9. Qasr Fadi

1340 Words
Siti mengamati sepanjang jalan Al-Hambra, jalan kembar yang tengahnya terpisahkan Lahan hijau yang ditanami rumput dan pohon palm di setiap jarak dua meter. Pohon-pohon yang tingginya hampir seragam, benar-benar membuat jalanan bersih itu menjadi begitu asri. Pemandangan serupa bisa diamati berkilo-kilo meter jauhnya, tidak pernah gagal membuat Siti berdecak kagum dalam hati, walaupun sudah beberapa kali mereka melewatinya. Trotoar yang begitu lebar memungkinkan untuk pejalan kaki dan pengguna sepeda menggunakannya dengan aman karena terdapat pembatas yang jelas antara pengguna sepeda dan pejalan kaki. Pengendara sepeda diberi area yang lebih dekat dengan jalan, sedangkan pejalan kaki diberi area yang lebih jauh dari jalan raya. Konsep ini dibuat sebagaimana kota-kota di Jepang didesain. Walaupun warga asli Caviya jarang berjalan kaki ataupun menggunakan sepeda, ada banyak pendatang dan turis asing dari berbagai negara di dunia yang lebih suka berjalan kaki atau bersepeda. Sehingga, pemerintah setempat membuat trotoar yang sedemikian rupa untuk memfasilitasi pejalan kaki dan pengendara sepeda. 'Pasti sangat menyenangkan bila bisa sesekali berkeliling memakai sepeda.' Siti membatin dalam hati. Namun, lagi-lagi dia menepis keinginan itu. Dia datang ke Caviya bukan untuk bersenang-senang. Sementara itu, pikiran Ahmed sibuk dengan banyak hal lainnya. Salah satunya adalah memastikan ulang bahwa semua urusan Siti dan trainingnya sudah beres. Kecuali untuk baby care training. Mrs. Sheldon meminta minimal dua kali lagi training untuk berlatih dengan bayi sungguhan di nursery. Hal ini langsung dikabulkan oleh Ahmed karena tidak seperti pekerjaan yang lain, Mrs. Sheldon meyakinkannya bahwa hal ini akan sangat penting mengingat Siti masih muda dan belum pernah memiliki pengalaman mengasuh bayi. Bila diizinkan, sebenarnya Mrs. Sheldon ingin memberi empat sampai lima kali training untuk Siti agar dia lebih mahir dan terbiasa. Sedangkan untuk latihan karate dan Bahasa Arab, Siti akan melanjutkan bila Tuan Khalid mengizinkan. Ahmed belum merundingkan ini dengan Tuan Khalid karena ia merasa hal ini tidak terlalu penting. Khusus untuk kursus memasak saja dihentikan total karena memang dirasa tidak dibutuhkan lagi. Akan ada banyak pelayan senior di tempat Tuan Khalid yang akan mengajarkan pada Siti, bila Siti menginginkan. "Kita sudah sampai," kata Ahmed setelah mereka tiba di sebuah pintu gerbang yang tinggi dan indah bergaya semi-klasik, terbuat dari logam yang dari kejauhan terlihat seperti—perak(?)—mengingatkan Siti akan pintu gerbang istana yang sering dilihatnya di film fantasi. Ahmed membuka jendela mobilnya dan menyapa kedua penjaga gerbang dengan ramah. Terlihat sekali bahwa keduanya juga merupakan warga pendatang dari wilayah Asia Selatan. Kedua penjaga tersebut tersenyum kembali kepada Ahmed, membukakan pintu serta mempersilakan mobil Ahmed masuk menyusuri taman depan mansion menuju area parkir mobil tamu. *** Qasr Fadi, Caviya Hills 105 Kediaman Tuan Khalid—mungkin lebih tepatnya istana Tuan Khalid—sangatlah luas dan megah, dibangun di atas lahan seluas hampir satu hektar. Dari depan, tampak bangunan utama bergaya kerajaan, yang digarap dengan sangat profesional dengan cita rasa seni tingkat tinggi yang glamor dan stylish. Atap berbentuk kubah yang sangat khas dengan genteng berwarna perak, dipadukan dengan cat tembok warna putih dan perak, membuat bangunan ini terkesan mewah. Jendela-jendela ekstra besar di lantai satu dan dua, yang terbuat dari kaca, menambahkan sentuhan eksklusif pada bangunan ini. Tiang-tiang kokoh yang menjulang tinggi di teras, membuat siapa saja yang akan memasuki rumah melalui pintu utama, serasa akan memasuki istana raja di negeri dongeng. Benar-benar perpaduan sempurna dari gaya klasik dan modern. Tak lupa, balkon ikonik di kamar-kamar lantai dua, menggoda wanita mana saja yang melihatnya untuk berharap menjadi tuan putri penghuni kamar berbalkon itu. Bila dia laki-laki, mungkin akan tergelitik untuk memanjatnya dengan tali. Seolah berperan menjadi tokoh pria yang hendak menyelamatkan kekasih yang dikurung di sana. Ahmed dan Siti kini berjalan beriringan menyusuri taman rumput yang cantik lengkap dengan kolam air mancur sebagai pusat perhatian. Ahmed melirik Siti, mengecek bagaimana reaksinya mengunjungi Qasr Fadi untuk pertama kalinya. Namun, lagi-lagi, tak sesuai harapannya. Siti terlihat biasa saja, tidak tampak terkesima. Benar-benar sangat pandai menahan diri. Tidak seperti dirinya saat pertama kali ke sini saat masih menjadi pegawai baru. "Aku akan membawa kamu menemui Tuan Khalid lebih dulu karena ada hal penting yang harus disampaikan," kata Ahmed yang dijawab dengan kata 'baik' oleh Siti. Singkat dan padat seperti biasanya. Seorang pelayan wanita yang mengenakan seragam long dress berwarna hitam dan celemek putih, membukakan pintu untuk Ahmed dan Siti. Mereka berdua pun masuk ke dalam setelah mengucapkan salam dan terima kasih. Desain interior Qasr Fadi ternyata senada dengan warna luarnya. Cat dinding putih dan perak membuat kesan bersih dan mempesona. Perabotan rumah tangga juga didominasi oleh warna perak, walaupun terdapat sentuhan warna hitam dan putih agar tidak terkesan monoton. Mewah dan elegan. Saat sampai di depan ruangan yang pintunya terbuat dari kayu gelap, Ahmed mengetuk pintu dengan pelan serta menyebutkan namanya dan Siti. "Masuk," suara dari dalam ruangan, mempersilakan Siti dan Ahmed menginterupsi pekerjaan yang tengah dilakukan oleh pemilik suara. Ahmed pun memutar kenop pintu dan masuk bersama Siti. Mereka kemudian duduk di sofa di dekat meja kerja Tuan Khalid. Siti pun dengan tenang dan anggun mendudukinya. Nampak serasi dengan bahasa tubuh Ahmed yang berwibawa. Tuan Khalid yang melihatnya sekilas, sempat merasa ingin menjodohkan mereka bila tidak ingat status sosial Siti. Benar-benar penggemar warna perak. Siti membatin sambil mengamati suasana ruang kerja Tuan Khalid yang desainnya sesuai dengan ekspektasi Siti. "Aku ingin menambahkan beberapa hal di kontrak," jelas Tuan Khalid mengawali pembicaraan. "Kamu tidak boleh mengatakan pada siapa pun bahwa aku membawamu dari Indonesia dengan kondisi seperti yang kita bertiga ketahui. Termasuk kepada semua orang di rumah ini. Tidak peduli itu istriku ataupun anakku. Ini rahasia kita bertiga." "Baik." "Bila ada yang bertanya, Ahmed lah yang mengambilmu dari agency Mrs. Sheldon karena begitulah berkasmu dibuat," tambah Tuan Khalid sambil menunjukkan berkas yang beliau maksudkan. Siti mengiyakan semua permintaan sang Tuan. Sekarang ia mengerti, mengapa ia tidak dari awal dibawa ke rumah Tuan Khalid. Bila dia langsung kesini, tentu semua akan tahu kalau Tuan Khalid membawanya dari Indonesia. Hal itu bisa menimbulkan gunjingan. "Satu hal lagi, bekerja tanpa gaji, siapa pun yang mendengarnya tentu akan menganggap hal ini adalah p********n," terang Tuan Khalid tanpa mempertimbangkan perasaan Siti. Saat ini Ahmed merasa percuma saja selama ini dia tak mengatakan apa pun yang dia pikirkan mengenai kontrak Siti. Karena ternyata Tuan Khalid dengan mudahnya mengatakan tanpa basa-basi. Namun, tidak seperti yang Ahmed kira, Siti tidak menampakkan perubahan air muka. Datar—datar seperti sebelumnya. Dengan sikap seperti itu, mungkin akan lebih cocok bila Siti adalah seorang bodyguard. "Karena itulah, kamu harus menjaga rapat-rapat tentang kontrak ini. Jika sampai ada yang tahu, mereka akan memanfaatkan hal ini untuk memperkerjakanmu tanpa ampun. Atau bahkan lebih buruk lagi." Tuan Khalid menjelaskan sambil bergidik sedikit—hanya sedikit hingga Ahmed dan Siti tidak tahu. Sebenarnya kata-kata Tuan Khalid bermaksud melindungi Siti. Namun yang keluar dari bibir Tuan Khalid, apa pun itu, akan terasa buruk dan tak bersahabat. Hal ini tentu tidak akan terjadi bila dia bersedia sedikit repot untuk menghiasi wajahnya yang tampan dengan senyuman yang manis. Siti, lagi-lagi hanya menyatakan persetujuan dan tidak menjawab lebih panjang dari kata 'baik'. Sebenarnya, Siti ingin mengatakan bahwa ternyata ia membutuhkan sedikit uang saku untuk membeli hadiah balasan untuk Mrs. Kadri dan Jihan. Namun tidak jadi, karena sudah berjanji tak akan menerima uang sepeser pun dari Tuan Khalid. Dengan begini, dia tidak akan pernah memiliki uang untuk membeli hadiah. Semoga saja, nanti Siti bisa membalas kebaikan mereka dengan cara lain. *** Setelah selesai urusan dengan Tuan Khalid, Ahmed mengajak Siti menemui Ms. Aziza, kepala pelayan di rumah itu, sekaligus yang merawat Tuan Khalid semenjak kecil. Bagi Tuan Khalid, Ms. Aziza adalah pengganti ibunya yang sudah meninggal sejak dia masih kecil. Rambutnya sudah banyak beruban, tapi masih terlihat kuat dan berwibawa. Kalau bingung mengenai posisi Miss Aziza di rumah ini, bandingkan saja dengan butler di rumah bangsawan Eropa. Ms. Aziza menjelaskan pekerjaan umum yang akan dilakukan Siti nanti sebelum anak kedua Tuan Khalid lahir. Setelah bayinya lahir, nanti Siti harus fokus membantu Madam Aisha untuk mengurus bayinya. Siti juga diperkenalkan dengan enam pelayan wanita lain dan satu pengasuh yang sudah lebih dulu bekerja di sana. "Oh, ya. Kamu berasal dari agency mana?" tanya Ms. Aziza kepada Siti penuh selidik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD