4. Flash Back

1591 Words
Wanita itu bukannya takut, malah melihat ke arah Jane dengan tersenyum sinis, "Jane, Istrinya Arga?" Suara ini membuat Jane terlihat sangat murka. "Ngapain lo sama laki gue?!" teriaknya pada wanita yang sangat dia ingat. "Hon, yakin itu istri kamu yang kamu cintai?" Ucapnya sambil berkata manja pada Arga. Arga merapikan dirinya, memakai celana dan kemejanya, lalu melihat Jane dengan sekilas. Jane mendatangi mereka dan menarik tubuh Indira dari hadapan Arga. Membuat Arga terkejut dengan perlakuan "kasar dan berani"-nya Jane. "STOP JANE! Kau bisa melukainya!" Arga segera membantu Indira untuk berdiri dan membenahi pakaian Indira yang sangat tidak enak untuk dilihat. "Ga, lo bisa sewa hotel atau pergi ke tempat dia buat ngelakuin hal kotor macam ini! Jangan disini!" Jane masih teriak tak terkontrol. "Keluar lo Jane! Ini rumah gue!" Ucapan Arga membuat Jane makin memuncak. 'Wanita ini tidak boleh menang atas apa yang dilakukannya. Ini sudah menginjak harga diriku sebagai seorang istri Argadiatma' batin Jane. "Gue istri lo Ga!" "ITU KONTRAKNYA!" Nafas Arga memburu dan tangannya terkepal ingin menghajar Jane, jika saja dia tidak ingat bahwa Jane adalah seorang wanita sudah daritadi terjadi baku hantam antara mereka. "Kenapa lo mau apa? Mau tabok gue Ga?!" Tantang Jane. "KELUAR LO JALANG!" teriak Jane didapan Indira dan Arga. Karena tidak ingin wanitanya tersakiti dengan verbal kasar yang dilontarkan oleh Jane, Arga tanpa sadar melayangkan tamparan pertamanya pada Jane. PLAKKK! Tubuh Jane terhuyung jatuh dan sial lagi ujung bibirnya mengenai ujung meja. 'Sakit?' Jangan ditanya, ini sangat menyakitkan. Jane memegang pipi dan sedikit rasa asin yang keluar dari bibirnya. Wanita yang bernama Indira tersenyum puas melihatnya. Jane apa dia bisa menerima kekalahan ini? Tidak, tentu saja tidak. "Baik, kalo lo bicara tentang kontrak. Sekarang lo sebarin saja seluruhnya kalo kita emang berhubungan karena kontrak. Silakan saja, bahkan itu akan menghancurkan karir lo sendiri Ga!" Ucap Jane sambil berdiri, lalu berjalan masuk kekamarnya. ‘Kontrak?’kata-kata ini jelas ditangkap oleh Indira, artinya mereka tidak benar-benar menikah, bukankah ini ada kesempatan untuknya kembali pada Arga? Indira tersenyum penuh arti. "Honey, aku beneran gak suka sama istri kontrak kamu itu." Rengek Indira dengan manja dihadapan Arga. Jane yang melihat pemandangan menjijikan itu segera mempercepat langkahnya dan menutup pintu dengan keras dari dalam. Sesak, nafasnya makin sesak apalagi Arga sudah berani melayangkan pukulan padanya hanya karena seorang mantan. Berkali-kali dia memukul dadanya berharap rasa sesak didalam sana bisa sedikit berkurang. Air mata itu terus mengalir, entah kenapa dia merasa benar-benar sudah menjadi Nyonya Argadiatma, padahal berkali-kali juga dia menyadarkan diri kalau ini hanya sebuah permainan. *** Arga kembali merapikan pakaiannya dan Indira masih bergelayut manja dengannya. Arga tidak memikirkan perasaan Jane sedikitpun. Dia kemudian membawa Indira pergi dari rumah itu. Jane yang mendengar keadaan diluar sudah sepi membuatnya kembali membuka pintu kamar dan memastikan kedua orang itu sudah pergi dari sana. Jane duduk sambil menangis dikursi besar di depan televisi, disini dia menyaksikan suaminya b******u dengan wanita yang bahkan saat ini dia tidak bisa mengalahkannya. Sakit? Pastinya. Sesak? Sudah tak perlu ditanya. Semuanya menjadi campur aduk saat ini. Jane menyadari sesuatu, bahwa hidupnya saat ini lebih menyakitkan daripada cerita roman picisan yang dia buat dan drama genre romance yang ditontonnya. Kadang kenyataan jauh lebih pahit. Jane mengelus wajah yang ditampar oleh suami yang menikahinya dua puluh empat jam yang lalu. Dia tersenyum sendiri, 'ini sangat menyakitkan Arga!' ucapnya pelan sambil bulir bening mengalir dipipinya. Jane kembali mengingat momen kebersamaan yang sangat singkat dengan Arga. *Flash Back* "Terlalu bodoh untuk menangisi laki-laki yang pergi meninggalkanmu Nona." Laki-laki muda itu duduk menghadapi Jane yang masih penuh dengan air mata. Jika saja Arga tau kalau pada saat itu Jane tidak bisa melihat jelas karena terhalangi oleh air mata yang tak kunjung berhenti walau dia sekuat tenaga untuk menghentikannya. "Panggil saja aku Arga, Nona. Argadiatma Erlangga." Kemudian dia memberikan saputangannya kepada Jane, lalu Jane dengan santainya menerima dan mengelap air matanya yang jatuh bersama dengan eye liner yang juga ikut tersapu bersih disana. "Sebelah sini masih ada bekasnya." Tunjuk Arga pada Jane. Jane membersihkan semua yang dikatakan Arga lalu dia tersenyum melihat kesempurnaan visual yang dimiliki Arga, semuanya persis seperti tokoh yang dibuatnya dalam novel. Dari seratus maka Jane akan memberikan nilai dua ratus! He is so perfect! Dia tidak percaya bahwa saat ini benar-benar seorang Argadiatma ada dihadapannya. Berkali-kali dia meyakinkan dirinya bahwa dia sedang tidak bermimpi sedang dihampiri Arga! "Jane, panggil aku Jane." Ucapnya kemudian, tanpa membuang kesempatan. "Baik Jane, mau kah kau menikah denganku?" Ucapan yang tiba-tiba ini membuat Jane terdiam, seakan tidak percaya apa yang baru saja ditangkap oleh gendang telinganya. "Apa?!" Jane memicingkan matanya sebelah, mengerenyitkan dahi dan mulutnya ternganga. Otaknya dipaksa untuk berpikir cepat. Benar dia sedang tidak bermimpi saat ini. Dia mengajak menikah? Bagai menang lotre Jane tidak memikir banyak untuk menjawabnya. Semoga saja ini benar. Tangisnya terhenti saat itu juga. Dia tak tahu kalau keajaiban datang dengan tiba-tiba padanya. Keadaan ini membuat Arga tersenyum simpul melihat kelakuan Jane. "Jane mari kita menandatangani kontrak pernikahan. Maukah kau menikah denganku diatas sebuah kontrak?" Dia mengulang pertanyaanya lagi. Keadaan ini sama persis dengan cerita dalam karangan novelnya. Bagaimana mungkin laki-laki ini adalah seorang penipu, Jane tidak pernah berpikir sejauh itu, ini adalah hari yang baik, benar-benar baik, dan dia adalah Argadiatma! "Mari kita lakukan, Arga!" Jane mengulurkan tangan menyetujui ajakan Arga untuk menikah. Keesokan harinya, dia mendatangi kantor Arga, bertemu dengan sekretarisnya, Esi. Jane dipersilahkan masuk keruang Arga tapi saat ini Arga sedang ada rapat, jadi Jane menunggu sendiri diruangan Arga. Esi memperhatikan Jane dengan seksama dari atas sampai bawah dan kembali lagi keatas. Untuk kesekian banyak wanita yang mampir kesini baru kali ini Esi melihat wanita yang sangat biasa saja datang untuk menemui bosnya. “Apa kamu yang bernama Jane?” Tanya Esi. Jane mengangguk, dia tahu saat ini pasti wanita cantik didepannya ini sedang menilai penampilannya yang sangat biasa saja ini, tapi saat ini dia malas untuk beramah-tamah dengannya, karena di dalam pikirannya dia masih berusaha meyakinkan kalau ini bukan mimpi. "Tunggu saja di dalam, Pak Arga akan selesai sekitar lima belas menit lagi." Ucap Esi seakan tau apa yang ingin ditanyakan Jane saat dia keluar lagi dari ruang bosnya. "Baik." Ucapnya ramah dan penuh senyum lalu kembali masuk keruangan itu. Tidak sampai lima belas menit, Arga sudah membuka ruangan. "Sorry Jane, lama nunggunya?" Tanya Arga, tapi entah kenapa ucapan Arga membuat Jane terpesona. "Tergantung juga, bisa lama bisa juga enggak." Jawab Jane singkat. Hal ini membuat Arga mengerenyitkan dahinya. "Maksudnya, nunggu sekitar lima belas menit itu bisa jadi lama banget kalo ada kerjaan yang lagi diuber dan juga bisa jadi bentar kalo kita sambil ngerjain sesuatu." Jelas Jane, seakan mengerti maksud dari mimik wajah Arga. Kemudian dia tertawa. Sangat tampan! Ah benar-benar membuat Jane ingin memilikinya! "Kita lanjut saja. Ini kontraknya, silakan baca dengan seksama. Katakan kalau ada yang ingin dinegosiasikan lagi. Ini hanya satu tahun. Selama satu tahun ini, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah buat senatural mungkin sampai akhirnya terjadi perceraian." Ucapnya dengan tegas dan sangat lugas. 'Tak heran diumur yang tergolong muda dia sudah menjadi orang ya benar-benar sukses.' Batin Jane. "Okay, pernikahannya tiga minggu lagi ... Apa?! Tiga minggu lagi?" Jane terkejut membaca isinya. "Persiapan semuanya apa bisa selesai dalam tiga minggu?" Tanya Jane lagi. "Kau akan menikah bukan dengan orang sembarangan. Apa yang kau pinta akan selalu ada dengan sendirinya dan dalam waktu yang singkat. Pikirkanlah lagi, karena setelah kau tandatangani itu tidak ada kata mundur. Setelah satu tahun kau akan menjadi Janda Argadiatma." Jelas Arga lagi. Saat itu pikiran Jane sudah terbang kemana-mana, mungkin ini kesempatan langka, kesempatan yang tidak akan pernah muncul dua kali, mana mungkin Jane menyia-nyiakan hal ini. Apapun yang terjadi nanti bukankah konsekuensinya akan tahu jika sudah dilewati? Jika tidak dicoba maka tidak akan pernah tau akhirnya. Bukankah selama ini kertas kontrak hanya akan menjadi kertas kontrak tanpa ada efek apapun di dalamnya, karena endingnya adalah kedua tokoh akan bersatu. Itu yang ada dipikiran Jane saat ini, dia ingin sekali merasakan kenyataan menjadi tokoh yang sering dia tulis. "Dimana aku harus tanda tangan?" Tanya Jane padanya tanpa terdengar ragu. Arga mengerenyitkan keningnya, tidak banyak permintaan disana, bahkan uang bulanan dan pinalti jika merusak kontrakpun tidak dipermasalahkan oleh Jane. "Paraf ditiap lembar dibawah dan tanda tangan dilembar terakhir." Ucapnya, lalu Arga memanggil seseorang masuk keruangannya. "Pak Windra kenalkan ini yang bernama Arjaneza Kharismaya." Orang yang diperkenalkan pada Jane memberikan salamnya pada Jane. "Jane, panggil saja seperti itu." Ucap Jane ramah. "Dia adalah pengacaraku. Jika semua sudah ditanda tangan dia akan mengambil berkasnya." Ucap Arga. "Nanti akan saya buatkan salinannya." Kemudian seseorang paruh baya bernama Windra itu meninggalkan ruangan Arga. "Aku pulang Ga." Ucap Jane kemudian langsung berdiri. "Okay." Jawabnya singkat. Jane meninggalkan ruangan Arga. Beberapa langkah saja dia meninggalkannya, Arga keluar dari ruangannya menyusul Jane tersenyum dengan manis sekali, "Hati-hati di jalan calon istriku." Deg! Sumpah ucapan singkat itu membuat Jane terbang semakin tinggi, apalagi ucapan itu dilontarkan di depan beberapa pegawai Arga. Mereka terkejut melihat bosnya yang terkenal kasar dengan perempuan kini terlihat seperti 'bucin' "Ah ... iya ... bye ..." jawab Jane sekenanya, tidak mungkin dia mempermalukan Arga didepan karyawannya. Poin penting dari perjanjian ini adalah dibuat agar senatural mungkin sehingga tidak ada yang mencurigainya. *Flash Back Off* Jika diingatnya saat itu, Jane merasa bahwa Arga adalah laki-laki yang sangat baik. Dia selalu memikirkan hal-hal yang manis bersama Arga dan dia juga berharap pernikahan ini akan menjadi pernikahan yang nyata, tapi sayang itu sepertinya sangat sulit untuk saat ini. Apa ini hanya bumbu yang akan menyatukan mereka nantinya? Entahlah, kita tidak akan pernah tahu ini akan berakhir dimana jika belum pernah dilewati ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD