiri kanan ketika melintas jalan. Jadi dari sana lah aku kenal Alif dia hampir melanggar aku. Begitu ceritanya” Kata Gabriel dengan panjang lebarnya. “Wahh, perjalanan yang panjang kan” Balas Mawar lalu menepuk kedua tanggannya. “Kau ini sudahlah” jawab Gabriel. “Tapi kan Gab, Alif tu orangnya tinggi dan berupa juga, setahu aku lah kan ramai tu pelajar perempuan suka kat dia tapi belum ada satu pun yang dapat menarik perhatiannya. Sebab itulah Alif jenis yang suka memilih gitu tapi tidak tau lah juga. Farah kelas 4 tu pun suka kat dia dari dulu dah dia pendem tapi itu lah langsung tiada respond dari Alif dan mungkin juga Alif tidak suka dengan dia” terang Mawar pula. “Memang si Alif tu lelaki terhensome di sini apa” balas Gabriel pula. “Boleh dikatakan bgitulah” Jawab Mawar pendek. Gabriel membuat muka kearah Mawar. Kacak? Perkataan itu hanya terlihat dari wajah manusia yang dibentuk melalui tanah liat sesuai dengan gambaran manusia. Perkataan itu pasti sesuatu saat akan luntur juga dikeranakan oleh faktor usia. Ketika seseorang telah mencapai di usia 50 an pasti wajah sebenar akan kelihatan dengan tempoh yang sangat lama berbanding dengan struktur kulit ketika seseorang masih lagi menjadi kanak-kanak. Kecantikan dan kesempurnaan wajah seseorang yang dilihat dari mata kasar manusia pasti empunyah kepada wajah itu akan merasa tidak cukup walaupun mereka diberikan wajah yang sangat cantik tapi masih merasakan kekurangan. Sungguh saat-saat ini lah remaja dinasihatkan untuk menjaga kulit agar kelak tidak menyesal apanila struktur kulit akan berubah sekurang kurangnya kita perna memiliki kulit yang cantik dan iidamkan oleh semua orang. Gabriel yang seorang diri sedang menungguh ayahnya untuk menjemputnya di pondok sekolah mengambil telefon bimbit serta alat untuk mendengar lagu. Gabriel memutarkan lagu kesukaannya lalu pelan pelan menguyangkan kepalanya untuk mengikuti rentak dari lagu yang dipasangnya. “Sedang tungguh ada yang jemput ya” kata Alif yang tidak tau datang dari mana. Gabriel menoleh dan melihat kea rah Alif. Gabriel hanya memberikan senyuman dan mengangguk. “Gab boleh tanya?” Kata Alif pula. Namun tidak ada respond yang diberikan oleh Gabriel dikeranakan satu alat yang telah disumbatkan di dalam telingga Gabriel untuk dia mendengar lagu kesukaannya. Dengan beraninya Alif mencabut alat pendengar lagu tersebut dari telingga Gabriel. “Kenapa” tanya Gabriel yang nada yang terkejut dengan perbuatan Alif sebentar tadi. “Aku mau tanya tapi kau tidak bagi aku respond pun” balas Alif pula. Melihatkan kepolosan Alif Gabriel tertawa. Sungguh Gabriel merasakan pelajar-pelajar perempuan di sekolah itu pasti telah salah menduga dengan gaya sebenar Alif yang nampaknya agak polos untuk diteliti. “Kenapa ketawa?” kata Alif pula. Namun tawa Gabriel membuatkan Alif tersenyum dan memuji kecantikan Gabriel dalam hatinya. “ Ternyata kau polos juga” balas Gabriel. “Mana ada”bantah Alif pula. “Hmm, iyalah kau mau tanya apa tadi?” balas Gabriel pula. “Ayah kamu kerja apa?” Gabriel kehairanan dengan soalan yang diajukan oleh Alif sebentar tadi. Sungguh soalannya sememangnya lari dari otak kanan dan kirinya. Baru dikenali mala terus ke point perkejaan orang tua pula. Alif ni memangnya kenapa tiada angina tiada ribut mala ingin mengetahui pekerjaan ayah bisik hati kecil Gabriel. “Ayah aku Paster dia baru di pindahkan di kampung ini. Kenapa?’ jawab Gabriel pula. Alif terdiam ternyata dugaan dia selama ini melencong entah kemana sehinggakan kenyataan tersebut membuatkan Alif terdiam. “Takpa nanti diuruskan” kata Alif perlahan namun masih boleh didengari oleh Gabriel. “Maksud kau?” jawab Gabriel yang masih bingung dengan soalan Alif dan ditambahkan lagi dengan kata-katanya sebentar tadi. “Tiada”jawab Alif pendek lalu berlalu meninggalkan Gabriel menungguh seorang diri. Hendak sahaja Alif menemani Gabriel sehingga Gabriel dijemput oleh ayahnya namun apa kan daya jika terus-terus berada di sana Alif takut jika Gabriel berasa tidak selesa dengan kehadirannya. Tambahan pula jika dilihat dari segi penampilan Gabriel, Gabriel bukanlah seseorang yang suka ditemankan oleh lelaki yang baru dikenalinya dan bukanlah seseorang yang seperti kata orang bukan perempuan yang meminta puji dari seorang lelaki. Gabriel juga nampaknya sangat berperinsip dalam hidupnya dan itulah yang dilihat oleh Alif. “ Pelan-pelan” kata Alif seorang diri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD