“Tuan… Adam. Anda sudah bangun?” “Ceons? Dimana ini?” “Kita sedang berada dirumah sakit Dokter Dimas.” Adam memegang kepalanya yang masih sakit. Tentu saja sudah ada perban yang melilit disekitar kepalanya. “Bagaimana keadaan anda? Apa yang anda rasakan?” “Apa matamu buta? Pake nanyak lagi.” gerutu Adam melirik Ceons dengan sinis. ‘Pft, dari dulu Tuan Adam memang gampang sakit dan tidak kuat jika terluka, beda dengan Tuan Abraham.’ “Ehem, bagaimana dengan wanita itu?” tiba-tiba Adam teringat dengan Kirana. “Nona Kirana?” “Apa kau serius bertanya seperti itu karena benar-benar tidak tahu?” Adam meliriknya dengan sinis lagi. “Ma… maafkan saya Tuan.” ‘Benar, kenapa aku bertanya sesuatu yang sudah sangat jelas sekali.’ “Nona Kirana juga sudah sadar Tuan. Sekarang Muel sedang menyua