bc

RETAK KACA CINTA

book_age18+
2.4K
FOLLOW
15.8K
READ
billionaire
revenge
love-triangle
brave
CEO
drama
bxg
brilliant
city
first love
like
intro-logo
Blurb

SUDAH TAMAT!!!

Rasa cinta Darrel terhadap Disha mulai memudar saat sebuah insiden kecelakaan merenggut penglihatan Disha. Ikatan pernikahan bahagia yang masih seumur jagung itu pun akhirnya terancam hancur.  Hadirnya Tara sebagai orang ketiga, semakin menciptakan keretakan hubungan di antara keduanya. Namun, Aditya, teman masa kecil Disha terus berupaya untuk membantu sahabatnya dalam mempertahankan pernikahannya, meskipun sebenarnya dia diam-diam menaruh hati terhadap Disha.

Cinta-cinta yang rusak, kaca-kaca hubungan yang retak, serta ambisi yang berkobar, berkolaborasi menemani setiap perjalanan kisah ini. Lantas mampukah mereka menambal kembali kaca cinta yang telah retak?

RETAK KACA CINTA

01/07/2021—30/08/2021

Copyright

chap-preview
Free preview
PROLOG
"Kau adalah wanita yang paling cantik di dunia." Segelintir pujian yang terlontar empuk dari bibir Darrel, berhasil menggetarkan hati Disha. Apalagi dibisikkan langsung tepat di telinganya. "Kini kita sudah resmi menjadi suami istri, kau adalah milikku, dan aku adalah milikmu. Apa kau senang?" Gadis cantik berbalut gaun pernikahan itu tersenyum lebar mendengarnya. Wajahnya berseri-seri, apalagi dengan riasan pengantin yang menambah keelokan dirinya. Sungguh bak putri raja. "Terima kasih, Darrel. Semua kebahagiaan ini, ketenangan ini, hanya denganmu aku mendapatkannya." Disha menjeda perkataannya. Tangan lembutnya menyentuh dadaa bidang Darrel dan merabanya. "Kau tahu, aku sudah menjadi salah satu wanita paling bahagia saat ini. Aku bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai. Itu sangat membuatku gembira." Senyum manis dari bibir berlapis lipstik merah merona menjadi pelengkap ucapan Disha. "Dan aku menjadi pria yang paling beruntung karena telah mendapatkan wanita secantik dirimu." Darrel mengecup pipi lembut istrinya. "Disha Adelicia, sekarang kau sudah berubah menjadi Nyonya Disha Jonathan Finley," imbuhnya diakhiri dengan kecupan di dahi. Disha Adelicia Abraham, adalah putri semata wayang dan kebanggaan keluarga Abraham. Ibunya bernama Lucia dan ayahnya bernama Abraham. Mereka adalah pemilik perusahaan terkenal yang bergerak dalam bidang real estate property dan sudah tersebar luas di mana-mana. Menjadi putri satu-satunya keluarga Abraham, menjadikan Disha sebagai pewaris tunggal semua kekayaan dan aset milik Abraham. Disha akan mewarisi semua harta kekayaan ayahnya dengan syarat jika dia sudah menikah. Dan kini tibalah saat itu. Pagi tadi gadis itu telah dipersunting dan resmi menjadi istri seorang pemuda tampan bernama Darrel Jonathan Finley. Darrel adalah putra satu-satunya dari pasangan Elisa Finley dan Jonathan Finley. Mereka adalah teman karibnya Abraham. Sama seperti Abraham, keluarga Finley adalah seorang pebisnis yang cukup sukses. Namun, kesuksesannya itu masih di bawah keluarga Abraham. Dengan penyatuan antara Darrel dan Disha, semakin menguatkan hubungan persahabatan kedua keluarga juga bisnis mereka. Apalagi, Darrel adalah lulusan Oxford University, dan kini dia menjadi pewaris utama kekayaan ayahnya serta bisnis-bisnisnya. "Kau mau aku panggil apa? Nyonya Finley, atau putri kebanggaan Abraham?" goda Darrel pada Disha. "Ah, aku rasa kau akan tetap menjadi putri kebanggaan Abraham. Yah, Finley itu tidak cocok jika disandingkan dengan Abraham. Benar, kan?" "Apa yang kau katakan, aku tidak peduli dengan pangkat itu. Mau ayahku miskin atau kaya, nama ayahku tetap agung bagiku. Aku akan tetap bangga menjadi putri Abraham. Dan soal nama belakang, karena aku sudah resmi menjadi istrimu … kurasa tidak ada salahnya jika nama belakangmu disatukan dengan namaku," jelas Disha murah hati. Begitulah Disha. Meski dibesarkan di keluarga yang super tajir melintir yang bahkan kekayaannya bisa sampai tujuh turunan, tidak membuat gadis bermata binar itu angkuh. Sebaliknya, dia tetap rendah hati dan penyayang. Dapat diakui, keberhasilan Lucia dan Abraham tidak hanya dalam pekerjaan bisnisnya saja, melainkan juga dalam hal mendidik putrinya. Karena bagaimanapun juga, orang tua berperan penting dalam pembentukan karakter anaknya. "Baiklah, Nyonya Disha Darrel Jonathan Finley." Darrel menaikkan alis kirinya. Terdengar aneh saat dia memanggil istrinya dengan nama sepanjang itu. "Ah, sayang … kurasa nama itu kepanjangan, ya. Bagaimana kalau aku memanggilmu My Honey Sweetie saja?" "Apa?" Disha tertawa kecil. "Itu masih kepanjangan, ya? Ya sudah kalau begitu aku panggil Sweetie saja. Simpel dan cocok untukmu yang super manis ngalahin permen lollipop," canda Darrel sembari mencubit kecil ujung hidung Disha. "Kau berlebihan Darrel." "Berlebihan bagaimana? Itu cocok untukmu." "Yah, baiklah … baiklah. Terserah kau saja," pasrah Disha menyetujui. "Nah gitu dong, cantik." Darrel mencium pipi Disha dengan spontan dan intens. "Lalu, kalau aku? Kau mau memanggilku siapa?" tanyanya lagi. Kedua matanya itu menatap Disha berseri, menunggu jawaban darinya. "Hmm…" Gadis itu tampak berpikir. "Bagaimana kalau Si tukang penggoda?" "Hah? Si tukang penggoda?" Darrel tampak tak setuju dengan hal itu. "Apa kau bercanda? Panggilan macam apa itu?" imbuhnya lagi seraya menggesek rambut belakangnya. "Yah, karena kau suka sekali menggodaku, makanya aku panggil itu. Bagaimana, cocok bukan?" "Kau keterlaluan, Disha. Aku memanggilmu Sweetie, tapi kau malah memanggilku tukang penggoda. Sekalian saja kau panggil tukang panci." Disha tergelak mendengarnya. "Hahaha. Lihat wajahmu itu, kau itu lucu sekali kalau sedang ngambek. Hahaha." "Kau keterlaluan. Kau malah menertawakanku. Apa ini lucu?" "Yah, lucu sekali. Hahaha." Gadis itu terus saja melebarkan tawanya. Melihatnya, Darrel menjadi senang. "Baiklah, tetaplah tertawa seperti itu. Karena saat kau tertawa, kau terlihat sangat cantik," pujinya dengan terus menumbuk iris binar. "Aku rela kau mengejekku setiap hari asal kau akan terus melebarkan senyummu itu." Disha menghentikan tawanya. Pandangannya terfokus kembali pada sosok pria tampan di depannya. "Jadi… kau setuju aku memanggilmu si tukang penggoda?" Darrel mengerjap. "Ayolah, Sayang. Jangan begitu, apa tidak ada panggilan lain yang lebih romantis untukku. Yah, my baby atau my prince, atau apalah yang lebih romantis." Pemuda itu mengambil kedua tangan Disha dan menggenggamnya. "Apa aku terlihat sebagai pria penggoda, hah?" "Kau lucu sekali, Darrel." Disha tersenyum lebar melihat ekspresi suaminya yang manja seperti itu. "Sudahlah lupakan itu. Aku akan pikirkan nama panggilan yang cocok untukmu nanti. Sekarang … kau ganti baju dulu." "Oh, jadi kau yang ingin memulainya, ya? Bagus. Aku rasa gadis memang harus memulainya terlebih dahulu." Darrel menaikkan kedua alisnya, membuat wanita di depannya keheranan. "Maksudmu?" tanya Disha tak mengerti. "Jangan pura-pura tidak tahu apa-apa, Sayang. Baru saja kau mengatakan kalau kau menyuruhku mengganti pakaianku." "Lalu?" Darrel memutar tubuh sang istri dan mendekapnya dari belakang. "Lihat, lihat itu!" Ia menunjuk ke arah Spring bed ukuran king yang penuh dengan hiasan serta lengkap dengan mahkota mawar yang tersebar di atasnya. "Itu Spring bed," ujar Disha sembari memandangi ranjang pengantin di depannya. "Bagus ya? Itu produk asli dari perusahaan ayah loh." "Iya, aku tahu. Maksudku bukan itu, Sayang…." "Lalu?" tanya Disha masih tak mengerti. Darrel mengerjap. Menempelkan bibirnya tepat di telinga Disha. "Kau menyuruhku mengganti pakaian karena kau ingin cepat-cepat melakukan itu ya?" bisiknya bernada menggoda. "Hah?" "Iya, kan?" "Melakukan apa?" "Melakukan anu." "Anu apa?" "Anu itu." "Bicara yang jelas, Darrel!" "Ah, kau ini tidak peka juga ya. Sesuatu yang biasa dilakukan oleh suami istri di malam pernikahan. Kau tahu, kan?" Mata Disha langsung membola. "Ummm … apaan?" tanya Disha pura-pura sok bodoh. Padahal dia tahu betul apa yang suaminya itu maksud. "Sesuatu yang indah. Hanya ada kita berdua di kasur itu. Kita saling memadu kasih, mengungkapkan cinta, dan kehilangan diri sendiri. Lalu terjadilah sesuatu." "Contohnya?" Disha mengeryitkan dahi. "Ah, kau ini." Darrel membisikkan sesuatu di telinga istrinya lagi. "Bayangkan ada sebuah pesawat tempur melaju … terus melaju ... dan ... masuk ke dalam goa." "Dorr!" teriak Disha membuat Darrel kaget. "Kenapa kau mengagetkanku?" "Kau bilang pesawat tempur masuk ke dalam goa. Itu artinya pesawatnya meledak dong. Mana bisa goa menampung pesawat tempur, sudah jelas akan meledak, Darrel." Darrel menepuk jidatnya. "Bukan seperti itu, Sayang… maksudnya–" "–Ah, sudahlah." Disha menyelak cepat ucapan Darrel. Ia berbalik menatap suaminya lagi. "Kau cepat ganti baju dan kita akan tidur. Aku sangat capek setelah pernikahan tadi. Kau tidak akan tidur dengan memakai jas seperti itu, kan?" kata Disha sembari memperhatikan jas pengantin yang masih melekat di tubuh Darrel. "Aku juga tidak bisa tidur dengan gaun pengantin seperti ini. Aku akan ganti pakaian juga," imbuhnya. "Baiklah kalau begitu cepat kau ganti di sini. Biar aku melihatnya," kata Darrel begitu saja tanpa rasa dosa. Disha menepuk kecil pipi suaminya. "Jangan konyol ya. Aku tidak akan ganti baju di depanmu!" "Kenapa, Sweetie. Kita kan sudah resmi menjadi suami istri. Aku bukan orang asing lagi untukmu." Pemuda berdarah Inggris itu menumpangkan kedua tangannya di pundak Disha, dan berkata, "Aku bebas melihat apa saja yang istriku milikki. Termasuk…." Disha bergerak cepat membungkam kedua mata Darrel saat pria itu mulai menatap ke arah bagian bawah lehernya. "Aku masih malu, Sayang. Aku belum terbiasa dengan semua ini. Aku … aku butuh waktu," kata Disha seraya menggigit bibir bawahnya. Selama kurang lebih empat tahun berpacaran, Disha tidak pernah membiarkan Darrel menyentuh bagian intimnya. Mereka hanya sebatas kiss biasa saja, tidak lebih. Disha sangat menjaga harga dan martabatnya sebagai seorang perempuan. Bahkan saat sudah mereka menikah pun saat ini masih canggung untuk mengobrol 'mesuum' dengan suaminya. "Yah baiklah aku mengerti, Sayang. Sekarang lepaskan tanganmu. Aku tidak bisa melihat apa-apa," pinta Darrel yang kedua matanya masih tertutup oleh tangan mulus Disha. "Janji kau tidak akan mengintip!" "Iya, Sayang!" "Bilang janji dulu!" "Iya, aku janji Sayangku, Cintaku, My honey sweetie." "Baiklah!" Disha membuang tangannya dari iris cokelat terang sang suami. "Kau bisa ganti baju di sini. Aku akan ganti di ruang ganti yang ada di kamar mandi saja," ujar Disha. "Ingat, jangan mengintip!" imbuhnya tegas lantas gadis itu berjalan seraya menjinjing gaun pengantinnya yang menyentuh lantai. Ia bergerak ke arah kamar mandi yang masih berada di dalam kamar tidur. "Para gadis memang aneh." Darrel membanting tubuh kekarnya itu di kasur bertabur mawar. Bunga-bunga merah yang tercerai itu pun langsung menyembul ke atas. "Ufff… aku sangat capek sekali. Aku bahkan tidak bisa tidur kemarin malam. Aku terus memikirkan pernikahanku." Darrel merentangkan kedua tangannya, kemudian dilipat dan digunakan sebagai bantal kepalanya. Pria itu pun menutup kedua matanya sejenak.[]

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

My Secret Little Wife

read
98.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.3K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook