bc

CHANGE ME [Bahasa Indonesia]

book_age18+
2.0K
FOLLOW
14.8K
READ
escape while being pregnant
fated
second chance
arrogant
manipulative
badgirl
CEO
drama
tragedy
twisted
like
intro-logo
Blurb

Apakah masa lalu bisa kita perbaiki? Meskipun masa lalu yang paling kelam sekalipun?

Hanya sebuah kisah tentang si penghancur yang berusaha menempelkan kembali sisa sisa kepingan yang ada.

Akankah ia berhasil menyatukannya? Atau malah membuat kepingan itu kembali terjatuh dan pecah menjadi kepingan yang lebih kecil?

Kisah tentang seorang Diraga Andreas yang berusaha mengejar kembali cinta Amanda Maura yang telah lama ia lepaskan.

Apa lagi setelah tujuh tahun lamanya, Raga mendengar seorang gadis kecil memanggil Maura dengan sebutan Mama. Apa ia ternyata seorang ayah? Apa yang akan ia lakukan jika ternyata Arinda benar anaknya?

Apakah semua rahasia kelam akan segera terungkap?

chap-preview
Free preview
CHANGE ME - 1
"Kamu tau, Maura? Menikah dengan kamu adalah kesalahan terbesar dalam hidupku" ucap Raga menusuk hati Maura. Wanita itu hanya menunduk, tak berani sedikitpun menatap wajah suaminya itu. Setelah kebersamaan mereka hampir dua belas tahun, akhirnya hari ini datang juga. Raga dan Maura telah bersama sejak duduk di bangku menengah atas. Saat itu, Maura yang berasal dari keluarga serba berkecukupan bisa dengan mudah jatuh hati pada sosok Diraga Andreas. Sosok pemuda yang tampan dan pintar meskipun dari kalangan yang jauh dari kata cukup. Namun perlakuan manis pemuda itu mampu meluluhkan hatinya. Perhatian yang tak pernah absen pun membuat Maura bertekuk lutut pada pemuda itu. Setelah tiga tahun berpacaran dibangku sekolah, akhirnya mereka berpisah saat harus masuk perguruan tinggi. Apalagi saat itu sosok Raga yang pintar mendapatkan beasiswa. Membuat pemuda itu mengenyam bangku perkuliahan gratis di luar negeri. Sungguh sebuah kebanggaan untuk Maura. Hingga akhirnya mereka sama sama lulus dan Raga kembali ke Indonesia. Hampir tiga tahun lebih pemuda itu membangun perusahaan, berusaha memantaskan diri untuk bersanding dengan Maura. Akhirnya perusahaan yang baru seumur jagung itu pun menjadi perusahaan yang sukses dan menghasilkan milyaran rupiah tiap harinya. Namun kekayaan dan segala tahta yang ada membuat sikap Raga berubah. Sejak kembali dari luar negeri pun, sebenarnya Raga sudah berubah. Bahkan sejak pemuda itu setahun ada di negeri orang. Pemuda itu menjadi pemuda dingin dan cuek. Tidak sungkan mengucapkan kata kasar dan membentak. Namun Maura memakluminya. Pergaulan di luar negeri pasti mengubahnya. Gadis itu terlalu percaya diri bahwa Raga nya akan kembali menjadi Raga yang penyanyang dan perhatian seperti saat mereka masih sama sama di bangku sekolah. Pernikahan mereka yang baru berumur satu setengah tahun itu pun sedang berada di ujung tanduk. Maura berkali kali mendapati Raga yang sedang berselingkuh. Pria itu bahkan tak segan membawa wanitanya kerumah mereka. Melakukan hal yang suami istri biasa lakukan di ranjang mereka. Berkali kali gadis itu hancur, berkali kali pula ia meyakini dirinya. Suaminya itu hanya sedang kehilangan arah. Namun akhirnya hari ini datang juga. Maura akhirnya sadar posisinya di hati pria itu seperti apa. "Kesalahan?" Gumam Maura namun masih bisa didengar oleh Raga. Pertengkaran ini bermula saat Maura ingin mengajak Raga berbicara serius saat pria itu baru pulang bekerja. Itu yang pria itu katakan. Padahal jam di dinding sudah menunjukan pukul dua pagi. Dan bau alkohol menyeruak dari tubuhnya. Maura sedang tidak sabar ingin mengatakan pada suami tercintanya itu bahwa kini wanita itu sedang mengandung anaknya. Namun belum sempat ia memberikan kabar bahagia itu, Raga sudah menyela ucapannya. "Iya, kesalahan. Harusnya kita gak pernah nikah! Kamu bahkan gak menarik sama sekali di mata aku" bentak Raga. Ah, Maura ingat. Saat pria itu melakukan hubungan suami istri dengan dirinya, Raga dalam keadaan mabuk berat. Melakukan hal pertama untuk Maura itu dengan kasar. Namun sepertinya pria itu tidak mengingatnya. Hal yang bereka lakukan dua bulan yang lalu. "Benarkah?" Tanya Maura mulai berani menatap wajah suaminya. "Kau tuli?" Ucap Raga penuh emosi. "Tidak. Aku hanya ingin memastikan" Maura memberikan senyumnya kepada Raga. Bahkan untuk menangis pun wanita itu sudah tidak sanggup. "Kita cerai. Aku udah gak tahan lagi sama kamu! Besok aku urus secepatnya. Aku ingin kamu pergi dari rumah ini sekarang juga!" Bentak Raga. "Harus sekarang juga? Tapi diluar sudah gelap. Izinkan aku disini. Setidaknya sampai pagi datang. Aku akan pergi saat itu" ucap Maura masih dengan senyumnya. "Baiklah. Tapi jangan tidur sekamar denganku. Aku rasanya sudah tidak tahan lagi berada di dekatmu!" Ucap Raga dingin. "Izinkan aku bersama denganmu. Untuk kali ini saja. Sebelum kau bangun, aku akan pergi. Setidaknya izinkan aku untuk merasakan hari terakhir menjadi istrimu. Aku ingin mengingat hari ini, hari terakhir aku bisa menyebutmu sebagai suamiku. Biarkan untuk beberapa jam saja" pinta Maura. Berharap suaminya itu akan merubah pikirannya. "Baiklah. Dan satu yang perlu kamu ingat. Ini yang terakhir. Kamu bisa pergi setelahnya. Sesuai kata katamu, sebelum aku bangun" Raga bergegas meninggalkannya menuju kamar mereka. Akhirnya pertahanan wanita itu hilang begitu saja. Air mata yang tadinya sudah tidak bisa keluar pun, tiba tiba muncul bagai air bah. Tubuh wanita itu meluruh ke lantai bersamaan dengan luruhan air matanya. Wanita itu terisak. "Ma, mama kenapa?" Tanya Arinda yang sadar karena ibunya belum mengajaknya untuk turun. Padahal mereka sudah sampai di halaman parkir sekolah sejak lima menit yang lalu. "Eh? Kenapa?" Maura tersentak mendengar suara Arinda. "Ihhh...Mama yang kenapa? Arin dari tadi nungguin Mama tau. Mama diem aja. Arin kan malu mau turun sendiri" gadis kecil itu mengembangkan pipinya. "Mama gapapa kok. Cuma teringat sesuatu aja" Maura sedikit terkekeh melihat ekspresi anak semata wayangnya itu. Lalu mereka berdua turun bersama dari mobil yang tadi Maura kendarai. Sesampainya di gerbang sekolah, Maura mengusap kepala Arinda lembut. Dan mencium kening putrinya itu sekilas. "Arin jangan nakal ya. Nanti siang Mama gak bisa jemput. Om Mario nanti yang bakal jemput Arin. Gapapa kan?" Tanya Maura lembut. "Mama mau kemana?" "Mama ada meeting. Jadi gak bisa jemput Arin. Arin jangan nakal ya sama Om Iyo?" Tanya Maura lagi. Seperti sudah menjadi kebiasaannya, wanita itu pasti akan meminta bantuan pada kakak sepupunya itu. "Iya Arin gak akan nakal kok, Ma." Arinda mengangguk patuh. "Yaudah Arin masuk gih. Nanti keburu bel" Arinda meninggalkan Maura yang masih tersenyum di gerbang sekolahnya. Sesekali gadis kecil itu membalikkan tubuhnya, memeriksa apakah ibunya masih berada disana atau tidak. Gadis kecil itu tidak segan segan untuk kembali lagi ke parkiran jika ia tak menemukan sosok pelindungnya itu di gerbang. Mengetahui tingkah manis anaknya membuat Maura harus menunggu hingga gadis kecilnya itu masuk sampai menghilang dari koridor sekolahnya. Maura kembali melangkahkan kakinya setelah dipastikannya Arinda masuk kedalam sekolahnya. "Sudah tujuh tahun, tapi kenapa masih sering teringat ya" gumam Maura saat membuka pintu kemudi mobilnya. Ya, sudah tujuh tahun wanita itu bercerai dan membesarkan anaknya sendiri. Maura tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya, jadi dia memilih untuk tinggal berdua dengan Arinda. Terlebih lagi gadis kecilnya itu sangat mandiri dan mengerti kondisi ibunya. Selama tujuh tahun juga ia menyembunyikan keberadaan Arinda. Meskipun ia sadar jika Raga tidak akan pernah mengetahui tentang keberadaan anaknya. Namun ia cukup gusar. Takut Raga akan mengambil buah hatinya. Sudah cukup pria itu menyakiti dirinya. Jangan terulang lagi untuk yang kesekian kalinya. Dan selama tujuh tahun pula berita tentang Raga yang sering bergonta ganti pasangan itu selalu menghiasi kolom di tabloid. Baik itu berita online atau di televisi. Perusahaan pria itu juga sudah jauh lebih maju sekarang. Terlihat dari beberapa kali nama Diraga Andreas masuk ke jajaran sepuluh orang terkaya di Indonesia. Maura melajukan mobilnya meninggalkan sekolah Arinda menuju kantornya. Setelah keluar dari rumah Raga, wanita itu kembali bekerja di perusahaan orang tuanya. Namun ia meminta untuk di tempatkan di kantor cabang yang jauh dari Jakarta. Namun setelah Arinda mulai bersekolah, Maura memilih untuk kembali ke Jakarta. Disini banyak keluarganya, terlebih lagi wanita itu memiliki jabatan yang tinggi sekarang. Membuatnya mau tidak mau bekerja di kantor pusat. *** "Selamat pagi, Bu Maura. Rapat akan mulai tiga puluh menit lagi. Apa ada berkas yang kurang?" Tanya Hani, sekertaris pribadi Maura. "Oh iya, selamat pagi. Sepertinya sudah lengkap semua. Kamu boleh keluar" ucap Maura setelah memeriksa berkas di tangannya. "Hani, saya ingin turun sebentar. Saya ingin mengunjungi Divisi Keuangan. Tolong hubungi Pak Burhan untuk menyiapkan berkas yang saya minta" ucap Maura lagi saat Hani hendak membuka pintu ruangannya. "Baik, Bu" Hani menganggukan kepalanya dan berlalu. Maura beranjak dari tempat duduknya dan pergi menuju lift. Ditekannya tombol lift menuju lantai Divisi keuangan. Namun ia tak sadar, sedari tadi lift menuju ke bawah karena tombol yang ia tekan tidak tertekan dengan benar. "Loh? Kok lobby?" Ucap Maura saat kaget ternyata tanda penunjuk lantai di lift itu malah menunjukan ke lobby. Ia lalu menekan tombol lantai sepuluh dan kali ini memastikan tombol itu tertekan dengan benar. Saat pintu lift terbuka, ia disambut oleh tatapan kaget dan berubah menjadi dingin yang membuatnya terpaku tak bergerak di tempatnya. "Selamat pagi, Bu Maura" ucap karyawannya yang berdiri di bagian paling depan. Membuat Maura tersadar. "Selamat pagi, Pak Dias" Maura membalas ucapan karyawannya yang bernama Dias itu. "Ini perwakilan dari Horizon Company, Bu. Mereka yang akan rapat dengan ibu. Mereka datang lebih awal karena ingin menyiapkan peralatan untuk presentasi" jelas Dias. "Oh ya, selamat datang" ucap Maura singkat lalu menggeser tubuhnya, membiarkan orang yang tadi menatapnya itu masuk. "Ibu mau ke divisi keuangan?" Tanya Dias saat lift mulai naik. "Iya. Tadi tombolnya rusak. Tolong hubungi teknisi untuk membetulkannya, Pak Dias" Maura berusaha mengindari tatapan yang menusuk dari Raga di dalam lift itu. Orang itu adalah Raga, yang menatapnya kaget lalu berubah menjadi dingin. Maura baru tau jika ia akan mengadakan rapat dengan perusahaannya Raga. Seingatnya nama perusahaan pria itu bukan Horizon Company. Pria itu datang bersama asisten dan sekertarisnya. Dua wanita muda dengan tubuh seksi dan pakaian yang nyaris minim. Memang tidak pernah berubah. Maura membatin. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Sweetest Diandra

read
70.6K
bc

LAUT DALAM 21+

read
290.3K
bc

Aksara untuk Elea (21+)

read
836.7K
bc

Because Alana ( 21+)

read
360.7K
bc

Long Road

read
118.3K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.7K
bc

Satu Jam Saja

read
593.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook