Siara Cakrawala

1050 Words
Lara membelenggu, ketika semua harapan tentang asa terkubur bersama sia-sia. Berharap pada sejuta kamuflase kehidupan dan menggantungkan berjuta harapan bersama angan-angan, banyak bibir berkata tak akan bisa, namun bukan kah setiap makhluk berhak bermimpi? Sedang sang pencipta tak pernah tidur melihat usaha dan doa setiap manusia.   Jika mimpi tidak pernah tidur, selalu bergerak menghampiri setiap pelaku pemimpi, hanya saja ucapan bak belati menghujam mati seperti api yang membakar dalam balutan luka. Semua berpegang teguh padah harta, tahta dan kecantikkan lalu baik hati hanya padam tak memiliki ruang, biar mimpi membelenggu semua harap. Lalu tidakkah pantas mengharap?   Siara Cakrawala-- seorang perempuan dari tanah sumatera lebih tepatnya provinsi yang dijuluki Bumi Rafllesia, semua yang ingin dia capai hanya angan-angan, semua orang mengaggap dirinya terlalu banyak bermimpi dan tidak pantas untuk memiliki mimpi. Sosok perempuan yang pintar membuat aksaraya dan jangan lupa selalu tenggelam dalam pesona majas-majas, pandai merangkai kata tapi tidak ada yang menghargai.   Setiap hari orang-orang selalu membicarakan fisiknya, Siara memang bukan perempuan cantik dengan tubuh seperti gitar spanyol, bukan pemilik gigi kelinci yang jika senyum manis seperti gula, bukan pula perempuan berkulit putih seperti artis drama korea. Bisakah dunia tidak memberi patokan jika perempuan cantik adalah perempuan yang tinggi, berkulit putih, hidung mancung dan kurus. Kalian tidak pernah tau bagaimana ucapan tajam seperti belati itu membuat seorang perempuan menjadi tidak ingin terlihat dan membuat seseorang hanya bersembunyi dalam cangkang yang keras, takut jika keluar seluruh dunia akan menertawakan. Kadang Siara sedih melihat orang-orang menjadikan kekurangannya sebagai bahan candaan tapi dia tidak bisa apa-apa karena memang ucapan mereka benar. Sepert ucapan yang mengatakan harus memakai skincare agar kulitnya putih, harus olahraga agar badaanya bagus, harus minum s**u agar tinggi. Semuanya memang benar, tapi Siara hanya manusia biasa punya porsinya sendiri untuk melakukan semua hal. Dia percaya semua orang punya masa untuk menunjukkan pada dunia bahwa mereka bisa tumbuh lebih baik.   Jika Allah ciptakan adam dan hawa dengan kesalahan dan membawa mereka ke bumi, bukankah setiap ciptaan tak ada yang sempurna, maka kenapa sebuah kata menghargai hanya untuk para perempuan cantik? Katanya dunia adil tapi tidak bisakah fisik bukan dijadikan patokan untuk semesta?   Pagi ini Siara mencoba melamar pekerjaan untuk keseratus kalinya, entah kenapa meskipun semua orang menatap aneh kepadanya tapi dia tidak pernah malu dengan badan berisi, kulit sawo matang dan hijab panjang yang ia gunakan, karena Siara percaya Allah tidak pernah tidur dan apapun yang Allah ciptakan, itu adalah bentuk terbaik dari dirinya.   “Udah lah Kak! Berenti ngelamar pekerjaan, ga ada perusahaan yang bakal nerima orang jelek dan miskin kaya kakak, berenti bermimpi!?”   Begitulah ucapan Hana—Adeknya Siara, yang sudah menjadi makanan sehari-hari untuk Siara, kadang dia merasa insecure tapi hal itu ia acuhkan, karena tidak semua hal harus di dengar dan tidak semua kata harus dimasukkan ke hati sebab luka-luka hadir karena ucapan manusia lain.   “Semua orang berhak punya mimpi, termasuk kakak Na, yang perlu Hana tahu fungsi sila kelima masih sama Na,” ucap Siara membalas dengan senyuman tenang . “Oh maksud kakak, keadilan sosial buat semua perempuan glowing, cantik, tinggi, putih dan langsing hahhah,” balas Hana dengan nada mengejek.   Hana memang bukan adik kandung Siara tapi meskipun begitu bagi Siara dia tetap keluarga yang sangat Siara sayangi, lain halnya seperti Hana. Ibu tirinya sangat menyayangi Siara layaknya anak kandung.   “Gue ingetin kak, udah setahun gue kerja dan lo masih setia megang map ga berkelas itu, sibuk sama dunia aksaraya lo yang penuh kehaluan, gue saranin bersihin muka penuh jerawat, kurusin badan, pakai bedak biar enak dilihat,” saran Hana sarkasme.   “Kenapa Hana selalu memberi patokan hidup ini hanya tentang kecantikkan dan banyak uang Na? Hana enggak boleh gitu, kan mama engga pernah ajarin kaya gitu.” Siara terlihat lelah berdebat dengan Hana. Siara tahu Hana memang perempuan cantik dengan kulit putih, tinggi, langsing dan jangan lupa lesung pipi yang menambah sempurna pahatan sang pencipta.   “Hana! Udah, berangkat kerja jangan gangguin kakak kamu terus,” peringat Santy—ibu tiri Siara yang memiliki wajah adem seperti bidadari dan pemilik senyum yang ramah. “Iya Ma, Hana pergi dulu Ma,” pamit Hana mencium tangan mamanya dan menyalami tangan Siara dengan ogah-ogahan.   Setelah Hana benar-benar tidak terlihat lagi, ibunya mengahampiri Siara dan memeluk erat anak tirinya itu, memang setelah kepergian papanya hanya Santy dan Hana yang menjadi keluarga untuk Siara.   “Jangan terlalu dengarin ya ucapan Hana tadi, dia memang kalo ngomong ga ada lemas-lemasnya, seharusnya pakai peregangan otot biar mikir dulu sebelum bicara,” ucap Santy mencoba mencairkan suasana agar Siara tidak bersedih.   “Heheh, gapapa Ma, udah biasa kok. Lagian Hana ga salah, emang kenyataannya aku jelek Ma.” Senyuman tenang yang Siara perlihatkan membuat orang-orang merasa hidupnya tidak ada beban padahal orang-orang yang pandai menyembunyikan luka adalah makhluk yang penuh menyimpan duka.   Siara berpamitan kepada Santy untuk pergi melamar pekerjaan lagi. Mungkin akan ribuan kali atau jutaan kali mecoba, gagal, mencoba lalu gagal lagi tapi bukannya setiap orang punya saratus triliun kesempatan sebelum tawakal menjadi titik terakhir dari semua pengerbanan.   Banyak hal sulit yang harus Siara lewati, menjadi sosok yang tidak sempurna membuat dirinya harus membentengi diri dengan setiap hujatan yang kerap kali melukai hatinya. Sebenarnya ada pembunuh yang lebih kejam dari yang menggunakan pisau yaitu pembunuh dengan kata-kata. Tahu kenapa? Mereka hanya mengucapkan satu kata namun dampaknya bisa sampai seseorang bunuh diri dan merasa dirinya tidak berguna.   Siara tahu satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk dirinya adalah menutup telinga dan terus bermimpi karena Allah tidak pernah tidur untuk pelaku pemimpi seperti dirinya, banyak menghabiskan waktu menjadi terlatih untuk menyimpan semua kalimat memburuk menjadikan motivasi untuk jauh lebih dari mereka.   Siara masih merasa beruntung karena memiliki ibu tiri yang baik bagaimana yang dia sudah terlahir dengan yatim—piatu lalu harus menanggung beban dengan terlahir di balik orang tua yang jahat pula banyak terjadi sebenarnya kisah seperti ini, kadang tidak percaya dengan jahatnya ibu tiri di film indosiar, namun pada kenyataannya ini benar terjadi. Meskipun Hana selalu saja marah dengan dirinya bagi Siara dia tetap menjadi sosok adik yang sangat baik, terlepas dari apapun itu yang namanya keluarga akan tetap menjadi keluarga, tidak ada istilahnya mantan keluarga tapi semuanya akan menjadi indah pada waktunya. Hana hanya seorang anak yang takut kasih sayang Santy terbagi, menurt Siara itu tidak apa-apa. Karena sejatinya kita tidak bisa membuat semua orang untuk menyukai kita karena jika tidak ada pembenci apakah mungkin hidup kita akan menjadi lebih baik lagi? Layaknya kekuatan dalam balutan luka Bukankah setiap perempuan berhak bermimpi Perihal kecantikkan bukan patokan Semua tumbuh bak mawar berduri Dia dipetik meski kelopaknya jatuh Dia hanya kekurangan Satu Tapi kelebihannya masih tercium juga
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD