3. Pernikahan

1201 Words
“Nona Seana, apa kau bersedia menikah dengan tuan River Cakrawala?” tanya pendeta lagi. Sejenak Sea melihat ke arah pria di depannya. Begitu tampan, membuat hatinya kembali berdegup kencang. Pemberkataan pernikahan berjalan dengan lancar, walaupun beberapa kali terjadi kesalahan saat Sea mengucapkan janji suci itu karena dirinya begitu gugup. “Fotonya lumayan bagus,” komentar River melihat foto pernikahan yang di ambil oleh asistennya itu. “Ambil beberapa bagian lagi,” “Baik, aku akan mengambil beberapa gambar lagi.” Saat tengah asik mengambil beberapa gambar, Sea permisi ke toilet sebentar. Tepat setelah gadis itu menghilang dari ruang utama karterdal, terdengar suara pintu di dorong dengan kuat, hingga membuat suara keributan. Brak! Pintu katerdal terbuka dengan sangat keras, membuat semua mata mencari asal suara itu. Dari arah pintu memperlihatkan seorang wanita tengah memakai pakaian pengantin. “Maaf, aku terlambat,” ucap gadis itu baru saja sampai. Tatapan River berubah dingin, sedang gadis di depannya tersenyum memasang wajah tidak bersalah seakan keterlambatannya bukan masalah. “Ayo, kita lakukan pemberkatan,” seru gadis itu sambil menarik tangan River, pria itu menepisnya. “Tidak akan ada pemberkatan.” “K-kenapa?” “Kau tidak tahu alasannya kenapa? Pertama kau datang terlambat—“ “Aku terlambat karena berdandan, mempersiapan semuanya,” gadis itu memotong perkataan River. “Aku ingin terlihat sempurna di matamu saat kita menikah, jadi aku datang terlambat.” Aura pria itu berubah, ketika perkataannya dipotong. “Kau pikir aku suka menunggu. Di sini, menggunakan aturanku bukan aturanmu.” Nada bicaranya terdengar tinggi dan tegas. “Pertama, aku tidak suka menunggu, kedua, aku tidak suka menunggu,” ucap River dengan nada santai. Melihat pria di depannya, membuat gadis itu terkejut. Untuk pertama kalinya dia melihat seorang River Carkawala berbicara seperti itu. Sebelumnya, dirinya hanya mendengar tentang isu beredar tentang pria itu. Nyatanya, gossip itu benar adanya. Kini dia telah membuat pria itu marah. “Aku minta maaf, aku tidak akan melakukannya lagi. Aku janji, tidak akan membuatmu menunggu.” Gadis itu tengah berusaha menenangkan hati River, dia tidak ingin membuat pria dihadapannya marah. “Aku calon istrimu, karena itu aku ingin terlihat special di hari bahagia kita.” “Tidak lagi. Aku telah menikah,” kata River membuat gadis dihadapannya membulatkan matanya. Mendengar perkataan River, membuat gadis itu seakan tersambar petir di siang bolong. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “M-menikah? Kau menikah tanpaku?” “Ya.” Begitu santai River menjawabnya. “T-tidak mungkin kau menikah tanpaku.” “Itu kenyataannya.” “Tidak mungkin. Aku tidak percaya, siapa gadis yang menikah denganmu?” suara Amareta terdengar meninggi mempertanyaan keputusan River. “Kenapa aku harus memberitahu siapa gadis yang kunikahi. Apa yang kulakukan, kau tidak berhak tahu!” Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh River, membuat dunia wanita itu seakan runtuh. Dia telah kehilangan sesuatu begitu berharga. Bagi semua orang, menikahi River Cakrawala adalah keberuntungan, kekayaan, serta surge dunia. Tidak hanya pergai pria itu, nan tampan bagai pria dalam negeri dongeng tapi River adalah perwaris seluruh harta keluarga Cakrawala. Jelas dirinya telah kehilangan harta karun berharga. Bibirnya begetar, wajahnya pucat, gadis itu seketika menggigit jarinya. “Kenapa kau melakukannya? Bukankah kita telah melakukan perjanjian kontrak?” Sea baru saja kembali dari toilet melihat apa yang tengah terjadi di sana, dirinya memilih untuk tidak keluar, matanya tertuju pada gadis memakai gaun pengantin, dia bisa menebak jika wanita itu adalah mempelai sebenarnya River. “Kau bertanya kenapa aku melakukannya?” tanya River mengerutkan kening, kemudian melirik ke arah asistennya. “Biar aku jelaskan, alasannya. Pertama, nona Amareta sengaja menaruh obat ke dalam minuman tuan muda, membawanya ke dalam hotel, nona Amareta memiliki rencana lain dan melanggar kesepakatan yang telah disetujui. Kedua, nona datang terlambat, dan Tuan Muda tidak suka menunggu.” Sea terkejut mendengar pernyataan yang baru saja di dengar olehnya. Dirinya bisa menyimpulkan jika wanita yang baru saja datang, telah menjebak River—pria yang kini telah resmi menjadi suaminya. “T-tidak, aku tidak melanggar apapun. Bukan aku menaruh obat perangsang padaku. Aku mencintaimu, kumohon jangan lakukan ini padaku, jadikan aku istri kedua.” Gadis itu mengelak apa yang baru saja di dengar olehnya. Dia tidak ingin kehilangan kekayaan River, apapun dia akan lakukan untuk mendapatkannya. “Kau telah melanggar seluruh isi kontrak itu. Aku tidak membutuhkanmu lagi, kau bisa mengambil seluruh asset itu,” ucap River. Beberapa orang datang, kemudian menyeret gadis itu. “Jangan lakukan ini padaku, aku tidak bersalah.” River menatap gadis itu dengan dingin, sebelah tangannya tengah terisi di saku celananya. Kehilangan satu buah Apartement mewah, di kawasan Jakarta Utara, mobil mewah, serta beberapa ratus juta won, bukan masalah untuknya. Tapi bagi Amerata tentunya dia begitu kesal telah kehilangan harta karun. “Kau boleh keluar dari tempat persembunyianmu.” Mendengar suara berat River membuat Sea segera keluar, ia tidak berani untuk bertanya dan mengikuti langkah kaki River keluar dari katerdal dan masuk ke dalam mobil. Suasana pun hening ketika mereka berada di dalam mobil, tidak ada yang membuka suara. “Em … it-itu …” River melihat Sea, mengerutkan keningnya. “M-maaf, aku menganggapmu pria panggilan. A-aku tak tahu—aku mabuk, dan—“ Tidak ada komentar dari pria itu, hanya ada bibir tipis tengah tersenyum. Lagi-lagi senyuman itu membuat hati Sea berdetak sangat kencang, kepalanya menunduk. Pria itu hanya diam, tersenyum, tapi membuatnya gugup. Karismatik seorang River begitu kuat. “Apa ada lagi, yang ingin kau katakan?” “Saat ini, kita adalah suami istri, aku ingin hubungan kita dirahasiakan untuk sementara.” Tatapan datar, pria itu membuat Sea segan. “Alasan.” “Ada sesuatu yang harus aku selesaikan, aku ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, aku janji tidak akan memakan waktu.” Sebelah alis River terangkat, bibirnya lagi-lagi tersenyum tipis, tentunya membuat hati Sea kembali berdegup, tidak pernah dia menemukan pria yang begitu kuat pesonanya, mungkin River adalah orang pertama itu. “Baik, tiga bulan selesaikan!” Hanya ada anggukan dari Sea. “Aku akan menyuruh orang pergi menjemputmu,” Bola mata Sea terlihat bingung. “Kamu berstatus Nyonya River, aku tidak mungkin membiarkan istriku tinggal terpisah.” Perkataan River begitu sederhana, tapi mampu membuat sesuatu di dalam hati Sea bermekar. Mungkin, rumus bahagia itu tidaklah rumit, tapi sederhana. “Aku setuju.” Dirinya tidak memiliki alasan menolak apa yang dikatakan River padanya. Status mereka memanglah sepasang suami istri, dan seharusnya suami istri tidak tinggal terpisah. Hening, tidak ada percakapan lagi yang terjadi. “Tinggalkan kami berdua,” titah River membuat asistennya keluar. Ketika asisten itu pergi, membuat Sea menjadi gugup. “Soal semalam, hal itu terjadi tidak di sengaja.” “Tidak masalah, yang berlalu biar berlalu,” ucapnya, dia tidak tahu harus mengatakan apa. “Aku mengambil sesuatu yang sangat berharga darimu,” tegas River membuat Sea tercengang. “Aku minta maaf karena itu, sesuatu terjadi padaku membuatku tidak bisa mengendalikan diriku, dan—” Gadis itu tersenyum tumpul, tidak tahu harus berkata apa. “Tidak masalah. Lagi pula itu telah terjadi, tidak akan mengembalikan apapun.” “Jadi kita bisa melakukannya dengan benar?” Tubuh Sea seketika menegang. “M-melakukan apa?” bibirnya bergetar ketika bertanya, jantungnya berdetak tak menentu, ada rasa panas di pipinya. “Apa lagi jika bukan bercinta,” bibir tipis River tersenyum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD