bc

AFFIF DAN NAYYA

book_age0+
1.5K
FOLLOW
17.2K
READ
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Cinta, tidak selamanya cinta yang kita inginkan akan terbalaskan, mengikhlaskan dan percaya, setelah hari berlalu, rasa sakit juga akan berkurang, percaya setiap insan mempunyai perjalanan masing-masing, melepaskan dan kembali menata hati menyambut seseorang yang telah digariskan, meski tak mudah tapi memang sudah seharusnya begitu, karena yang berharga akan selalu terjaga, yang menjaga akan selalu mendapatkan apa yang telah ditakdirkan menjadi miliknya, mengikat namanya dalam akad menjadi Cinta yang di Ridhai-Nya

- Ayaka Hnayaaa -

chap-preview
Free preview
1
Ketika kita mencintai sesuatu melebihi cinta kita kepada Allah, maka akan Allah timpakan kita pedihnya pengharapan dan berakhir dengan kekecewaan.  . . . Nayya Point Of View "Nayya, sampai kapan kamu mau menghindar dari Mas kaya gini? Kalau Mas punya salah, Mas minta maaf" Maaf? Gue gak butuh ucapan itu, kenapa gue harus ngebiarin diri gue terus kesiksa cuma karena sikap Mas Affan? Maaf, gue udah lama milih mundur sebelum sakit hati gue lebih parah dari ini. "Nayya Mas tanya kamu" "Mas gak salah, Nayya yang salah, Nayya yang terlalu berharap jadi Nayya minta tolong tinggalin Nayya sendiri dan jangan ikut campur lagi dengan urusan pribadi Nayya" Jangan ngebuat gue terus salah paham dan makin terpuruk karena sikap baiknya Mas Affan, jangan ngasih gue harapan kalau kenyataan cuma ngasih gue harapan palsu, Mas Affan berharap apa lagi dari gue dengan terus-menerus nanya hal yang sama? Gue ngejauh karena gue takut, takut kecewa kalau pada akhirnya Mas Affan akan berakhir menjadi milik orang lain. "Kamu ikut acara camping kampus lusa? Mas minta kamu ikut" Ni orang budek apa begimana? Gue udah bilang dengan sangan jelas untuk ninggalin gue sendiri dan jangan ikut campur dengan masalah pribadi gue lagi, ikut enggaknya gue sama sekali gak ada hubungannya sama dia. "Terakhir kali, Mas minta kamu ikut" ucap Mas Affan sebelum berlalu ninggalin gue lebih dulu. . . . Lusanya entah kesambet apaan pada akhirnya gue beneran ikut acara camping kampus karena permintaan Mas Affan, bodoh? Memang, hati gue yang gak bisa diajak kompromi lagi. "Kamu dateng?" "Heumm" gak usah di lirik, gue juga tahu yang nanya barusan itu siapa, lagian katanya ini terakhir kalikan? Kalau biasanya gue sama Mas Affan selalu duduk bareng, entah kenapa kali ini rasanya ada yang aneh, bukan karena canggung tapi memang karena Mas Affan udah milih duduk duluan sama orang lain, perempuan lain lebih tepatnya. "Mas duduk sama Reina kamu gak papa Nay?" aku hanya tersenyum kecut dengan pertanyaan Mas Affan, Kak Reina adalah alasan kenapa gue milih mundur, gue bisa apa kalau memang kenyataannya Mas Affan milih Kak Reina sebagai pendamping hidupnya, gadis berpakaian syar'i dengan pembawaan yang sangan sopan, gue gak akan pernah sebanding kalau harus dibandingkan dengan Kak Reina, gue kalah jauh. Setelah ucapan Mas Affan, gue juga mulai mengedarkan pandangan untuk nyari bangku kosong lain tapi aslian ini rame banget, penuh semua, apa gue gak usah jadi berangkat sekalian? "Kamu bisa duduk di sini" Kak Affif bangkit dari duduknya dan memberikan tempat duduknya untuk gue "Affif Ahmad Pratama" adalah salah satu kakak letting gue, teman Mas Affan. Kak Affif memang terkenal sholeh dan cukup pendiam di kampus, sikapnya yang dingin ditambah tampangnya yang hak bisa di bilang lumayan sukses besar membuat Kak Affif cukup diminati sama mahasiswi kampus sini, ya sayang Kak Affif sangat menjaga jarak sama perempuan jadi ya begitu, di anggap angin lalu semua. "Tapi Kakak gimana?" tanya gue ngerasa gak enak, kalau gue duduk otomatis Kak Affif yang harus berdiri. "Gak papa, silakan" Kak Affif menatap gue sekilas dan menunduk kembali, gue yang gak mau kami berdua semakin menjadi pusat perhatian juga langsung duduk dengan Kak Affif yang berdiri tepat di samping gue sekarang. Selama perjalanan gue lebih memilih memakai earphone gue dan menutup mata, gue gak mau mikirin apapun, gak mau mikirin Mas Affan yang sedang tersenyum bahagia dengan Kak Reina disebelahnya atau apapun itu. Lebih dari tiga jam berlalu, kita semua sampai dan langsung dibagi jadi beberapa kelompok, entah karena gue yang lagi apes atau memang takdir, kenapa gue harus satu kelompok sama Kak Reina? Perempuan yang lagi coba gue hindarin. "Tugas kita apa Nay?" tanya Kak Reina lembut. "Nyari kayu bakar Kak" Jawab gue singkat dan berjalan lebih dulu tapi aslian bikin kesel, kenapa Kak Reina kesannya malah kaya ngekorin gini? Nambah pusing gue aja liat mukanya. "Nay kita dimana? Kenapa yang lain udah gak ada?" gue memberhentikan langkah dan langsung ngelirik sekitar, lah iya kenapa yang lain pada gak ada? Ini ni akibatnya kalau kesel gak jelas, misah sendirikan? Kak Reina ngapain ngikutin lagi? Nambah kerjaan gue aja. "Nay, jangan jauh-jauh" hadehh!!! Harusnya gue yang di lindungin bukan malah sebaliknya, disini yang lebih tua siapa? Gue apa Kak Reina? Kenapa kesannya malah kaya gue yang ngejagain? "Ni pake jaket Nayya dan jangan jauh-jauh, sebelum makin gelap lebih baik nyari jalan keluar" ucap gue menjulurkan jaket gue untuk Kak Reina, tar kalau Kak Reina lecet, gue yang kena. "Kakak awas" gue ngedorong Kak Reina untuk ngindarin ranjau tapi entah gimana ceritanya itu ranjau malah kena di kaki gue, gue yang panik langsung ngecek keadaan Kak Reina, bukannya ngejawab Kak Reina malah nangis sembari mandangin kaki gue yang mulai berdarah, Ya Allah yang berdarah itu gue kenapa jadi dia yang histeris? "Kak, Nayya gak papa, Kakak jangan nangis gini" sebisa mungkin gue nyoba nenangin Kak Reina dengan menahan rasa sakit di kaki gue, kalau gue ikutan nangis yang ada keadaan malah makin kacau. "Reina, Nayya" di sela isak tangis Kak Reina, gue ngedenger ada beberapa orang yang terus neriakin nama gue sama Kak Reina. "Kita disini" dan gak butuh waktu lama Mas Affan muncul di depan kita berdua lengkap dengan raut wajah khawatirnya. "Reina kamu gak Papa? Kenapa kamu nangis kaya gini? Nay, Reina kenapa? Jangan cuma karena Mas nolak kamu, kamu bisa bersikap keterlaluan kaya gini" Hah? Sakit ni orang, udah jadi pahlawan kesiangan tapi masih berani nuduh gue tanpa tahu kejadian pastinya, cinta itu buta? Gue rasa iya. "Udah jangan berantem di sini, lebih baik kita bawa Reina sama Nayya balik ke tenda sebelum makin larut" tanpa nunggu apapun lagi Mas Affan langsung mapah Kak Reina pergi dan ninggalin gue gitu aja, mata gue sekarang udah beneran berkaca-kaca, kenapa gue terlalu bodoh dengan ngikutin mau Mas Affan untuk ikut acara gak jelas gini? Ngabain rasa sakit di hati gue, sebisa mungkin gue nyoba berdiri padahal rasa nyeri di kaki gue juga yang makin menjadi, yang luka itu tapi kenapa Mas Affan malah balik nuduh gue seenak jidatnya?  "Ada yang luka?" gue hanya tertunduk gak ngerespon apapun, gue gak bisa ngejawab apapun lagi dengan air mata yang siap tumpah kapan aja. "Pakai jaket saya dan julurkan lengannya, maaf kalau saya menyentuh kamu" dan beberapa detik kemudian Kak Affif menggendong tubuh gue yang memang udah gak memungkinkan untuk di ajak berjalan lagi.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

I Love You, Sir! (Indonesia)

read
260.8K
bc

Hate You But Miss You

read
1.5M
bc

MOVE ON

read
95.2K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

Mentari Tak Harus Bersinar (Dokter-Dokter)

read
54.2K
bc

Skylove (Indonesia)

read
109.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook