Jawaban Pertanyaan

1294 Words
Kurang dari sebulan lalu Arjuno resmi kembali menyandang status jomblo setelah kisah yang dirajut dengan gadis yang dikejar lama akhirnya berujung di jalan buntu. Padalah Anna adalah seorang gadis yang dengan mati-matian dikejar untuk didapatkan cintanya, setelah tiga kali menolak pernyataan cinta pemuda itu dan keempat kalinya Anna akhirnya memutuskan untuk menerima. Anna Olive sempat membawa imajinasi pemuda itu melayang ke jenjang pernikahan, dia dan gadis itu sempat sama-sama beranjak menuju pelaminan yang ada dalam khayal. Hingga di suatu hari kebersamaan mereka Arjuno menemukan satu hal kecil yang sempat membuatnya takut, dia khawatir itu akan menjadi duri dari pernikahan yang masih jauh sekali di awang-awang. Arjuno memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Anna, gadis yang kadang dia panggil dengan nama Pisang Keju itu mungkin tidak akan begitu saja mengiyakan langkah yang diambil olehnya. Pemuda itu hanya perlu mencari alasan yang tepat untuk mengakhiri rajutan kisah yang premature itu. Kala itu di keheningan malam yang sunyi, Arjuno dan dan Anna berdua di teras rumah gadis itu. Dia menanyakan kembali apa yang akan dikatakannya kepada Anna. Benarkah hubungan seumur jagung ini akan berakhir malam ini? Walaupun memang baru sebentar hubungan dengannya, dia sudah mengejarnya bertahun-tahun, ketiga kali penolakanan kemarin itu telah memakan waktu hampir dua tahun. Apakah chemistry yang hadir di antara gue dan Anna akan pupus begitu saja? “Sepertinya hubungan kita nggak bisa lanjut, Na,” kata Arjuno mengisi malam yang sempat hening. Pemuda itu berusaha mengendalikan intonasinya yang seperti bergetar. Anna menatap Arjuno dengan pandangan tak percaya, sebuah kerutan dahi melengkapi tanda tanya di wajahnya yang tak berkalimat. “Hubungan kita hanya bisa sampai di sini,” ujar pemuda itu sambil memberanikan diri untuk menatap wajah sang gadis yang sedikit disembunyikan gulita. “Kita putus, Na.” “Kita putus?” kata pemuda itu dengan suara yang terdengar parau, “tapi mengapa, Jun?” Arjuno menghela napas dalam, dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri apa yang dikatakannya kepada Anna malam adalah sebuah keputusan yang tepat. Tapi mengapa? Ah, s**t! Dia mengutuk dirinya sendiri karena lupa menyiapkan alasan yang tepat untuk mengakhiri kebersamaan dengan Pisang Keju ini. Hanya ada satu alasan di benaknya, namun dulu pernah digunakan, ‘aku dan kamu tidak cocok’ “Kamu mau mutusin aku?” tanya Anna kembali, menambahkan soal yang belum kujawab sebelumnya. Pemuda itu menelan ludah dan dilengkapinya dengan helaan napas, dia bertanya kembali ke dirinya sendiri, apakah dia benar-benar akan putus dengan gadis itu? Apakah dia tidak akan menyesalinya nanti? “Iya, gue yakin akan putus dengan dia malam ini. Memutuskan lebih baik dari pada diputuskan karena pasti rasanya tidak akan terlalu sakit,” kata pemuda itu dalam hatinya. “Lalu alasan apa yang akan gue gunakan untuk mengakhiri hubungan dengannya? Apakah alasan klasik yang biasa digunakan oleh para Player lain?” “Jun?” ujar gadis berkulit putih itu, Arjuno menatapnya. “Iya, kita putus, Na,” kata pemuda itu walau masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri yang masih gamang. “Tapi mengapa, Jun? Bagaimana dengan mimpi-mimpi kita? Pernikahan kita?” Suara Anna terdengar parau, jelas sekali ada kekecewaan yang mulai merambatinya perlahan. Arjuno menelan ludah mendengar apa yang diucapkan oleh Anna, Pernikahan kita katanya? Semoga saja apa yang gue ucapkan malam ini nggak akan gue sesali suatu hari nanti. “Aku merasa ... aku bukanlah laki-laki yang baik buatmu, Na, Kamu terlalu baik untukku,” kata Arjuno mulai memaparkan alasan yang biasa digunakan para b*****h asmara lainnya. Terlihat Anna melemparkan pandangannya ke gelap malam, menerawang gulita pohon-pohon sawo besar yang menuju rumahnya. Gadis itu terlihat menghela napas dalam lalu menunduk menatap keramik merah maroon di bawahnya. “Kita putus baik-baik malam ini, jangan ada dendam di antara kita ya, Na,” kata Arjuno kepada gadis yang masih memunggungi itu. “Tapi mengapa, Jun?” ujar gadis itu setelah wajahnya kembali dari jubah gelap malam. Arjuno menyempatkan menatap wajah gadis yang ada di hadapannya, sebuah ludah ditelannya ketika melihat mata Anna berkaca-kaca. Pemuda itu meyakinkan dirinya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan tidak akan disesalinya nanti. “Seperti kataku tadi, Na. Aku bukanlah laki-laki yang baik buatmu, kamu terlalu baik untukku. Aku yakin di luar sana akan ada laki-laki yang baik untukmu, yang jauh lebih baik dari aku, yang pantas untuk berada di samping kamu.” Arjuno kembali memaparkan alasannya. Anna diam, dia menatap wajah pemuda yang ada di hadapannya dengan dalam. Entah apa yang dia cari, Arjuno berharap semoga saja gadis itu tidak menemukan kebohongan yang telah dikemas dengan bodoh di wajahnya. “Kita putus baik-baik malam ini, jangan ada dendam di antara kita ya, Na.” Pemuda itu mengulangi kalimat yang diucapkannya tadi, dia berharap untaian kata-kata itu masuk ke dalam sanubari Anna. “Iya,” kata Anna pendek dengan suara kian parau. Arjuno menelan ludah mendengar suara gadis itu, apakah benar gue dan Anna putus baik-baik malam ini? Apakah benar ada hubungan yang bisa diakhiri dengan baik-baik? Apakah benar ada hubungan yang bisa berakhir diakhiri tanpa dendam secuilpun? Melewati dini hari, Pemuda itu meninggalkan rumah Anna dengan kalbu yang masih dipenuhi pertanyaan yang tak dia tahu jawabannya. “Semoga saja bukanlah sebuah jejak kaki yang salah meninggalkannya,” harap pemuda itu. Setelah tidak bersama dengan Anna, pemuda itu belum memutuskan untuk menjajaki kisah baru dengan orang baru seperti yang selalu dia lakukan dulu saat masih jadi karyawan Pabrik Roti. Malam-malam kejombloannya kini dihabiskan dengan nongkrong bersama teman-teman sekampungnya yang juga pengangguran. Bersama mereka aktivitas yang kerap dilakukan oleh pemuda itu adalah main kartu sampai pagi. “Jadi kapan bisa ada kepastian?” Arjuno menoleh ke arah sumber suara, pertanyaan Mimi telah membawa kembali dirinya ke ruang tamu di mana ada orang tua dan Bibinya. Pemuda itu menatap perempuan yang ada di hadapannya, sebuah helaan napas menjadi jawaban awal. Dia melihat adik orang tuanya juga menatap dan menanti jawaban. “Kapan ya?” ujar pemuda itu kepada dirinya sendiri dengan benak yang berkelana kembali. Dalam kejombloan setelah ketiadaan Anna sebenarnya ada beberapa gadis yang sempat mencuri perhatian namun belum ada kesempatan untuk mendekatinya. Mungkinkah ini adalah kesempatan yang baik untuk mencoba membuat sebuah kisah? Arjuno mempunyai kesimpulan bahwa mengajak seorang perempuan untuk menikah bukanlah perkara yang sulit, apalagi untuk mereka yang berusia di atas 23 tahun. Memang sebuah kelaziman di daerah tempat tinggalnya di usia demikian bisa saja diklaim sebagai perawan tua oleh tetangga yang mulutnya setajam netizen. Mengapa dia sampai memiliki kesimpulan seperti itu? Hal itu dia dapatkan berdasarkan pengalaman bersama beberapa gadis yang pernah bersamanya dulu dan bisik-bisik yang terdengar dari sekitar tentang definisi Perawan tua. Pemuda itu merasa harus segera mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh orang tuanya, walau bagaimanapun pastilah Mimi membutuhkan sebuah kepastian kapan anak pertamanya ini akan mendapatkan pendamping hidup. Kapan? Pertanyaan itu harus segera dijawab dengan pasti dan yakin. “Sebulan,” kata Arjuno akhirnya memberikan jawaban dari pertanyaan Mimi. “Sebulan?” ujar Bibi membalas kalimat yang diucapkan olehnya. Adik orang tuanya itu menatap ke arah Mimi, seolah memberikan pertanyaan apakah Arjuno serius dengan jawaban tadi. “Iya, Bi, sebulan alias 30 hari. ” Arjuno berusaha meyakinkan perempuan yang duduk di dekat Miminya itu dengan jawaban yang sebenarnya dia juga belum yakin. “Bisakah gue mencari istri selama sebulan seperti apa yang gue ucapkan ke Mimi dan Bibi tadi? Sebulan itu mungkin sebuah waktu yang lama tetapi juga bisa dibilang relatif pendek. Bisakah gue temukan dalam tiga puluh hari seorang perempuan yang akan menjadi pendamping hidup gue sebagai istri?” Arjuno menghela napas, dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia pasti mampu menemukan seorang yang diminta oleh orang tuanya dalam jangka waktu yang telah disebutkan. “Bismillahirrahmanirrohim, gue yakin akan mampu menemukan apa yang diminta oleh Mimi. Bukankah Allah sesuai prasangka hamba-Nya? Jika gue berpikir akan bisa menemukan pendamping hidup dalam tiga puluh hari maka akan gue temukan, insyaallah,” kata pemuda itu menutup kalimatnya dengan kata aamiin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD