“Mikirin apa?” tanya Nesya melihat Fabian yang sedang duduk bersandar di meja marmer yang digunakan untuk meletakkan masakan yang sudah selesai dimasak agar di bawa pelayan. Fabian tak menghiraukan pertanyaan Nesya masih saja menatap kitchen station yang menjadi pusat dari restorannya. Kompor-kompor yang sudah kembali bersih, susunan rapi dari panci, pan, pisau dapur, bahkan bumbu-bumbu dapur menandakan bahwa dapurnya sudah selesai dipergunakan. “Bian..,” panggil Nesya lagi kali ini membuat Fabian mengalihkan pandangan menatap satu-satunya Chef wanita yang ada di dapurnya sedang menatapnya lekat. Nesya adalah sepupunya yang paling tahan bekerja di lingkungan berat seperti ini, tahan akan bentakan dan kata-kata kasar yang sering dia ucapkan jika junior chef-nya tak melakukan hal yang bena

