13. Gavin Menanyakan Alamat Rumahmu

1008 Words
“Gila. Apa kau tahu apa yang terjadi pada manager wanita iblis itu? Angel menamparnya,” ucap Kristal menceritakan apa yang dia lihat saat Angel keluar dari ruangan Gavin. “Aku melihatnya,” tambahnya. Nada bicara Kristal begitu menggebu-gebu, menceritakan apa yang dilihatnya. Namun, raut wajah Sea terlihat dingin, seakan tidak menunjukan sesuatu yang dapat membuatnya tertarik. “Itu belum seberapa, aku akan membuat Gavin kembali memohon padaku. Aku akan membuatnya menyesal,” ucap Sea dingin. Emosi yang tengah berada di dalam hatinya, untuk saja begitu stabil. Ia bisa berpikir dengan jernih, andai saja ia tidak bisa mengontrol emosinya mungkin ia telah melabrak perselingkuhan yang terjadi di atas ranjang miliknya. Namun, kewarasannya masih mengontrol dirinya, karena itu wajah Angel masih terlihat cantik. Jika sedikit saja emosinya kelepasannya, mungkin dia tidak tahu bagaimana nasib Angel dengan wajah babak belur yang dibuat olehnya. Sea tidak ingin menyelesaikan hanya dengan membuat wajah wanita itu, tetapi ia ingin membuat Angel begitu malu. Ia ingin membuat wanita itu hanya bisa menundukan pandangannya. “Audisi berikutnya akan dilakukan. Angel ikut dalam audisi itu,” seru Kristal memperingatkan Sea. “Hm. Dia akan ikut? Kau yakin?” tanya Sea membuat Kristal menganggukan kepala membernarkan. “Huh. Biarkan saja dia ikut, aku ingin tahu apa dia sanggup bersaing denganku dengan cara sehat.” Akting Sea tidak diragukan lagi, membuatnya saat menjadi artis beberapa kali mendapatkan penghargaan artis terbaik, karena setiap drama yang ia perankan tidak pernah berada di ranting bawah, selalu berada peringkat atas. Karakter yang ia perankan membuat orang-orang ikut terbuai saat menontonnya. Ketika membaca naskah tentang drama yang ditayangkan sangat cocok dengan kehidupannya saat ini. hal itu, membuatnya ingin mendapatkan peran ini, dan kembali ke dunia entertainment. “Tuan Gavin meminta alamat rumah barumu, tapi aku tidak memberikannya.” Sea mengangkat alisnya saat Kristal mengatakan jika sang mantan meminta alamatnya. “Ya, jangan pernah memberikan alamatku padanya,” ucap Sea sambil kembali memainkan ponselnya, membalas beberapa chat dari River, pesan singkat tapi membuatnya tersipu malu. Kristal yang melihat itu merasa jika Sea banyak berubah. “Apa yang membuatmu tersenyum?” tanya Kristal penasaran. Sea pun menunjukan apa yang membuatnya penasaran, sang manager ikut tersenyum. “Ehem, sepertinya ada yang sedang jatuh cinta, sampai senyum-senyum seperti itu,” ejek Kristal. “Bahkan aku saja seperti tidak ada di sini.” “Siapa juga yang jatuh cinta,” bantah Sea. “Tapi sangat jelas dari wajahmu, kau sedang jatuh cinta pada seorang River Cakrawala.” “Jangan mengejekku lagi, sebaiknya kau mengantarkanku pulang,” ucap Sea kembali membalas pesan dari River. Di seberang telepon pun. Ada manager River yang tengah memperhatikan tuannya membalas pesan sambil tersenyum. “Tuan, berkas-berkas ini harus—“ Baru saja mengetik pesan, River diingat pekerjaan yang tengah menumpuk oleh sang asisten. Ia melirik ke arah dokumen berada di atas meja, serta jadwal rapat jika hari ini mereka akan melakukan rapat. Pesannya belum terkirim, ia segera mengambil pena dan menandatangi semua berkas tersebut dengan cepat dan segera membalas chat dari Sea. “Tuan, mereka semua telah berkumpul di ruangan,” River segera beranjak dari tempat duduknya, dan berjalan ke ruang rapat. Benar saja di sana telah banyak orang menunggu kehadirannya dalam rapat kali ini. raut wajahnya masih sama, tanpa ekspresi, rahang keras, serta wajah dingin itu membuat semua orang di ruang segera memberikan hormat karena kedatangannya. “Selesaikan rapat dengan cepat,” ucapnya sambil memainkan gadget miliknya. Mendengar hal itu semua orang menatap aneh ke arahnya. River terlihat tidak seperti biasanya, ponsel serta tidak focus dalam rapat karena sibuk bermain ponsel. “Kirimkan bunga untuknya,” ucap River pada asistennya. Bunga? Siapa? Semua orang saling melihat satu sama lain, penasaran siapa yang dikirimkakn bunga oleh Presdir mereka itu. “Apa telah selesai?” tanya River, dijawab anggukan oleh seluruh peserta rapat. “Jika seperti itu, rapat selesai,” ucapnya kemudian pergi. Selepas kepergian River, semua orang bertanya-tanya tentang sikap presdir mereka yang berbeda. “Tuan, ingin bunga seperti apa?” “Terserah, bunga yang disukai oleh wanita,” ucapnya. Ia bukan pria romantic yang mengenal berbagai macam bunga mawar, bahkan tidak bisa membedakan mana bunga mawar dan mana bunga krisan. “Hhm, sepertinya aku yang harus memilihnya sendiri,” ucap River. “Antarkan aku ke toko bungga, aku akan memilih bunga sendiri,” Sang asistennya pun menurutinya dan mengantarkan pada sebuah toko bunga. “Menurtmu, ia suka bunga apa?” tanya River ketika melihat begitu banyak bunga di sana. “Sepertinya apa saja dia akan menyukainya,” ucap sang asisten yang bahkan tidak pernah membeli bunga sama sekali. Begitu banyak bunga, membuat pria itu bingung harus memilih bunga yang mana untuk sang istri. River yang tidak ahli dalam hal seperti ini, langsung memilih sebuah bunga kelopak putih, membuat seorang pria yang berada di sana menegurnya. “Anda ingin membeli bunga untuk pergi kepemakaman?” tanya pria itu. “Aku turut berduka cita,” ucap pria itu. Pria yang menyapa River adalah Gavin. “Apa maksudmu?” tanya River menatap Gavin pria yang telah membuat sang istri malu. “Aku membeli bunga untuk kekasihku,” “Kekasihmu masih hidup?” tanya Gavin. “Yah, dia masih hidup,” Gavin terkekeh. “Anda pasti tidak pernah membeli bunga sebelumnya, ya? Pantas saja tidak tahu, bunga yang anda pegang saat ini adalah bunga krisan lambang kematian,” Mendengar penjelasan itu, River seketika menjatuhkan bunga yang tadi dipegang olehnya. “Wanita suka semua bunga cantik, lebih banyak yang menyukai mawar,” jelas Gavin, tapi River tidak suka dengan usul dari Gavin. Ia sangat tidak senang dengan apa yang dikatakan oleh pria itu setelah mengetahui apa yang dilakukan Gavin pada Sea. “Terima kasih,” ucap River kemudian mengambil sebuah bunga daisy berwarna putih dan memberikan pada asistennya untuk dibayar. River keluar dari toko bunga itu, meninggalkan Gavin yang masih memperhatikan River, ia merasa mengenal River tapi ia lupa. Bunga yang dibeli oleh River dikirimkan ke agensi Sea, membuat Gavin yang melihat bunga itu merasa jika ia mengenal itu apalagi ketika Sea bahagia menerima bunga itu. “Kok aku merasa pernah melihat buket bunga itu,” ucapnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD