Hari yang ditunggu telah tiba, keluarga Gabriel telah siap berpindah di tempat yang baru
yakni di sebuah kawasan yang diidamkan oleh Gabriel selama ini. Tempat pertama yang
dikunjungi oleh Gabriel ialah di sebuah kawasan lapang yang menghijau. Sapi-sapi memulai
berarak menyapa makanan di depan mata. Sungguh indah dan nyaman di tempat itu.
Sebelum pulang kerumah barubGabriel telah memetik lalang dalam perjalanan lalu dia
memasukkan lalang tersebut ke dalam botol kaca. Di bawahnya balik dan disimpan rapi di
atas meja belajarnya.
“ Best kah tempatnya?” kata seseorang dalam talian.
“Best cuacanya sejuk. Pemandangannya juga cantik” balas Gabriel yang sedang berbual
dalam telefon.
“Ok lah kalau abang balik kita round tempat tu ya” Jawab seseorang dalam talian lalu
terdengar bunyi tawa di hujung talian.
“ Okey no problem” balas Gabriel lalu membalas tawa yang didengarinya. Gabriel
mematikan talian dan mendapatkan orang tuanya.
Setelah siap mengunjungi ladang sapi, kini keluarganya mengunjungi lading kambing
pula. Gabriel terlihat bahagia apabila dia melihat dan merasakan pemandangan yang sangat
indah bak lukisan di depan mata. Di bawah kaki Gunung Kinabalu serta pemandangan
menghijau dihiasi oleh kebun-kebun sayur cukup menyenangkan bagi Gabriel. Tiba seekor
kambing dating lalu menjilat jari-jari manis Gabriel. Gabriel menunduk lalu membelai
kambing tersebut.
“Kambingnya jinak” kata pekerja di tempat tersebut.
“Ya” balas Gabrile pendek.
Dulu diceritakan terdapat ladang domba yang dijaga oleh seorang kakek tua. Kakek
tua itu telah mengembalah selama 35 tahun hidupnya. Pasti jika bercerita tentang domba
pastinya kita sudah tau aka nada domba yang hilang. Ya benar juga kerana domba itu
diumpamakan oleh seseorang yang pergi meninggalkan keluarganya untuk dunia namun
apabila dia sedar akan perbuatannya maka ia kembali ke pangkuan keluraganya.
Bukan kah mengembalah itu terlalu seronok untuk dilakukan kerana setiap hari kita
akan memimpin dan membawah anak-anak dombah itu pulang ke tempat mereka. Paginya pula kita akan membawa domba itu di atas perbukitan untuk memberikan makanan kepada
domba-domba itu. Melihatkan cara pemimpinannya terhadap dombah itu ia sama dengan
kita bukan? Kita dipimpin dan diberikan bantuan namun ada juga sesetengah dari kita
mengatakan bahawa kita bukan dipimpin tapi dibodohkan oleh pemimpin.
Dunia sememangnya telah canggih setiap perkara hanya dicari dihujung jari. Sekecil
pun masalah pasti akan disebarkan oleh sebuah gadjet. Sebuah gadjet yang akhirnya
memakan diri sendiri menyebarkan fitnah dan menyerang orang lain sehingga menyebabkan
kematian.Gabriel mulai berdoa agar dijauhkan oleh semua yang tidak diingini, agar dia
dapat menjadi pengembala yang setia dan tidak termakan oleh pemainan dunia suatu hari
nanti. Kelak, manusia pasti akan kembali kepada Tuhan mereka jadi bukankah lebih baik
kita kembali ke jalan yang benar seperti gembalah kehilangan dan mencari dombanya yang
hilang.
“ Tuhan, jika suatu hari nanti aku pergi meninggalkan mu tolong cari dan bawah aku pulang
ke tempatmu” Gabriel mengungkapkan kata-kata itu dalam hati kecilnya.
“Jomlah kita kan kita mau kemas barang lagi” ajak Pst Gilbert.
“ok jom” jawab Pst Aliska pula.
Gabriel hanya mengangguk.
Dalam perjalanan, Gabriel membuang keluar jendelah untuk melihat pemandangan.
Gabriel melihat pekerja-pekerja yang sedang tekun menyiram dan memetik hasil yang
ditanam. Gabriel melambai kearah orang-orang yang dilewati oleh kereta mereka. Gabriel
tersenyum dan berharap bahawa pemandangan di depan matanya tidak akan dimakan oleh
kerakusan manusia yang cuba mengancurkan alam sekitar.
Beberapa minit kemudian, keluarga Gabriel telah tiba di tempat tujuan. Rumah yang
cantik untuk keluarga mereka telah siap berdiri mengaluh aluhkan kedatangan mereka.
Disajikan oleh pemandangan yang indah cukup memberikan kepuasan kepada Gabriel. Dari
kecil Gabriel serta keluarganya akan berpindah mengikut arahan dari pihak gereja untuk
ayahnya. Oleh itu, untuk merasakan sebenar-benarnya rumah yang dimiliki oleh
keluarganya belum perna di rasai oleh Gabriel dikeranakan mereka harus berpindah ke
tempat-tempat baru untuk pelayanan.
Tiba-tiba Gabriel kaku berdiri merasakan suasana damai itu, ternyata tempat
barunya itu didiami oleh orang-orang yang mesra apabila seorang perempuan tua
menyapah dan mengalu aluhkan kedatangan mereka ke tempat itu.
“Saya nenek Manda yang mengurus tempat ini” kata nenek manda dengan ramah.
“Aku Gabriel nek”balas Gabriel
“Gabriel, orangnya cantik seperti anak patung”gurau nenek manda pula.
“Ada ada saja nenek ni” Gabriel tertawa dan merasakan kesyukuran yang sangat dalam
kerana diberikan kesempatan untuk merasakan suasana ditempat itu.
“Malam pakai baju yang tebal ya, sebab cuaca di sini terlalu sejuk” pesan nenek manda
pula.
“Ok nek, patutlah anak gadis di tempat ini kebanyakannya putih-putih semua”balas Gabriel
dengan gurauannya.
“tidak dinafikan” jawab Nenek Manda lalu tertawa. Gabriel juga ikut tertawa.
“Dah, masuklah. Nenek nak jumpa mama ayah kamu dulu” arah nenek manda pula. Gabriel
mengangguk lalu mengambil bagasinya.
Gabriel memasuki sebuah bilik, bilik yang terlihat kemas dan cantik dengan dihiasi
sebuah lukisan pemandangan memberikan kepuasan dalam diri Gabriel. Gabriel menyentuh
lukisan tersebut. Sepertinya lukisan itu dilukis oleh seseorang yang sangat handal dalam
mengunakan dan mencampurkan warna-warna. Gabriel melihat keluar jendela sambil
membawa lukisan tersebut. Ditelitinya lukisan itu ternyata lukisan itu dilukis berdasarkan
pemandangan didepan mata. Gunung Kinabalu sebagai subjek utama dalam lukisan itu
membuatkan Gabriel tersenyum seorang diri.
Tanpa di ketahuinya, seseorang sedang melihat kelakuan Gabriel di balik pintu.
Seseorang itu tersenyum seorang diri melihatkan karena Gabriel. Tanpa dipintah pelan-pelan
sosok tubuh itu mendekati Gabriel.
“Gabriel!” teriak sosok itu.
“Kepala kau jatuh!” kata Gabriel keras dikeranakan terkejut mendengarkan teriakan itu.
Pst Aliska lalu mengeluarkan suara yang sangat tidak menyenangkan untuk didengari
iaitu bunyi tawa seseorang seperti Pontianak. Gabriel hanya mengeleng gelengkan kepala
melihat kelakuan ibunya itu.
“mak” kata Gabriel pula.
“Sorry, sorry mak tidak sengaja” balas Pst Aliska dengan sisa sisa tawanya.
“tidak sengaja apa?memang disengajakan” rajuk Gabriel pula.
“Ya,y, sorry sorry”
“okeylah kenapa?” Gabriel akhirnya mengalah dengan kelakuan keanak-anakan ibunya itu.
“Bisuk ayah yang akan berkotbah jadi siap-siap saja kalau jemaat mau berkenalan nanti”
pesan Pst Aliska pula.
“Macam tidak biasa” balas Gabriel pula.
“hmm iya macam tidak biasa kan” jawab Pst. Aliska
“ Mak, lukisannya dia cantik kan” kata Gabriel yang memuji lukisan yang dari tadi
dipigangnya.
“Ya, siapa yang lukis?”Tanya Pst Aliska pula.
“Mana lah aku tau mak, lukisan ini memang ada di sini masa aku masuk lagi” terang Gabriel
mengenai lukisan itu.
“Tu ada nama dihujung lukisan” Pst Aliska memancungkan mulutnya kea rah hujung lukisan
tersebut. Gabriel lalu melihat ke hujung lukisan itu dan memerhati nama yang tertera di
dalam gambar itu.
“ Alif?” sebut Gabriel.
“Alif aziz kh Alif satar” gurau Pst Aliska pula.
“Ishh mak ni dahlah aku nak kemas bilik dulu, pergi main jauh-jauh” kata Gabriel dengan
gurauannhya.
“Ya,ya,ya”balas Pst Aliska lalu meninggalkan Gabriel seorang diri di dalam ruangan itu.
“Alif, hemmm alif satar” kata Gabriel seorang diri.
Gabriel tersenyum dan sangat bersyukur kerana diberikan orang tua yang mampu
memberikan dia senyuman ketika dalam kesedian. Walaupun matanya tidak perna menangis
namun di dalam hatinya selalu menangis. Gabriel tidak selemah seperti anak-anak gadis
yang lain dia seseorang yang sangat kuat kerana yakin bahawa nangis secara terang-terang
itu akan mengundang sifat kasian dari orang lain sehinggakan mereka berpikir bahawa dia
seorang yang sangat lemah.
Gabriel juga tidak ingin keluarganya bersedih jika dia terlihat sedih di depan ibu dan
ayahnya. Walaupun kesepian tapi dia tidak perna kekurangan dari segi kasih saying yang
diberikan oleh kedua orang tuanya. Abangnya pula yang sedang melanjutkan pelajarannya
sering kali menghubungi Gabriel untuk mengetahui keadaan satu-satunya adik
perempuannya itu. Dulu Gabriel memiliki seorang kakak namun kakaknya hilang tanpa
dikesan oleh pihak berkuasa apabila mengikuti sebuah perkemahan.
Ada yang mengatakan bahawa kakaknya mungkin terjatuh dan telah meninggal
dunia tapi sampai saat ini mereka belum menemui jasad kakaknya jika benar kakaknya itu
telah meninggal dunia. Senjak dari sanalah Gabriel melihat pelbagai jenis tangisan dalam
keluarganya dan dia berharap agar air matanya tidak perna jatuh tapi siap mengelap dan
mengapus air mata orang lain. Senjak dari sana jugalah Gabriel diperhatikan dengan penuh
perhatian dari keluarganya agar tidak mengulang semula kisah yang lalu.