The Perfect Boss! - 3

1237 Words
        Bekerja dengan bos baru ini membuat Sandra tertekan. Bagaimana nggak coba, setiap jam namanya dipanggil si Bos dengan nada sok elegan—ya, emang elegan sih. Bayangkan tiap jam! Jadi, Sandra dengan kreativitasnya yang tiada batas, dia berdiri di samping Nicholas. Menunggu namanya dipanggil. Bos baru tapi berperan seperti raja saja!             “Kamu tuh ngapain sih berdiri di situ kaya patung aja!” semprot Nick.             “Abis, Bos manggil nama saya terus. Yaudah saya berdiri di sini aja biar kerjaan dari bos cepet kelar. Dan saya bisa fokus ke kerjaan saya.” Sandra tersenyum semanis marshmellow sembari menahan rasa kesalnya.             Nick memutar bola mata keheranan. “Saya manggil kamu kan tiap jam nggak tiap detik.”             “Sandra, sana sih balik ke ruangan kamu.” usir Nick dengan ekspresi sebal.             “Kalau saya pergi, Bos harus janji nggak manggil nama saya tiap jam. Saya merasa terganggu, Bos!”             Nick terbahak. “Saya Bos di sini! Saya berhaklah manggil-manggil kamu, nyuruh-nyuruh kamu. Inget, saya Bos kamu.” Tatapannya fokus pada Sandra seakan menakut-nakuti Sandra. Nggak tahu aja tuh si Bos, Sandra kalau malem jadi Suzanna.             Sandra memberengut kesal. Mentang-mentang Bos bisa seenaknya aja! Ini sebenarnya dia dendam atau gimana sih?!             “Saya pergi, Bos!” Sandra keluar ruangan dengan ekspresi marah tertahankan. Dia nggak tahu kedepannya bakal kaya gimana. Sekarang aja Nick sudah seenaknya nyuruh-nyuruh dia tiap jam. Masalahnya, Nick juga tadi minta Sandra untuk membalas chat dari para fans-nya. Gendeng kan?! Membaca chat dari para fans Nick yang genit membuat Sandra geli dan hendak membanting ponsel Nick. Tapi, Sandra urung karena kalau dibanting Sandra harus ganti ponsel Nick dan ponsel Nick harganya puluhan juta. OMG!             “Napa?” tanya Vivi sambil membelai lembut rambutnya ketika Sandra terduduk lemas di kursinya.             “Kesel deh sama Nicholas.” Gerutu Sandra.             “Nggak baca doa? Biasanya kamu kalau lagi kesel atau lagi apa aja baca doa, Sand.” Vivi membuka body butter wangi bunga melati dan mengoleskannya di tangan dengan gaya dramatis.             “Lagi nggak mood baca doa. Vi, tahu doa yang bisa bikin orang kena serangan jantung mendadak nggak sih?” tanya Sandra dengan mata berbinar cerah.             Kedua mata Vivi membulat untuk beberapa detik. “Nggak ada doa kaya gitu, Sand!” semprot Vivi. “Kamu kenapa sih? Harusnya seneng dong kalau Bos terus-terusan nyuruh kamu. Kamu punya banyak waktu sama dia. Dia kan cakep.” Vivi menatap kosong atap ruangan dengan perasaan mendamba.             “Vi, bisa nggak sih, nggak ngebayangin ketampanan Nicholas. Aku lagi kesel sama dia. Berharap banget deh bisa ngejatuhin dia. Apa dia masih dendam gara-gara kejadian di lift itu ya.”             “Masihlah!” jawab Vivi cuek.                                          Telepon di meja Sandra kembali berdering.             Sandra menatapnya dengan enggan. “Pasti Nicholas lagi.”             Vivi hanya memandang Sandra tanpa ada niatan apa pun selain ingin tahu dan penasaran. Kenapa Bos barunya hobi banget nyuruh-nyuruh Sandra?             “Sandra di sini.” jawab Sandra formal.             “San—“ itu suara Samantha pasti si Nick nyuruh Sandra ke ruangannya lagi nih!             “Iya tahu!” potong Sandra cepat tanpa mau menndengar kelanjutan omongan Samantha. “Meluncur ke ruangan Bos.” katanya lalu mematikan sambungan telepon.             Dengan langkah mantap dan emosi membara yang ditahan-tahan, Sandra meluncur bebas ke ruangan Bosnya. Namun, pintu ruangan Nick terbuka sedikit. Sandra mengintip dari balik pintu yang terbuka sedikit itu.             Nick dan seorang wanita berambut cokelat tua. Mereka sedang... ciuman!             Asataga...              Itu Anita! Mantan kekasih Nick.             Kedua mata Sandra membulat sempurna. Bibirnya terbuka membentuk huruf O. Cepat-cepat Sandra mengambil ponsel di saku celananya dan memotret adegan ciuman Nick dan Anita.             Nick dan Anita nggak sadar kalau Sandra memotret mereka. Sandra terkikik menang.             Tunggu! Jadi, Bos memanggilnya untuk melihat dia berciuman dengan Anita begitu? Ih, nggak ada kerjaan banget sih!             Tapi... Sandra bahagia banget hari ini karena dia punya sesuatu yang bisa dijadikan andalannya saat Nick menyuruh-nyuruhnya lagi. “Skandal nih.” Gumamnya sembari terkikik dan berjalan menjauh dari ruangan Nick. ***             Sandra membuka gorden dengan gaya dramatis yang sok anggun. Melihat matahari lewat jendela apartemen murah meriahnya yang begitu bersih karena Sandra sangat-sangat rajin membersihkan apartemen murahnya. Dia melihat matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Sandra tersenyum senang dan bahagia. Rasanya seperti mendapat suntikan dana jutaan rupiah kalau mengingat potret ciuman bosnya yang serba sempurna di mata para karyawan kecuali Sandra. Pokoknya hari ini Sandra lebih b*******h buat kerja. Tidak perlu nurut-nurut amat sama Nicholas karena dia punya kunci untuk membuka gerbang kehancuran Nick karena keteledorannya berciuman dengan mantan kekasihnya yang sangat-sangat tertutup itu.             “Bikin kopi ah!” seru Sandra sembari menuju dapur.             Ponselnya yang berada di atas nakas berdering. Dahi Sandra mengernyit membentuk huruf ‘V’.             “Nick?!” serunya gusar.                                                          “Ini bos emang bener sinting deh kayaknya. Masa sepagi ini dia nelpon aku? Sebenarnya dia itu dendam apa jatuh cinta sama aku sih?” Sandra mulai berhalusinasi dengan percaya diri.             “Alo, Bos.” Sapanya lemah lembut dengan ekspresi diam-diam menghanyutkan. Yes! Sebelum Sandra menyodorkan potret Nick berciuman dengan Anita di depan wajah Vivi.             “Sand, lagi di mana?” tanyanya dengan nada terburu-buru.             “Apartemen. Kenapa, Bos?”             “Aku boleh ke situ?”             Huaaaa! Sandra menjauhkan ponselnya dari telinganya. “Mau ngapain tuh Bos ke sini. Jangan bilang dia bener-bener mulai jatuh cinta sama aku.” Sandra geli sendiri. Akhirnya dia memilih membaca doa pengusir setan sebelum menjawab pertanyaan Bos.             “Sandra...”             “Halo, Sand?”             “Ya, Bos! Ada apa mau ke sini?” tanya Sandra dengan nada datar seolah-olah keinginan Nick ke apartemennya sepagi ini biasa saja. Padahal dalam hati Sandra ribut. Atau jangan-jangan Nick tahu kalau Sandra punya poto ciumannya dengan Anita. Mungkin Nick mau negosiasi sama Sandra. Semacam perdamaian begitu.             “Ya, nggak ada apa-apa sih. Cuma mau berangkat bareng aja.” jawabnya enteng.             Mata Sandra menyipit. Pasti ada udang dibalik batu.             “Nggak bisa, Bos. Saya—ehmm,” Sandra mikir buat bohong. “Saya—“             “Ini penting soal misi kita ke Kalimatan, lho.” kata Nick dengan nada santai.             “Boleh, asal bawa sarapan ke sini ya.” titah Sandra santai seperti ngomong sama temen sendiri. Nggak sadar dia ngomong sama bos tercinta. Mentang-mentang punya poto ciuman Nick dan Anita.             “Hei, saya bos kamu, lho, kok kamu nyuruh saya sih?” gerutu Nick di seberang sana. Sandra membayangkan wajah Nick yang kesal karena dia menyuruh Nick bawa sarapan. Sandra tersenyum jahat.             “Terus yang suruh Bos ke apartemen saya siapa?” Sandra balik tanya dengan enteng.             Tenang, San, kamu punya bukti ketidakbermoralan Nick. Xoxoxo.             “Nggak ada yang nyuruh. Itu kan inisiatif saya sendiri. Saya, Bos, lho.”             Saya, Bos, lho—adalah kalimat andalan Nick.             “Yaudah kalau gitu Bos harus menuruti perintah saya dong sebagai pemilik apartemen.”             “Saya Bos kamu, Sand!” pekiknya dengan nada falsetto.             “Itu kalau di kantor, Bos. Kalau Bos ke apartemen saya itu beda lagi.” Sandra menahan tawa dengan menggigit bibir bagian bawah.             “Kamu kurang ajar sekali ya.” kata Nick dengan nada mencemooh.             “Yang kurang ajar kan, Bos.” Sandra berkata santai. Dia merasa berada di atas angin. “Yang nelpon saya sepagi ini dan mau main ke apartemen saya siapa coba?  Menggangu waktu saya tahu!” lanjutnya.             Ya ampun, masih pagi, Sand, jangan bikin bos baru yang tampan itu mendadak darah tinggi.             “Awas kamu ya!” ancam Nick.             “Oke!” tantang Sandra.             “Saya akan datang ke apartemen kamu bawa samurai.” ancam Nick.             Sandra cekikikan. Bukannya ngeri malah tambah lucu deh si Bos ini. Sandra jadi makin gemes pengen nyakar tuh muka pakai poto skandalnya di ponsel Sandra.             “Jangan yang panjang-panjang, Bos. Yang pendek aja kaya pisau dapur atau charter gitu.” tawar Sandra.             Nick makin darah tinggi.             “Karyawan macam apa kamu, Sand?”             “Lha, situ—Bos macam apa Anda yang pagi-pagi mau ngapelin karyawannya?” Sandra tertawa lagi. Ternyata jadi orang jahat itu enak ya. Bodo amatlah kalau dia dipecat, toh, Sandra punya sesuatu yang diyakini bakal bikin Nick bertekuk lutut.             “Kalau jadi ke sini jangan lupa bawa bubur ayam ya.” pinta Sandra nggak tahu diri. ***  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD