24. Perpustakaan

1183 Words
Seusai 'interogasi' bersama Pangeran Yusuf dan Tuan Ali yang tentunya menguras energi sekaligus emosi, Siti dipersilahkan untuk beristirahat karena sangat lelah. Para pelayan diminta membawa Siti ke kamar tamu yang sudah dipersiapkan sejak tadi malam. Tentulah itu kamar tamu yang indah karena di sana adalah sebuah istana. Bisa dibayangkan bagaimana desain interior kamar tamu tersebut. Sebuah ranjang di tengah dengan kelambu indah keemasan. Terdapat meja dan kursi untuk berbincang dengan tamu di sudut ruangan. Hiburan di sana ada sebuah layar televisi yang di dilengkapi sound system yang canggih sehingga akan terasa seperti home theater namun lebih ringkas. Sedangkan kamar mandi di sudut ruangan terlihat sangat nyaman untuk dipakai karena cukup luas ketika Siti mengintip ke dalamnya kamar mandi tersebut tidak kalah mewah dengan yang dipakainya tadi. Ada jacuzzi mini yang kira-kira memuat dua orang dewasa. Juga terdapat shower. Berjaga-jaga bila orang yang tinggal di kamar tamu tersebut ingin mandi dengan cepat. Wastafel dan toilet terletak terpisah. Secara umum, kamar mandi pun ini ini terlihat sangat indah. Kamar yang luar biasa tidak kalah dengan kamar seorang putri raja. Tak terbayangkan bagaimana mewahnya kamar utama pemilik istana ini. Mungkin sangat mewah dan luas jauh lebih mewah daripada kamar para madam di Mansion Fadi, kediaman tuannya. Para pelayan membantu Siti untuk mengganti pakaian. Pakaian Siti yang mewah tadi diganti dengan pakaian tidur yang nyaman. Bagaimanapun juga Siti sangatlah mengantuk. Dia tidak memiliki kesempatan tidur sedikit pun tadi. Sebenarnya Siti ingin mengabarkan kepada Ahmed dan Tuan Khalid bahwa dia baik-baik saja. Apalagi ternyata insiden penyusup di rumah Tuan Khalid adalah ulah Tuan Ali dan Pangeran Yusuf. Siti khawatir mereka berdua akan bekerja terlalu keras untuk memecahkan kasus tersebut. Padahal, Tuan Khalid sendiri memiliki banyak masalah di rumah. Namun, karena tadi malam dia tidak diperkenankan untuk membawa alat komunikasi, tentu saja Siti tidak bisa mengabarkan hal ini kepada Ahmed maupun Tuan Khalid. Dia hanya bisa berdoa dalam hati semoga mereka berdua tidak terlalu lelah. Pikiran Siti melayang kepada hal lain. dia ingat bahwa hari ini nanti adalah hari pertama Nona Sofia bertemu dengan guru baletnya yang baru. Sejujurnya, Siti tidak ingin melewatkan kan pelajaran balet pertama Nona Sofia. Apalagi Siti merasa ragu bahwa Nona Sofia baik-baik saja setelah insiden dengan madam Aisyah kemarin sore. Bukankah, Nona Sofia masih menangis saat menjelang tidur? Merasa bersalah mengingat keburukannya terhadap adik sendiri. 'Apakah pelajaran pertama Nona Sofia akan lancar-lancar saja?' batin Siti sedih. 'Semoga saja Nona Sofia baik-baik saja dan sudah bisa menerima insiden tersebut dengan lapang dada.' 'Bagaimana dengan Madam Aisyah? Apakah beliau baik-baik saja? Bagaimana dengan bayi di kandungannya?' Karena tak kuasa menahan kantuk Siti pun tidur dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepalanya. Tidurnya sangat nyenyak. Dia bahkan tidak bermimpi apa pun. Siti terbangun setelah beberapa jam tertidur. Karena terbiasa bangun pagi, walau hanya tidur sebentar, tetap saja dia tidak bangun kesiangan. Sudah ada seorang pelayan di kamarnya. Walaupun bukan pelayan yang sama dengan pelayan semalam. Yang sekarang lebih kecil dan ramah. Setelah melakukan rutinitas pagi, pelayan tersebut menawarkan padanya untuk membawakan sarapan ke tempat tidur. "Atau barangkali Nona ingin sarapan di meja jamuan?" tanya salah satu pelayan kepada Siti saat melihat tamunya merasa tak nyaman dan kurang bersemangat. Si pelayan khawatir Siti tidak suka sarapan di kamarnya. "Aku akan mengikuti kebiasaan Pangeran Yusuf dan Tuan Ali dalam menjamu tamunya," jawab Siti kepada pelayan yang tampak lebih bersemangat darinya. "Di kamar juga tidak mengapa bila dianggap sopan." Terkesima dengan jawaban Siti, sang pelayan akhirnya berkata, "Baiklah. Saya akan membawa makanan ke sini." Tak lama, kereta makanan sudah sampai di kamar Siti dengan set menu sarapan yang lengkap. Siti memilih makanan terbaik untuk mengawal aktivitas paginya. Telur rebus, avocado, daging iris, dan s**u. Dia mengunyah makanan sambil melamunkan semua peristiwa yang terjadi semalam. Lagi, keinginannya untuk menelepon rumah tuannya sangat besar. Siti ingin mengatakan bahwa dia baik-baik saja. "Bolehkah aku meminjam telepon ...," tanyanya ragu kepada pelayan di sampingnya, " ... Laila?" tambahnya setelah melihat name tag di d**a Laila. "Maaf, Nona. Apa pun selain hal itu tentu akan saya turuti." Sang Pelayan menjawab sambil tersenyum ramah agar yang dia layani mengerti bahwa dia tidak bermaksud buruk. "Begitulah pesan dari Tuan Ali." Siti merespon dengan senyuman lemah. Mengecewakan sekali tentunya. Namun, dia tak bisa berbuat apa pun selain menunggu saat dia dipulangkan ke Mansion Fadi. Selesai makan, Laila, menanyakan kembali apa yang ingin dilakukan Siti untuk menghabiskan paginya. Apakah akan menghabiskan waktu di kamar karena masih mengantuk, atau ingin berkeliling Istana Yasmin. "Aku ingin ke perpustakaan bila diizinkan," pinta Siti yang disambut dengan suka cita oleh Laila. Dalam hati, si pelayan bertanya-tanya, apa tadi dia menyebutkan tentang perpustakaan? Tentunya dia tidak menyangka bahwa Siti memiliki pengetahuan umum tentang istana kediaman Pangeran Yusuf ini. Walaupun tidak banyak karena hanya berasal dari artikel di media cetak yang dibacanya untuk memperkaya kosakata Bahasa Arab. "Tentu saja. Saya akan mengantar Anda ke sana setelah berpakaian." Para pelayan lain kemudian datang ke kamar Siti dan membawakan pakaian ganti. Sungguh pentingkah berganti pakaian berkali-kali dalam sehari? Siti pun segera bersiap memakai pakaian baru, dibantu Laila dan pelayan lain. Kali ini, pakaian yang dikenakannya berwarna merah muda dengan model kaftan seperti pakaian Asia Selatan. Aksesori yang dikenakannya pun mirip dengan yang yang biasa ditemui di daerah Asia Selatan. Bertatahkan batu ruby yang serasi dengan pakaiannya yang berwarna merah muda lembut. Perbedaan pakaian Siti kali ini dengan yang biasa ditemui di Asia Selatan hanyalah terdapat pada warna bajunya saja. Tone warna yang kalem adalah ciri khas Asia Timur. Siti pun mengira-ngira siapakah desainer yang bisa membuat pakaian selembut dan seindah ini dipadukan dengan gemerlap khas Asia Selatan dan Timur tengah. Unik. Para pelayan yang membantu Siti memakai pakaian merasa sangat kagum dengan penampilan tamunya. Mungkin, wajah Asia tenggara yang manis dan mungil memang sangat cocok menggunakan tone warna seperti ini. Tak henti-hentinya para pelayan mengagumi pesona asing wajah Siti yang hampir tidak pernah mereka temui di Almaas. Setelah semuanya siap, Laila menemani Siti menuju perpustakaan. Sesampainya mereka di depan pintu kayu yang lebar yang dijaga oleh dua orang penjaga berbadan tegap, pelayan berperawakan mungil itu meminta izin untuk memasuki ruangan besar yang berisi banyak buku di dalamnya. Di dalam, ada pustakawan yang menjaga dan membantu untuk menemukan buku yang Siti inginkan. Pustakawan bernama Ubay itu menunjukkan rak yang berisi buku-buku tentang sejarah Almaas. Mata hitam Siti berbinar-binar menelusuri banyak judul yang berderet, tercetak jelas di buku-buku lama yang tebalnya sekitar lima centimeter. Ada satu judul yang menarik perhatian Siti. Keluarga Al-Mohsen dan rahasia mereka. Serta-merta ditariknya buku tersebut. Namun, gadis manis itu harus kecewa berat karena menemukan ada gembok yang menyegel buku tersebut. Membuat rasa ingin tahunya yang besar semakin meronta-ronta. "Maaf, untuk mengakses buku yang terkunci, Anda harus mendapatkan surat izin resmi dari kerajaan. Anda bisa memintanya kepada Pangeran Yusuf." Pustakawan di samping Siti menjelaskan panjang lebar. "Oh, baiklah. Saya mengerti." Siti menjawab dengan senyuman lemah. Dia merasa kecewa karena tidak semua buku bisa diakses dengan bebas. Hmm ... ternyata bukan hanya novel online di platform berbayar saja yang digembok. "Bila Anda tertarik dengan keluarga Al-Mohsen, bagaimana dengan buku yang ini?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD