Bab 2

1331 Words
Hari yang ditunggu telah tiba, keluarga Gabriel telah siap berpindah di tempat yang baru yakni di sebuah kawasan yang diidamkan oleh Gabriel selama ini. Tempat pertama yang dikunjungi oleh Gabriel ialah di sebuah kawasan lapang yang menghijau. Sapi-sapi memulai berarak menyapa makanan di depan mata. Sungguh indah dan nyaman di tempat itu. Sebelum pulang kerumah barubGabriel telah memetik lalang dalam perjalanan lalu dia memasukkan lalang tersebut ke dalam botol kaca. Di bawahnya balik dan disimpan rapi di atas meja belajarnya. “ Best kah tempatnya?” kata seseorang dalam talian. “Best cuacanya sejuk. Pemandangannya juga cantik” balas Gabriel yang sedang berbual dalam telefon. “Ok lah kalau abang balik kita round tempat tu ya” Jawab seseorang dalam talian lalu terdengar bunyi tawa di hujung talian. “ Okey no problem” balas Gabriel lalu membalas tawa yang didengarinya. Gabriel mematikan talian dan mendapatkan orang tuanya. Setelah siap mengunjungi ladang sapi, kini keluarganya mengunjungi lading kambing pula. Gabriel terlihat bahagia apabila dia melihat dan merasakan pemandangan yang sangat indah bak lukisan di depan mata. Di bawah kaki Gunung Kinabalu serta pemandangan menghijau dihiasi oleh kebun-kebun sayur cukup menyenangkan bagi Gabriel. Tiba seekor kambing dating lalu menjilat jari-jari manis Gabriel. Gabriel menunduk lalu membelai kambing tersebut. “Kambingnya jinak” kata pekerja di tempat tersebut. “Ya” balas Gabrile pendek. Dulu diceritakan terdapat ladang domba yang dijaga oleh seorang kakek tua. Kakek tua itu telah mengembalah selama 35 tahun hidupnya. Pasti jika bercerita tentang domba pastinya kita sudah tau aka nada domba yang hilang. Ya benar juga kerana domba itu diumpamakan oleh seseorang yang pergi meninggalkan keluarganya untuk dunia namun apabila dia sedar akan perbuatannya maka ia kembali ke pangkuan keluraganya. Bukan kah mengembalah itu terlalu seronok untuk dilakukan kerana setiap hari kita akan memimpin dan membawah anak-anak dombah itu pulang ke tempat mereka. Paginya pula kita akan membawa domba itu di atas perbukitan untuk memberikan makanan kepada domba-domba itu. Melihatkan cara pemimpinannya terhadap dombah itu ia sama dengan kita bukan? Kita dipimpin dan diberikan bantuan namun ada juga sesetengah dari kita mengatakan bahawa kita bukan dipimpin tapi dibodohkan oleh pemimpin. Dunia sememangnya telah canggih setiap perkara hanya dicari dihujung jari. Sekecil pun masalah pasti akan disebarkan oleh sebuah gadjet. Sebuah gadjet yang akhirnya memakan diri sendiri menyebarkan fitnah dan menyerang orang lain sehingga menyebabkan kematian.Gabriel mulai berdoa agar dijauhkan oleh semua yang tidak diingini, agar dia dapat menjadi pengembala yang setia dan tidak termakan oleh pemainan dunia suatu hari nanti. Kelak, manusia pasti akan kembali kepada Tuhan mereka jadi bukankah lebih baik kita kembali ke jalan yang benar seperti gembalah kehilangan dan mencari dombanya yang hilang. “ Tuhan, jika suatu hari nanti aku pergi meninggalkan mu tolong cari dan bawah aku pulang ke tempatmu” Gabriel mengungkapkan kata-kata itu dalam hati kecilnya. “Jomlah kita kan kita mau kemas barang lagi” ajak Pst Gilbert. “ok jom” jawab Pst Aliska pula. Gabriel hanya mengangguk. Dalam perjalanan, Gabriel membuang keluar jendelah untuk melihat pemandangan. Gabriel melihat pekerja-pekerja yang sedang tekun menyiram dan memetik hasil yang ditanam. Gabriel melambai kearah orang-orang yang dilewati oleh kereta mereka. Gabriel tersenyum dan berharap bahawa pemandangan di depan matanya tidak akan dimakan oleh kerakusan manusia yang cuba mengancurkan alam sekitar. Beberapa minit kemudian, keluarga Gabriel telah tiba di tempat tujuan. Rumah yang cantik untuk keluarga mereka telah siap berdiri mengaluh aluhkan kedatangan mereka. Disajikan oleh pemandangan yang indah cukup memberikan kepuasan kepada Gabriel. Dari kecil Gabriel serta keluarganya akan berpindah mengikut arahan dari pihak gereja untuk ayahnya. Oleh itu, untuk merasakan sebenar-benarnya rumah yang dimiliki oleh keluarganya belum perna di rasai oleh Gabriel dikeranakan mereka harus berpindah ke tempat-tempat baru untuk pelayanan. Tiba-tiba Gabriel kaku berdiri merasakan suasana damai itu, ternyata tempat barunya itu didiami oleh orang-orang yang mesra apabila seorang perempuan tua menyapah dan mengalu aluhkan kedatangan mereka ke tempat itu. “Saya nenek Manda yang mengurus tempat ini” kata nenek manda dengan ramah. “Aku Gabriel nek”balas Gabriel “Gabriel, orangnya cantik seperti anak patung”gurau nenek manda pula. “Ada ada saja nenek ni” Gabriel tertawa dan merasakan kesyukuran yang sangat dalam kerana diberikan kesempatan untuk merasakan suasana ditempat itu. “Malam pakai baju yang tebal ya, sebab cuaca di sini terlalu sejuk” pesan nenek manda pula. “Ok nek, patutlah anak gadis di tempat ini kebanyakannya putih-putih semua”balas Gabriel dengan gurauannya. “tidak dinafikan” jawab Nenek Manda lalu tertawa. Gabriel juga ikut tertawa. “Dah, masuklah. Nenek nak jumpa mama ayah kamu dulu” arah nenek manda pula. Gabriel mengangguk lalu mengambil bagasinya. Gabriel memasuki sebuah bilik, bilik yang terlihat kemas dan cantik dengan dihiasi sebuah lukisan pemandangan memberikan kepuasan dalam diri Gabriel. Gabriel menyentuh lukisan tersebut. Sepertinya lukisan itu dilukis oleh seseorang yang sangat handal dalam mengunakan dan mencampurkan warna-warna. Gabriel melihat keluar jendela sambil membawa lukisan tersebut. Ditelitinya lukisan itu ternyata lukisan itu dilukis berdasarkan pemandangan didepan mata. Gunung Kinabalu sebagai subjek utama dalam lukisan itu membuatkan Gabriel tersenyum seorang diri. Tanpa di ketahuinya, seseorang sedang melihat kelakuan Gabriel di balik pintu. Seseorang itu tersenyum seorang diri melihatkan karena Gabriel. Tanpa dipintah pelan-pelan sosok tubuh itu mendekati Gabriel. “Gabriel!” teriak sosok itu. “Kepala kau jatuh!” kata Gabriel keras dikeranakan terkejut mendengarkan teriakan itu. Pst Aliska lalu mengeluarkan suara yang sangat tidak menyenangkan untuk didengari iaitu bunyi tawa seseorang seperti Pontianak. Gabriel hanya mengeleng gelengkan kepala melihat kelakuan ibunya itu. “mak” kata Gabriel pula. “Sorry, sorry mak tidak sengaja” balas Pst Aliska dengan sisa sisa tawanya. “tidak sengaja apa?memang disengajakan” rajuk Gabriel pula. “Ya,y, sorry sorry” “okeylah kenapa?” Gabriel akhirnya mengalah dengan kelakuan keanak-anakan ibunya itu. “Bisuk ayah yang akan berkotbah jadi siap-siap saja kalau jemaat mau berkenalan nanti” pesan Pst Aliska pula. “Macam tidak biasa” balas Gabriel pula. “hmm iya macam tidak biasa kan” jawab Pst. Aliska “ Mak, lukisannya dia cantik kan” kata Gabriel yang memuji lukisan yang dari tadi dipigangnya. “Ya, siapa yang lukis?”Tanya Pst Aliska pula. “Mana lah aku tau mak, lukisan ini memang ada di sini masa aku masuk lagi” terang Gabriel mengenai lukisan itu. “Tu ada nama dihujung lukisan” Pst Aliska memancungkan mulutnya kea rah hujung lukisan tersebut. Gabriel lalu melihat ke hujung lukisan itu dan memerhati nama yang tertera di dalam gambar itu. “ Alif?” sebut Gabriel. “Alif aziz kh Alif satar” gurau Pst Aliska pula. “Ishh mak ni dahlah aku nak kemas bilik dulu, pergi main jauh-jauh” kata Gabriel dengan gurauannhya. “Ya,ya,ya”balas Pst Aliska lalu meninggalkan Gabriel seorang diri di dalam ruangan itu. “Alif, hemmm alif satar” kata Gabriel seorang diri. Gabriel tersenyum dan sangat bersyukur kerana diberikan orang tua yang mampu memberikan dia senyuman ketika dalam kesedian. Walaupun matanya tidak perna menangis namun di dalam hatinya selalu menangis. Gabriel tidak selemah seperti anak-anak gadis yang lain dia seseorang yang sangat kuat kerana yakin bahawa nangis secara terang-terang itu akan mengundang sifat kasian dari orang lain sehinggakan mereka berpikir bahawa dia seorang yang sangat lemah. Gabriel juga tidak ingin keluarganya bersedih jika dia terlihat sedih di depan ibu dan ayahnya. Walaupun kesepian tapi dia tidak perna kekurangan dari segi kasih saying yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Abangnya pula yang sedang melanjutkan pelajarannya sering kali menghubungi Gabriel untuk mengetahui keadaan satu-satunya adik perempuannya itu. Dulu Gabriel memiliki seorang kakak namun kakaknya hilang tanpa dikesan oleh pihak berkuasa apabila mengikuti sebuah perkemahan. Ada yang mengatakan bahawa kakaknya mungkin terjatuh dan telah meninggal dunia tapi sampai saat ini mereka belum menemui jasad kakaknya jika benar kakaknya itu telah meninggal dunia. Senjak dari sanalah Gabriel melihat pelbagai jenis tangisan dalam keluarganya dan dia berharap agar air matanya tidak perna jatuh tapi siap mengelap dan mengapus air mata orang lain. Senjak dari sana jugalah Gabriel diperhatikan dengan penuh perhatian dari keluarganya agar tidak mengulang semula kisah yang lalu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD