Manusia diciptakan dengan kemampuan saling mencintai, bersatu dalam perbedaan. Cinta
adalah kekuatan yang mempersatukan manusia dalam perbedaan dan keunikannya sebagai
laki-laki dan perempuan. Cinta, tidak dirancang oleh Tuhan untuk memisahkan sepadang
suami istri meskipun ada perbedaan di antara mereka. Gabriel yang tampak polos membelek
helaian demi helaian dari sebuah buku catatan milik ayahnya dia menemukan satu kalimat.
Kalimat yang simple namun bermakna untuk difahami.
“kita adalah orang yang saling mendoakan, tapi tak bisa dipersatukan oleh Tuhan”
Gabriel terdiam lalu berpikir, apa kamu percaya dengan jodoh? Jika kamu percaya
maka adakah benar jika jodoh itu di tanggan Tuhan atau itu adalah pilihan dari kita.
Sungguh kalimat itu memberikan seribu tandah Tanya dalam pikiran Gabriel.
“satu kalimat ini saja suda bepusing kepalaku. Ayah..Ayah” Bebel Gabriel sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Gabriel tidak menyangka bahawa dia terlahir dalam keluarga yang berpegang teguh
kepada agama. Ayahnya seorang Paster yang baru sahaja diberikan tugas pelayanan di
sebuah kawasan perkampungan yang terletak di Sabah. Gabriel tahu menjadi anak dari
seorang paster adalah tidak mudah. Setiap gerak geri akan diperhatikan oleh orang lain
sehinggalah dari segi pakaian sekalipun orang – orang sekeliling akan turut menilai. Kadang
Gabriel terasa terkurung bak seperti seekor burung yang dikurung di dalam sangkar yang
cuba melepaskan diri dan melihat dunia sebenar. Namun apakan daya jika memang dia
mempunyai darah dari seorang Paster.
“Satu saat kamu akan menggerti mengapah kamu dipilih untuk menjadi anak dari seorang
lelaki yang bernama Gilbert.” Keluh Gabriel seorang diri dalam ruangan itu.
“Anak darah tidak boleh mengeluh” kata seseorang dari belakang. Mendengarkan empunyai
suara tersebut. Gabriel berpaling terlihat sosok tubuh seorang wanita yang amat dicintainya.
Ya, wanita itu adalah ibunya.
“Bukan mengeluh mak tapi Gabriel cemburuh dengan anak-anak gadis yang lain. Mereka
bebas berpakaian” balas Gabriel pula.
Pst. Aliska lalu mendekati anak perawannya, dia membelai lembut rambut halus
Gabriel. Lalu pelan-pelan Pst. Aliska menyusun ayat agar tidak menyekati perasaan anak
perawannya itu.
“Seseorang itu bukan dinilai dari segi berpakaian Gabriel tapi ia dinilai dari diri kita. Kamu
bebas berpakaian tapi jangan perna lari dari cara kamu. Jangan terlalu seksi ya” balas Pst.
Aliska.
Mendengarkan kata-kata itu Gabriel hanya mengangguk lalu melabuhkan
pandangannya keluar jendelah. Gabriel mulai berimaginasi jika suatu hari nanti keluarganya
dipindahkan ke tempat yang baru Gabriel menginginkan sebuah permandangan yang sangat
canti dihiasi dengan rumput-rumput hijau. Sebuah kawasan yang terletak di kaki gunung,
cuaca yang sejuk dan nyaman. Pekan kecil yang indah dan bersih serta bunyi kenderaan
yang kurang berisik. Gabriel tidak perna menginginkan tinggal di sebuah perkotaan yang
tinggi bangunannya tapi Gabriel menginginkan sebuah kawasan yang damai. Yakni di
sebuah pendesaan.
“Gab, kita akan pindah ke kundasang minggu depan. Pemimpin gereja baru saja
menghubungi ayah untuk pemindahan” kata Pst.Aliska sambil menyikat rambut hitam
Gabriel.
Mendengarkan berita tersebut. Gabriel tersenyum puas. Gabriel kini tidak
berimaginasi namun ia menjadi kenyataan. Kundasang? Tempat di mana kaya dengan
kehijauan, ia terletak di bawah kaki gunung kinabalu. Sungguh nyaman dan selesa cuacanya
bak seperti negara luar. Gabriel kegirangan lalu berlari menemui ayahnya yang sedang
mencuci kereta.
“Ayah, kundasang?”Tanya Gabriel
“Ya, minggu depan kita pindah di sana” balas Pst. Gilbert.
“Okey,terima” gurau Gabriel lalu memancungkan mulutnya kea rah ayahnya.
“Ishh, anak darah ni dah lah pergi main jauh-jauh.” Halau Pst. Gilbert yang juga bergurau
dengan anak perawannya itu.
Tanpa membalas perkataan ayahnya Gabriel langsung membuka langkah meninggalkan Pst.
Gilbert.
Hal pertama yang dilakukan oleh Gabriel untuk berpindah ke tempat baru adalah
Gabriel mengunjungi sebuah gereja. Di mana di dalam gereja itu dihuni oleh 10 orang
biarawati. Memang sukar jika orang luar menemui kesepuluh biarawati tersebut namun
status Gabriel yang menjadi anak seorang Paster membolehkan Gabriel bertemu secara
diam kepada 10 orang biarawati tersebut. Gabriel hanya mampu melihat dari luar pintu
gereja dikeranakan 10 orang biarawati tersebut sedang membersihkan gereja.
Anna seorang biarawati yang melihat Gabriel mengambil langkah untuk menemui
Gabriel. Seorang gadis yang baru berusia 19 tahun telah mengambil keputusan untuk
menjadi seorang biarawati.Anna yang berjiwa besar telah lama meninggalkan kampong
halamannya untuk menjadi seorang biarawati. Anna perna disakiti sehingga hancur hatinya
oleh dunia dengan menjadi seorang biarawati di gereja itu Anna dapat menyembuhkan luka
hatinya yang sangat dalam hanya dengan melayani. Gabriel bukanlah seorang katolik tapi
dia kagum dengan kesabaran dan keteguan dari seorang biarawati. Gabriel memang
seorang penganut kristian namun aliran yang lain di mana tidak ada istilah biarawati dalam
agamanya.
“Gabriel” panggil Anna.
Mendengarkan namanya disebut Gabriel hanya mengukir senyuman lalu melambai
kearah Anna. Jarak usia yang hanya 4 tahun mudah dari Anna tidak menjanjikan Gabriel
bukan seorang yang matang namun dia sangat matang berbanding dengan teman-
temannya yang lain. Gabriel mempunyai seorang abang yang kini sedang bersekolah di
dalam negeri dengan mengambil jurusan perhotelan. Anna menghadiakan sebuah garisan
yang indah di wajahnya.
“Anna, minggu depan aku dan keluarga akan berpindah” kata Gabriel lalu melabuhkan
punggungnya di atas kerusi dan diikuti oleh Anna yang mengambil duduk di sebelah Gabriel.
“Jadi kamu tidak akan kesini lagi?” Tanya Anna pula.
“Datang lah tapi mungkin lama lah” jawab Gabriel.
“ok, jangan risau kami di sini tidak akan kemana-mana juga”
Gabriel merenung jauh kearah anak mata Anna. Dilihatnya satu gambaran yang
cukup menarik perhatiannya. Anak mata yang besar dan bulat serta kelopak mata yang
cantik membuatkan Gabriel berpikir kenapa ada insan seorang lelaki telah merobek hatinya
sehingga sanggup meninggalkan keluarganya hanya untuk menjadi seorang biarawati.
“Kenapa?” Tanya Anna
“Anna kau perna nonton Anne of green gables?” Gabriel melabuhkan pandangannya ke
sebuah perbukitan yang nun jauh dari anak matanya.
“ Belum” jawab Anna pendek.
“Dalam cerita tu ada seorang kanak-kanak bernama Anne, Anne menginginkan sebuah
keluarga yang bahagia di mana dia diambil menjadi anak angkat. Orang tua Anne telah
meninggal ketika Anne masih budak dan dititipkan di pusat jagaan yatim piatu. Satu hari
ada sepasang adik beradik yang bernama Mathew dan Martha mereka mengingkan seorang
anak lelaki namun yang sampai adalah seorang anak perempuan yang bernama Anne. Kau
mau tau kisah selanjutnya” terang dan Tanya Gabriel pula.
“Ya”
“Okey, awalnya Anne tidak diterima dalam keluarga tersebut kerana dia seorang
perempuan. Hari demi hari berlalu Mathew dan Martha merasakan bahawa Anne adalah
seorang anak gadis yang sangat rajin dan pelan-pelan mereka menyayanginya. Pihak panti
asuhan tiba-tiba sahaja datang untuk mengambil Anne semula dikeranakan awalnya Martha
dan Mathew menginginkan seorang lelaki. Panti asuhan ingin menukarkan Anne dengan
seorang anak lelaki baru yang baru masuk di dalam panti tersebut. Dikeranakan telah terlalu
saying Mathew dan Martha akhirnya menolak pihak panti asuhan untuk mengambil Anne
semula.5 tahun berlalu akhirnya Anne jatuh Anna. Jatuh dalam kegelapan apabila dia
mengenali seorang lelaki yang bernama Albert.”
“Maksud kau?” Tanya Anna
“Anne menjadi keras kepala kerana telah jatuh cinta dengan lelaki itu sehingga dia sanggup
melakukan apa sahaja untuk mendapatkan hati seorang insan yang bernama Albert.Selalu
keluar malam dan selalu mabuk mabukan. Sehinggalah dia sedar apabila Mathew ayah
kesayangannya meninggal. Anne sedar dia telah jauh meninggalkan Anne yang dulu. Anne
melanggar batasnya seorang perempuan. Apabila Mathew meninggal yang tinggal hanya
Anne dan Martha. Anne seharusnya bersyukur kerana telah mendapatkan rumah impiannya
dari kecil hanya menginginkan rumah dan keluarga. Maka dia mengambil keputusan untuk
menyerahkan hidupnya kepada gereja. Anne menjadi seorang paster di Greenn Gables.
Anne menjadi seseorang yang sangat bahagia dan dia menjaga Martha dengan baik”Cerita
Gabriel dengan penuh menjiwai.
“Gab, sakit hati yang sangat dalam adalah apabila kau merasakan kau tidak layak didunia.
Dulu aku diumpamakan dengan watak Anne dalam cerita kau. Menginginkan rumah dan
keluarga tapi apa jadi Gab. Semuanya hilang hanya disebabkan oleh lelaki yang durjana itu.
Dia ayah aku sendiri Gab. Dia hampir merosakkan aku dan telah membunuh ibuku. Hatiku
sakit sehinggakan aku menyalahkan Tuhanku kerana tidak berlaku adil dan aku berharap
jika aku menjadi seorang biarawati aku mendapatkan ketenangan sama seperti Anne yang
berubah untuk seorang insan yang menjaga dan merawatnya Gab. Sokong aku supaya
patah hati aku akan dunia ini hilang. Kerana aku selesa berada di tempat ini dan selesa
hidup dalam gereja” butir-butir mutihara akhirnya jatuh juga dari kolamnya. Anna mengelap
lembut pipinya yang dibasahi oleh butir mutihara itu.
“Pasti Anna dan kau juga harus menyokongku dengan apapun yang aku lakukan kelak”
pesan Gabriel.
Kedua mereka saling mengukir senyuman. Senyuman yang indah dan senyuman
yang penuh bermakna. Gabriel sememangnya seorang anak gadis yang sangat ramah dan
disenangi oleh orang-orang sekeliling. Walaupun baru menginjak di usia 15 tahun namun dia
mampu menangkapi kesedian dan keadaan orang yang lebih dewasa dari dirinya. Gabriel
adalah seseorang yang tidak akan meninggalkan sahabatnya seorang diri dalam kesepian
tetapi dia akan selalu ada untuk menenangkan mereka. Sejujurnya Gabriel tidak perna
menitiskan air matanya di depan orang lain kerana dia tidak ingin di anggap lemah dan
selalu beranggapan bahawa jika dia nangis maka tidak aka nada orang yang menolong
untuk mengelap air matanya tetapi jika temannya menangis atau keluarganya menangis dia
siap untuk mengelap dan mengapus air mata itu.