1. One Night Stand

1034 Words
Malam telah menunjukan pukul sembilan malam, Sea baru saja kembali setelah mengurus sesuatu untuk pernikahannya besok. Langkah terhenti ketika kakinya tidak sengaja menendang sebuah pakaian dalam wanita, bersamaan itu terdengar deritan ranjang samar-samar berasal dari kamar tidur, pintunya tidak tertutup. Perlahan-lahan dirinya mendekat, penasaran melihat apa yang tengah terjadi di dalam kamar itu. Semakin dekat gadis itu mendengar deru nafas pria dan wanita terengah-engah, mereka tengah bercinta, menyatukan tubuh mereka, memadu kasih. Sea menutup mulut, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya, tunangan serta sahabatnya tengah bercinta di kamar tidur miliknya. Gadis itu hanya bisa bersembunyi dibalik dinding, sedang suara wanita yang tengah gembira terdengar di dalam sana. “Percepat lagi … percepat lagi, Gavin!” Suara itu terdengar begitu memalukan bagi Sea terdengar menggema di kamarnya sendiri, ada rasa sesak di dasar hati menyaksikan perselingkuhan tepat sehari sebelum pernikahannya. “Cepat pakai pakaiamu, sebentar lagi Sea akan segera kembali, aku akan mengantarkanmu pulang,” terdengar suara serak seorang pria. “Apa kau takut kita akan ketahuan? Tenang saja, dia tidak akan pulang cepat. Kalian besok, akan pergi mendaftarkan pernikahan. Kau akan memiliki sedikit waktu untukku nanti, jadi puaskan aku malam ini!” Di luar pintu, ada Sea yang tengah menahan air matanya, dirinya mundur beberapa langkah, tidak mudah baginya menerima semua fakta yang baru saja terjadi, tangan kirinya berusaha bertumpuh pada dinding dengan tangan kanan tengah mengepal, wajahnya terlihat penuh dengan amarah. Semuanya telah dikorbankan, merelakan peran utamanya pada Angel karena satu kalimat yang di ucapkan Gavin padanya, bahkan gadis itu langsung terkenal saat debut pertamanya karena Gavin menggunaka koneksi untuk mempopulerkan Angel. Dan kini, dia dikhianati. Sea bergelut dengan hatinya setelah dikhianti, sedangkan di dalam kamar aktifitas mengairahkan masih terus berlanjut, sampai keduanya menemukan kepuasan dan akhinya suara desahan, erangan, yang tadinya keras mulai mengecil tersisa suara napas yang tersegal-segal. Sea memilih bersembunyi, agar tidak diketahui tentang kehadirannya. Matanya terfokus pada dua orang yang baru saja keluar dari dalam kamar, sambil bergandengan tangan mesra serta ciuman kecil. Tangannya dikepalnya dengan erat, saat mengintip dari balik jendela, dengan matanya sendiri, di bawa cahaya lampu dia sangat jelas melihat dua orang itu bergandengan mesra masuk ke dalam mobil. Hatinya benar-benar hancur, akhirnya air matanya mengalir di pipinya setelah begitu lama dirinya menahan. Pria itu berjanji akan menikah dengannya besok. Rasa sakit, terasa di dasar hatinya, dia menahan rasa sakit dan benci. Diliriknya jam dinding, waktu masih menunjukan 10 malam. Pikirannya begitu kacau, Sea memutuskan pergi ke bar. Mabuk-mabukan, dirinya ingin menghilangkan sejenak rasa yang membuat hatinya sakit. Sesekali dia menangis, bahkan bartender memberinya saran agar segera pulang dimarahi olehnya. “K-kau tidak tahu, apa yang aku rasakan,” kata Sea sambil menangis. Tidak ada yang mengenali dirinya, popularitasnya telah menurun setelah dia hiatus dari dunia Entertaiment, tentunya keputusan itu membuatnya menyesal telah dibodohi oleh Gavin dan Angel selama ini. Langkah kakinya sempoyongan ketika dia masuk ke dalam hotel, saat di lift tanpa sengaja dirinya bertabrakan dengan seorang wanita, membuat kartu kamar yang tengah dipegang olehnya terjatuh. “M-maaf,” ucap Sea dalam keadaan mabuk. Wanita yang ditabrak olehnya terlihat kesal. “Apa kau tidak punya mata?” Sea dalam keadaan mabuk, tentu tidak akan memperdulikan gadis yang tengah berteriak padanya. Kepalanya terasa berat, dia ingin segera sampai ke kamarnya. Sea mencari kamar, sesuai dengan nomor di kartu kamar. “Akhirnya kamarnya kutemukan,” ucapnya sambil membuka pintu kamar miliknya, kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dalam kondisinya begitu mabuk, meminum begitu banyak bir. Dirinya merasakan ada sentuhan halus dikulitnya, membuatnya hanya bisa meracau disela rasa mabuknya. Kepalanya terasa berat untuk membuka mata, melihat siapa yang tengah menyentuh tubuhnya. “Apa ini layanan hotel?” batin Sea. Tubuhnya menikmati setiap sentuhan yang diberikan. Kepalanya begitu berat, tapi dirinya memaksa untuk membuka mata, gadis itu ingin tahu siapa yang membuatnya begitu merasakan kenikmatan dipuncaknya. Wajah pria itu tidak terlihat, karena cahaya lampu di ruangan itu begitu remang. Sinar matahari masuk dari celah tirai hotel, Sea bangun dengan sekujur tubuh sakit semua, dirinya bergerak sedikit membuatnya merasakan sakit di pangkal paha. Mengingat kejadian samar-samar semalam membuatnya melirik ke arah kanan. Kini dia mendapati seorang pria tanpa pakaian di sampingnya. Matanya kini melihat ruangan itu. Pakaiannya kini berserakan di mana-mana. Matanya membulat, dirinya terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. “Oh Tuhan, a-aku melakukannya? Benar-benar melakukannya?” gumamnya pelan kemudian melihat ke dalam selimut. Tubuh tanpa sehelai benarng, serta rasa perih dipangkal paha, seluruh tubuhnya terasa sakit. “B-enar, aku melakukannya,” ucapnya pelan. Kepalanya disandarkan, disandaran ranjang, perasaannya terasa aneh tidak ada rasa penyesalan ketika dia mengetahui jika dirinya memberikan kusucian pada pria di sampingnya. “Mungkin pria ini lebih baik dari pria sialan itu. Kau telah bekerja keras memuaskanku, aku akan memberikan tip untukmu.” Pria itu menyamping ke arah Sea, membuat gadis itu terpesona dengan tampangnya. “Hhmm, kau tampan. Tidak masalah aku memberikannya padamu,” ucap Sea lagi. Hidung mancung, bula mata lentik, serta wajah Seakan dipahat begitu sempurna, otot d**a begitu membuat Sea tersenyum. “Kau pasti rajin berolahraga,” ucap Sea. “Aku tidak percaya memberikan kesucianku pada pria panggilan,” gumamnya sambil tekekeh. Tapi, daripada hal itu, pengkhiatan yang dilakukan oleh kekasih dan sahabatnya lebih menyakitkan untuknya. Mengingat kekasihnya, seketika membuatnya teringat pada jika hari ini dia harus pergi gereja dan kantor Sipil, untuk mendaftarkan pernikahannya dia tetap menepati janji walaupun dia mengetahui tentang pengkhiantan. Pakaian segera dipakai olehnya, sejenak dia melirik ke arah pria masih tidur di atas ranjang. Dari dalam tasnya, Sea mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan 100 sambil menulis pesan memo. Ceklek! Selepas Sea pergi, pria itu terbangun dan mendapati tubuhnya dalam keadaan tidak berpakaian. Ketika mengingat apa yang terjadi, membuat raut wajahnya dingin. Selimut yang dipakai olehnya disibak olehnya, membuatnya mengerutkan kening ketika melihat ada noda darah di atas ranjang. Matanya menyisir se isi kamar itu, tidak mendapati gadis yang tidur dengannya. Pria itu masuk ke dalam kamar mandi, dan keluar dengan jubah mandi. Matanya melihat ke arah beberapa lembar uang di atas nakas serta sebuah pesan memo di sana. “Apa ini?” gumamnya pelan, mengambil memo itu, dan membaca pesan tersebut. Dahinya berkerut, berserta dengan terbit sebuah senyum tipis dibibirnya. “Terima kasih telah membuatku puas, aku memberikanmu tip banyak untuk itu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD