“Shiel…lo dimana?” terdengar suara Amy dari telepon gengam Shiela. “On the way Am” jawab Shiela singkat. “Udah dulu ya, gue lagi nyetir nih”
“Buruan gue tungguin di pintu gerbang depan ya, bye” sahut Amy tanpa menunggu jawaban Shiela.
Sebenarnya Shiela segan untuk pergi ke acara reuni SMA nya. Yah…terpaksa karena Amy getol banget desak Shiela untuk menemaninya, bahkan pakai mengancaman segala. Mengingat Amy adalah best friend Shiela dari SMP hingga saat ini, Shiela akhirnya menerima ajakannya.
Sejak dulu, hanya Amy yang mengerti dan memahami Shiela, begitu pula sebaliknya. Namun selepas SMA, mereka hanya berhubungan melalui chat w******p saja karena Shiela melanjutkan kuliah Fashion Design di Amerika sementara Amy memutuskan pergi ke negeri kangguru mengejar mimpinya menjadi business women agar dapat melanjutkan usaha papanya.
“Hai Amy.." teriak Shiela sambil menurunkan kaca mobilnya."‘Ayo, masuk “ ajaknya.
‘Buk’, Amy menutup pintu mobil Shiela dan langsung ngomel. “Gimana sih Shiel, katanya mau datang jam 2, gue dah kering nih nungguin lo.“ Shiela hanya nyengir mendengar sahabatnya protes atas keterlambatannya.
"Sorry..sorry…tadi mami gue minta ditemenin dulu ke salon”. ujar Shiela beralasan. "Udah...jangan cembrut gitu dong. Kan mau reuni, masa ngambek?" gurau Shiela.
Setelah memarkirkan mobil putih kesayangannya, mereka turun dan langsung menuju Hall A, dimana tempat reuni diselenggarakan.
“Shielaaaaa!!!” teriak Joni “Kemana saja lo! Gila…makin cantik ajah sekarang.” Puji Joni sambil merangkul pundak Shiela.
“ Kalau gue Jon?” tanya Amy sambil menggandeng lengan Joni manja.
“Lo mahh….’B’ ajah Am? “ ejek Joni sambil menjulurkan lidahnya .
"Sialan! Dari dulu suka banget ngeledek gue" umpat Amy dengan wajah cemberut. Namun setelah itu mereka tertawa bersama sambil mendengarkan ocehan Joni yang tak ada habisnya. Shiela sungguh heran, batterai Joni buatan mana sih? Kok gak pernah habis? "Jangan jangan lagi tidur si Joni juga masih ngoceh kali ya?" kata hati Shiela tersenyum.
Memang benar seperti kata orang kalau masa SMA adalah masa yang terindah. Penuh Canda, Tawa dan Cinta. Nah..untuk yang terakhir itu Shiela karang setuju. Jika ada cinta pasti ada yang namanya sakit hati karena putus cinta. Kalau sudah putus...apakah masa itu merupakah masa yang terindah?
Joni, Amy dan Shiela sudah bersahabat sejak kelas satu SMA. Mereka bagaikan gula dan semut, tidak dapat dipisahkan satu sama lain, walaupun jarak sudah memisahkan mereka selama tiga tahun namun persahabatan mereka tidak luntur.
Riuh rendah suasana Hall A dipenuhi oleh teman-teman Shiela, mereka saling berpelukan dan melepas rindu setelah berpisah lebih dari tiga tahun lamanya. Namun, hati kecil Shiela berharap dapat bertemu kembali dengan seorang pria yang masih menyimpan cinta pertamanya. Apakah dia datang? Apakah dia masih seperti dulu? Segudang pertanyaan memenuhi benak Shiela.
Sejenak kenangan masa itu hadir dalam benaknya, “Aduh!” teriak Shiela sambil memegang lengannya. “Hoooii!!” main bola liat liat dong, sakit tau!” umpat Amy sambil membantu Shiela yang sedang kesakitan setelah bola basket mendarat di lengan nya dengan keras untuk menepi di lorong yang lebih sepi.
“Sorry..Sorry Shiel, aku antar ke P3K yuk” ujar Sean sambil berusaha menggandeng Shiela dan merah muka Shiela ketika Sean memegang lengan dan menggandeng nya menuju ruang P3K sedangkan Amy hanya bisa bengong menatap mereka.
Sesampainya di sana, dengan cekatan Sean mengolesi Shiela dengan salep. “Ihhh..pelan pelan dong” teriak Shiela sambil meringis kesakitan ketika Sean menekan memar di lengannya.
“Sakit ya?” tanya Sean dengan wajah penuh penyesalan. "Sorry ya Shiel, gak sengaja bolanya terlempar mengenai kamu.” Dihapusnya air mata yang turun dari sudut mata Shiela, dan mengelus punggung tangan Shiela dengan lembut.Shiela hanya bisa tertunduk malu dengan muka yang semakin merah seperti tomat.
Semenjak hari itu, Sean dan Shiela mulai menjalin hubungan asmara mereka. Setiap ada kesempatan mereka menghabiskan waktu berdua duduk dan ngobrol di bawah pohon dekat gerbang sekolah.
Shiela memisahkan diri dari gerombolan teman temannyar di Hall A dan jalan perlahan mengitari lingkungan sekolah yang mengisi hari hari nya selama duduk di bangku SMA. Banyak kenangan demi kenanagan hadir didalam pikiran Shiela. Namun semua kenangan itu pasti ada Sean didalamnya."Ingin rasanya kuputar kembali waktu dan kembali ke masa itu" gumam Shiela.
Sampai di lapangan basket, Shiela teringat kejadian pertama kali Sean memegang tangannya. Dirasa mukanya terasa hangat, "Huhhh...it's long time ago, how come it felt like yesterday?" kata hati Shiela
Tiba tiba ada seseorang yang menepuk lembut pundaknya, membuyarkan lamunan Shiela.
“Hai” sapa laki laki dibelakang Shiela. Tanpa memutar balik tubuhnya, Shiela sudah tau siapa pria yang menyapanya. “Hai juga Sean” sahut Shiela lalu memutar tubuh membiarkan mata mereka saling bersilang pandang.
"Ahh…mata lembut itu, tidak berubah dari dulu."batin Shiela. Senyum Sean masih seperti dulu, pandangannya kepada Shiela masih sama. Hanya raut wajahnya terlihat semakin dewasa dan tubuh Sean semakin kekar dan berisi. Tampan!
“Apa kabar Shiel?” tanya si pemilik suara yang dirindukan Shiela siang malam hampir 3 tahun lamanya.
“Ohh..baik..baik, kamu?" dengan gugup Shiela menjawab dan tak kuasa berlama lama memandang sepasang mata lembut Sean, segera dialihkan pandangannya ke lapangan basket dan berharap Sean tidak menyadari sikap Shiela yang gugup tadi.
“Yah..seperti yang kau lihat Shiel, jasmaniku mungkin baik tapi tidak jiwaku." terdengar helaan napas berat Sean."Kudengar kamu baru balik dari Amerika?” Sudah selesai kuliahnya? “ tambah Sean lagi.
“Ya, baru balik 1 bulan lalu, baru lulus S1 dan akan melanjutkan S2 tahun depan” jawab Shiela tanpa merubah pandangannya dari lapangan basket.
“Apakah lapangan basket lebih menarik dibandingkan denganku Shiel? Kamu tidak rindu denganku? Atau sudah ada penggantiku?” Sekali lagi tanya Sean dengan nada agak gusar dan sedikit cemburu.
----