"Sepertinya semuanya makin rumit." Rumaisyah duduk di ranjang kamar. Wanita itu tadi diminta Sultan untuk pergi dan memberi waktu pada Sultan dan Sarah untuk bicara berdua. "Bagaimana Mas Sultan meyakinkan Sarah, ya?" Melihat Sarah yang masih belum menerima keadaan, membuat Rumaisyah bingung, tidak tega rasanya, ia merasa bersalah, ia bagai kacang lupa kulitnya. Dulu, Sarah yang selalu ada untuk membantunya, tetapi sekarang dirinya malah merebut kebahagiaan sahabatnya itu. "Sarah, andai kamu mau menerima anakku, aku rela melepas Mas Sultan, tidak apa kami bercerai nanti, yang penting anakku tetap dapatkan haknya sebagai seorang anak." Rumaisyah menghela napasnya, ia hanya memperjuangkan hak anaknya. "Tapi kamu yang keras hati melarang Mas Sultan memberikan kasih sayangnya sebagai se

