"Hati hati bang lantai ha--"
Brukk...
Belum sempat bulan menyelesaikan kalimatnya tetapi si langit sudah jatuh terjengkang dengan dispenser diatasnya. Langit terjatuh karena lantai dapur baru selesai di pel.
"Wadidaw b****g gue yang sekseh" pekik langit merasakan b****g nya yang sakit setelah mencium lantai.
Bulan pun mendekati langit berniat membantunya. "Bang sakit ya" tanya bulan khawatir.
'Ya sakit lah, nanya lagi' namun kalimat itu hanya di tahan dalam hati langit, ia akan kalem didepan sang pujaan hatiiii. Seketika langit memiliki ide cemerlang setelah melihat kepanikan bulan.
"Aduh sakit banget" kata langit malah menjatuhkan tubuh nya ke lantai setengah basah tersebut.
"Aduh bang maaf ya karena bantuin aku jadi abang jatuh" kata bulan membantu langit berdiri, kan si bulan khawatir sama langit jadi panik tuh.
Sontak langit seperti tersengat listrik mendapati sentuhan dari bulan, jantungnya sudah bertalu talu. 'Anjir nih jantung udah kayak mau salto aja' gumam langit dalam hati. Bulan pun membawa langit duduk di kursu teras.
"Sebentar ya bang aku ambil minum dulu"
Langit pun hanya mengangguk.
Bulan masuk ke dalam rumah dan tak lama kembali lagi dengan secangkir kopi di tangan nya.
"Sungguh istri idaman" kata langit menggeleng kepala takjub.
"Iya dong" songong bulan mengibaskan rambutnya. Langit melihat itu semakin terpesona.
"Diminum bang kopinya".
Langit pun menyeruput kopi hitam pahit nya. "Bulan gak punya gula ya" sindir langit lembut. Pasalnya kopinya asli rasa kopi tak ada tambahan lagi.
"Hehe nggak bang kan belum siap beres beres" cengir bulan.
Langit pun mengangguk dan kembali menyeruput kopinya.
"Woii sialan hp lo bunyi mulu nih" pekik fadil tiba tiba muncul.
Uhuk uhuk uhuk
Langit langsung terbatuk karena kaget mendengar suara fadil.
"Bangs*t lo ya uhuk uhuk" umpat langit yang mata nya sudah memerah.
"Sorry langit gue gak sengaja" kata fadil menggaruk tengkuk nya.
"Terkadang gue pengen jadi gurita biar bisa mukul lo dengan 8 tangan" sebal langit.
"Gue kan kesini bermaksud baik, nih hp lo berisik banget" kata fadil menyodorkan hp dengan kasar, langit pun menerimanya. Ternyata yang menelpon adalah yolan si cewe agresif yang selalu mendekati langit. Langit pun melihatnya jijik, ia mematikan panggilan dan sekalian menonaktifkan ponselnya.
"Loh kok gak diangkat" tanya fadil.
"Kepo lo".
"Aihhh punya temen gini amat yak" fadil geleng geleng kepala.
"Eh neng yang tinggal disini ya" kata fadil ketika melihat bulan.
"Iya bang".
"Kenalin nama gue fadil" kata fadil mengulurkan tangannya. Bulan hendak menerimanya tapi dengan cepat langit menjabat tangan fadil duluan.
"Namanya bulan, udah gak usah pegang pegang bukan mukhrim" kata langit sewot.
"Idihhh sirik amat lo" kata fadil palak kali rasanya dengan tingkah langit yang posesif padahal bukan siapa siapa juga.
"Suka suka gue dong".
"Ehh neng bulan abang numpang neduh deh sekalian ya bikinin kopi" kata fadil tak tahu malu. Dia pun duduk di sebrang meja yang langit duduki.
"Ehhh si kampret gak tau diri banget ya" kata langit melirik sinis.
"Ngapa lo emosi aja udah kayak cewek pms lo" kata fadil mencibir.
"Habis nya lo--".
"Udah bang gak papa, biar bulan bikinin kopi nya" kata bulan memotong pembicaraan duo sohib itu.
"Nah gitu kan gue jadi enak, kalo bisa sekalian cemilannya ya neng bulan" kata fadil tak tahu malu.
"Awwww" pekik fadil ketika kaki nya di injak kuat oleh langit. Langit memberi plototan untuk memperingati sikap fadil.
"Ada apa bang" tanya bulan yang hampir masuk ke dalam rumah.
"Enggak apa apa neng tadi ada gajah injek kaki abang".
"Masa sih bang" kata bulan tak percaya.
"Gak percaya ya udah neng, lebih baik kamu bikinin abang kopi aja" perintah fadil. Bulan pun masuk kedalam rumah.
"Heran gue kok bisa mungut temen yang bentukannya kayak lo begini, dasar gak tau malu" sinis langit.
"Enak aja mungut lo pikir gue anak kucing yang di buang dan terlantar di pinggir semak semak".
"Ya emang lo pantes banget di sandingkan dengan kucing buangann" kata langit tersenyum miring. "Sialan lo" fadil menggeplak kepala belakang langit.
Langit pun tak terima dan membalas nya, kini terjadilah aksi adu geplak kepala.
Bulan kembali dari dapur dengan secangkir kopi hitam di tangan nya. Sekatika ia geleng geleng kepala melihat orang dewasa dengan masa kecil kurang bahagia.
"Ehemm" dehem bulan tapi tak di perdulikan oleh dua manusia itu.
"Ehmm" dehem bulan lebih keras, akhirnya para lelaki mendengar nya, mereka terkesiap malu karena tingkah mereka yang kekanakan. Langit langsung duduk tegap sedangkan fadil hanya cengengesan gak jelas.
"Hehe neng bulan udah siap bikin kopi nya" basa basi fadil.
"Udah lah kalo belum gak ada disini" kata bulan.
"Kok cepet banget neng".
Bulan mengedikan bahunya malas sekali menjawab pertanyaan aneh dari mulut fadil.
"Lah camilan nya mana neng" tanya fadil celingukan mencari piring cemilan.
"Gak ada bang kan aku baru juga pindah mana ada cemilan, boro boro mikir cemilan tuh barang aja belum siap diturunin" sebal bulan menunjuk nana yang sibuk menurunkan barang sendirian.
Fadil dan langit pun meringis malu, bukannya membantu malah membuat tuan rumah jadi repot.
"Iya abang fadil bantu deh neng, tapi kasih abang waktu minum kopi bentar" Fadil pun dengan semangat menyeruput kopi nya. Saat masuk mulut nya sebentar fadil langsung menyemburkan nya kelantai.
"Buset dah ini baru beneran kopi gak kaleng kaleng pait nya" geleng fadil sambil mengelap bibir nya.
"Hehe maaf bang gak punya gula" kata bulan nyengir gak berdosa. "Gak papa neng, orang cantik mah bebas" kata fadil yang langsung diplototi oleh langit.
"Ngapa lo bang pen gue colok ya" si fadil dasar tidak peka, dengan kurang ajarnya menunjukan dua jarinya hendak mencolok mata langit, langit pun menepis nya.
"Dasar bego" umpat langit.
"Apaan sih" fadil menggaruk rambutnya yang terasa gatal, apa karena belum keramas saru minggu ya, pikir fadil mencium jemarinya yang habis menggaruk kepalanya.
"Iyuhh bauk banget" kata fadil sendiri.
Langit pun menggeleng kepalanya takjub sekali melihat tingkatnya fadil. 'Bisa bisanya gue betah temenan sama orang macam begini bentukan nya' batin langit.
"Ngapa lo liatin gue begitu? Naksir lo" kata fadil ngegas saat melihat tatapan tak biasa langit.
Langit pun bergidik jijik. "Najis".
"Sekarang aja lo bilang najis ntar malem lo gak bakalan bisa tidur tanpa grepe grepe gue" kata fadil.
Bulan pun melihat fadil yang berkata begitu seketika ia bergidik jijik, 'sayang banget ganteng ganteng homo' begitu pikir bulan.
"Kalo ngomong yang bener" sebal langit menjitak kepala fadil.
"Ahhhh ampun bang kenapa kau kejam pada ku kamu jahat, ini namanya KDRT" kata fadil mengikuti gaya tayangan ikan terbang. "Mengapa kau tega pada ku bang apa salah ku hingga kau mancampakkan ku habis manis sempak di buang" lanjut fadil.
Langit menatap fadil datar. "Jijik gue dengernya, lagian habis manis sepah di buang bukan sempak dibuang bego" langit menonyor kepala fadil.
"Serah gue dong mulut mukut gue". Kata fadil menepis tangan langit.
"Udah ayok bantu mereka siapa tau kan bisa serumah bareng" kata langit menunjuk bulan dan nana yang sedang menurunkan barang barang.
"itu mah harapan lo" kata fadil tak dihiraukan langit.
Langit lagi lagi meninggalkan fadil.
"Begini banget punya temen dajal selalu aja gue ditinggal" grutu fadil.
Akhirnya fadil dan langit pun membantu tetangga baru mereka.
•••••
Shhhh ahhhh huhh.
Plok plok plok
"Dari tadi udah gue kocok kok gak keluar juga".
"Shhh hah pelan pelan kali".
"Apa gue kasih air aja ya".
"Shhh jangan nanti rasa nya gak enak"