Maura mematut dirinya di cermin. Sungguh ia ingin mengabadikan penampilannya jika ia bisa. Gaun malam yang diberikan Raga sungguh sangat cocok dengan dirinya. Manis dan elegan. Ditambah lagi Raga memberikannya sepasang dengan milik Arinda. Membuat para perempuan itu merasa bahagia.
"Sudah selesai, Ra?" Tanya Raga saat memasuki kamar mereka.
"Udah kok, Ga. Ayo berangkat" Maura membalikan tubuhnya dan memberikan Raga senyum tulusnya.
Raga tidak kaget atau tercengang menatap Maura yang cantik. Karena pada dasarnya, ia selalu terpesona oleh Maura.
"Kamu..cantik. As always" puji Raga. Memuji wanita adalah hal yang harus kaum adam lakukan bukan.
Maura tidak membalas ucapan Raga sebab wanita itu lagi lagi tersipu malu oleh perbuatan Raga.
"Ayo turun. Kamu ini godain aku terus"
Raga hanya tertawa lalu menuntun wanitanya untuk segera turun.
Di bawah, Arinda sudah menunggu sambil membaca buku bergambarnya.
"Arin, ayo. Mama udah siap" panggil Raga saat Arinda tak menyadari kehadiran mereka.
"Mama cantik!" Pekik Arin saat menolehkan kepalanya dan mendapati Maura yang sedang tersenyum ke arahnya.
Gadis kecil itu berlari dan memeluk kaki Raga. "Ayo, Papa. Arin udah gak sabar" rengeknya.
*****
"Kok kita disini, Ga?" Tanya Maura yang heran karena mereka justru masuk ke salah satu restoran mewah dan tidak didapatinya acara apa pun seperti yang Raga katakan.
"Emang kamu mau kemana?"
"Loh? Kata kamu...Blue Greek ulang tahun?"
"Engga. Aku bohong. Pengen family time aja sama kamu dan Arinda"
"Tapi kok sepi banget sih? Apa restorannya tutup ya?" Tanya Maura yang kebingungan karena restoran tersebut sangat sepi. Hanya ada mereka bertiga dan beberapa Bodyguard Raga yang berjaga di depan pintu masuk.
"Kan aku bilang mau family time. Ya aku sewa satu restoran lah" jelas Raga yang sedang memperhatikan Arinda.
"Kamu sewa satu restoran? Ini mahal banget loh, Ga. Sekali makan disini aja bisa buat gaji karyawan kamu. Ini kamu sewa satu tempat begini ap-"
"Aku gak akan pernah rugi kalau habisin apa yang aku punya buat kalian. Asalkan kalian senang, gak jadi masalah buat aku" Raga memotong ucapan Maura.
Pelayan mengantarkan pesanan mereka.
"Selamat menikmati Tuan dan Nyonya Andreas" pelayan itu lalu pamit meninggalkan meja mereka.
Maura tentu saja senang dipanggil seperti itu.
*****
Tiga jam sebelumnya.
"Tuan, sepertinya mereka akan hadir di acara ulang tahun Blue Greek. Apa anda tetap akan hadir?" Doni, orang kepercayaan Raga menghampirinya di ruang kerja.
"Kau yakin?" Tanya Raga.
"Saya yakin, tuan. Saya sudah memastikannya. Mereka bisa merusak rencana tuan"
"Sial. Maura sudah pergi ke salon. Kenapa kau baru memberi tau?"
"Mereka baru mengkonfirmasi kehadirannya setengah jam yang lalu tuan. Tepat setelah anda mengkonfirmasi. Disana akan banyak pemburu berita. Saya ta-"
"Aku mengerti. Kau tak perlu melanjutkan kata katamu. Cepat buat reservasi untukku di Alaskan Palace."
"Baik, tuan. Ruang VVIP atau-"
"Aku ingin privasiku terjaga. Tolong reservasi semua meja disana dan jangan biarkan seorangpun masuk. Kau mengerti?"
"Baik, tuan. Apa ada lagi?"
"Tolong pastikan data pribadi Arinda tidak tersebar. Saat aku mengumumkan hubunganku dengan Maura, sahamku pasti akan naik. Saat itu kita bisa memusnahkan mereka. Kau boleh pergi"
Doni pun meninggalkan Raga yang sedang sedikit frustasi. Harusnya sahamnya bisa naik malam ini. Ia harus bisa bersabar. Sepertinya rencananya tidak bisa berjalan dengan lancar.
"Gimana hasil tesnya? Apa udah keluar?" Raga menghubungi Daniel dengan ponselnya.
"Oh iya gue sehat banget. Kabar gue luar biasa baik, Ga" Daniel mendengus kasar karena Raga tidak mengucapkan salam atau sekedar menanyakan kabarnya.
"Gue gak nanya"
"Oke. Gue matiin" Daniel merajuk.
"Yaelah. Baper banget sih lo, Niel. Inget besok lo mau punya anak. Masa masih gitu gitu aja" cecar Raga.
"Setelah tujuh tahun berlalu, lo kan tau gimana perjuangan gue sama Ivanna buat punya anak."
"Gue kan gak nanya itu. Yang gue tanya hasilnya udah keluar apa belum" Raga mendengus kasar.
"Sabar lah. Belum keluar tesnya. Kan gue bilang tiga bulan. Kenapa gak lo tanya aja sih sendiri biar jelas. Gak perlu pake tes tes segala kan" Daniel menggerutu di seberang sana.
"Gue takut dia curiga sama rencana gue"
"Rencana?!"
"Berisik" Raga langsung memutuskan sambungannya.
*****
“Kita harus bergerak cepat sebelum orang itu bergerak” ucap seorang pria misterius di telepon.
“Sepertinya dia ingin melakukan tes. Kita harus tau dia akan melakukannya dimana. Bisa bahaya jika dia berhasil mengetahui kebenarannya. Cepat kirim orang untuk mengurusnya” jawab seorang pria tua di telepon.
“Anda yang seharusnya mengkhawatirkan putri anda. Saya tidak ingin perjanjian yang sudah di buat batal karena ketidak becusan anda menjaganya. Anda tau apa yang harus anda lakukan, bukan?”
“Kau jangan mengaturku! Kau hanya bagian yang tak sengaja saya temukan!”
“Anda tau apa yang akan terjadi jika saya mengungkapkannya, bukan?”
Karena kesal, pria tua itu memutuskan panggilannya. Kau akan mati. Lihat saja. Pria tua itu membatin.
*****