Arabella bahkan tak membanting pintu sama sekali. Perempuan itu membukanya dengan lembut meski hati kakut dan air matanya yang sudah berhamburan ke lantai. Bukan lagi ke pipi karena saking derasnya. Perempuan itu berjalan menaikki tangga dengan aksi bisu. Salah satu pembantu yang tak sengaja melihatnya menangis saat berjalan menaikki tangga itu, langsung berlari ke arah dapur. Sebetulnya, siapapun tahu kalau akhir-akhir ini Arabella tampak terbebani banyak pikiran. Orang-orang di kantornya juga sudah tahu kan apa yang membebaninya. "Lo gak kaget? Sepertinya udah lebih dari tahu." Arzan hanya bisa terdiam mendengar kata-kata itu. Tak bersuara. Ya memang ia sudah tahu. Tapi ia juga tak mungkin bersuara kan? Ini jelas bukan tanahnya. Arzan menghela nafas. Ia segera kembali ke apartemennya.

