3. Hal Buruk Terjadi

2111 Words
Mungkin Jane akan sangat berterimakasih sekali dengan Mario yang memutuskannya, karena jika tidak ada kejadian itu, maka saat ini Jane mana mungkin menjadi Nyonya Argadiatma! Jika mengingat hal ini, Jane akan selalu senyum sendiri. Tidak peduli begitu menyakitkannya perkataan yang dilontarkan oleh Arga, dia akan tetap tersenyum karena keyakinan berakhir indah sudah dalam genggamannya. "Say, lo beneran udah kawin kan?" Shera bertanya meyakinkan. Jane hanya tersenyum menjawabnya. "Maksud gue, lo yakin dengan kenyataanya? Ini Arga loh! Laki-laki yang sering muncul di majalah bisnis. Apa lo ngerasa ini terlalu sempurna?" Shera bertanya pada sahabatnya ini dengan nada yang memerlukan kepastian. Jane masih saja tersenyum meyakinkan temannya bahwa ini bukan mimpi. "Jane, gue seneng banget begitu tau kabar lo nikah, walau gue gak sempet dateng ke acara lo kemarin malem. Sorry ya." Shera terdengar sangat menyesal karena dia tidak bisa hadir dimomen bahagia Jane. "Iya tau, lo kan emang sibuk banget bu Manager! Gue maklumin tapi sayangnya ini nyata banget Sher! Kalo dipikir-pikir harusnya gue makasih banget sama Mario! Kalo gak karena dia gue gak bakal ketemu sama suami gue sekarang." Suara bahagia terdengar dari mulut Jane, tapi Shera mendengar cerita dari Clara semalam tentang Arga, membuatnya berharap semoga sahabatnya tidak tersakiti. "Ibu Arjaneza." Suara itu memutuskan percakapan mereka yang sedang asiknya, mereka berada di tempat servis laptop untuk memperbaiki laptop Jane yang dibanting oleh Arga. Tentunya kejadian ini ditutupi oleh Jane pada sahabatnya. "Bu, ini agak sulit diperbaiki karena memang sudah tidak bisa lagi dinyalakan. Ada beberapa komponen yang harus menunggu. Mungkin perbaikan paling cepat memakan waktu satu minggu." Jelasnya. "Apa tidak bisa lebih cepat? Karena data saya ada disini semua." Suara Jane melemah. Ada rasa kesal mengingat benda kesayangannya ini tidak bisa difungsikan lagi. "Ada alternatif lain jika ibu menginginkan datanya, nanti kita bantu untuk mengambil data yang ada di hard disknya." Ucap pegawai itu ramah. Jane memanyunkan mulutnya, tak disangka ini benar-benar membuatnya sedikit kesal. Menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan berat Jane akhirnya menyetujui untuk mengambil datanya terlebih dahulu dan memindahkan ke eksernal hard disk yang dibelinya ditempat ini. "Nampaknya laptopnya harus diperbaiki lama, lo tau kan gue sayang banget sama tuh laptop. Laptop mahal hadiah dari nulis artikel tahun kemarin." Jane dengan wajah bete menghampiri Shera yang masih dengan santai duduk di kursi tunggu sambil mendengarkan alunan musik dari handphonenya. "Kenapa Jane? Gue gak denger lo bilang apa." Shera sambil cengengesan. "Gak! Gak ada kenapa-napa." "Terus gimana laptopnya? Masih lama benerinnya?" "Iya! Butuh waktu banyak. Gue minta pindahin data gue aja dulu. Entar sisanya nunggu waktu benerinnya." "Kok lo bingung gitu sih? Kenapa gak beli baru aja? Bukannya lo banyak duit Nyonya Arga?" Ucap Shera menggoda temannya. Wajah Jane berubah saat temannya mengatakan hal itu. "Loh, kenapa? Jangan bilang lo gak dapet apa-apa dari Arga." Selidik Shera. "Gue masih bisa bayar sendiri, ngapain juga minta duit sama Arga." Celoteh Jane, berusaha menyembunyikan sesuatu, dan sesuatu itu berhasil ditangkap oleh Shera. "Oke deh. Yuk temenin gue jalan aja ke spa." Ajak Shera. "Oke, gue bayar dulu bentar." Jane meninggalkan Shera sendiri dan berjalan menuju kasir. Shera memandang janggal dengan sahabatnya ini, tapi tidak mungkin dia mengatakannya di saat sahabatnya masih seneng-senengnya sama pernikahannya. "Berapa?" Tanya Jane "Untuk eksternal hard disknya delapan ratus tiga puluh ribu dan biaya servis di depe dulu aja Bu." "Okelah, depenya dua ratus ribu aja dulu. Totalnya satu juta tiga puluh ribu kan?" Ucap Jane sambil merogoh tasnya. Lalu detik berikutnya dia terlihat mengacak-acak sling bagnya, tetap dia tidak menemukan dompet beharganya. Padahal dia ingat sekali dia membawa dompet itu dan mengeluarkan uang untuk bayar taksi saat ke kantor Arga. Apa dompetnya terjatuh disana? "Kenapa?" Shera mendekati Jane yang terlihat panik. "Dompet gue ... dompet gue Sher... kok gak ada, tadi beneran ada loh." "Ya udah pake duit gue dulu aja. Berapa Mas?" Shera mengeluarkan kartu dalam dompetnya dan membayar tagihan Jane. "Gue transfer sekarang". Jane langsung membuka handphonenya dan menransfer melalui mobile banking ke rekening Shera. "Ya elah, santai aja. Udah ah kita ke spa aja yok!" Shera menarik tangan Jane dan mereka keluar. *** Arga berjalan menuju apartemen Indira, tapi sayangnya Indira tidak ada disana. "Ah, Indira kamu dimana sih?" Arga terlihat sangat berantakan sekarang, langkahnya terlihat cepat dan masih mendial nomor Indira, yang sudah tidak aktif dari pertama dia menghubunginya. Dia sepertinya lebih banyak menyesal ketimbang tidak untuk memutuskan menikahi Jane. Memang betul dia yang memiliki ide untuk menikah, tapi setelah kedatangan Indira semuanya membuatnya sangat menyesal. "Arga!" Suara Fredo yang sangat dikenalnya terdengar di telinga Arga. 'Kenapa juga aku harus bertemu dengan orang ini.' Batin Arga. "Jam kantor kamu berkeliaran disekitar sini? Apa abis ketemu client?" Fredo menghampiri Arga yang baru akan melangkah keluar dari tempat ini. "Gue cari Indira." Ucapan yang lancar membuat Fredo ternganga. "Apa gue gak salah denger?" "Nggak! Gue cari Indira." Ulang Arga lagi. "Gak salah bro? Lo baru nikah kamarin dan sekarang lo bilang mau cari Indira? Apa lo mau cere?" "Pastilah!" Jawaban Arga membuat Fredo terkejut bukan main. "Lo gak lagi sakit kan?!" Fredo langsung menarik tangan Arga dan masuk kesalah satu cafe di mall ini. "Tanya apa yang mau lo tanya. Gue jawab sebisa gue." Ucap Arga santai seolah apa yang dikatakanya tidak berdampak besar. Fredo menarik nafas saat mereka sudah duduk berhadapan di cafe ini. "Apa lo masih cinta mati sama Indira?" Arga mengangguk mantap menjawab pertanyaan dari sahabatnya ini. "Terus istri lo?" "Just wife! Istri diatas kertas." Jawab Arga dengan cueknya, membuat Fredo melongo. "Bentar deh, maksudnya lo gak cinta gitu sama dia? Kan lo bukan korban perjodohan, masa lo sembarangan milih bini? Apa lo kawin kontrak?" Fredo tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Arga. Mana mungkin sahabatnya ini main-main dengan yang namanya pernikahan. "Ya! Gue cintanya sama Indira, dan sekarang gue nyesel udah kawin! Kawin kontrak p****t lo!" Fredo makin ternganga dengan penjelasan Arga barusan. "Apa dia tau lo sibuk nyari Indira?" Tanya Fredo menyelidik. "Dia sangat tau kondisinya. Udahla lagian ngapain sih bahas bini gue?!" Arga kemudian mengeluarkan rokok dari sakunya dan menghisapnya. Pikirannya kalut saat ini, dia sangat menyesal dan benar-benar menyesal. "Arga, tapi bini Lo kemaren mukanya terlihat seneng banget. Lo yakin dia gak bakalan sakit hati kalo tau lo nyari-nyari mantan?" Fredo berusaha untuk membuat Arga jangan mencari mantan yang sudah membuatnya dulu hidup seperti dineraka. "Salahnya sendiri kalo dia sakit hati, udah dibilang dengan jelas bahwa kita nikah gak pake hati. Terus lo mau nyalahin gue gitu?" "Dasar b******k lo Ga! Jadi maksud lo, lo beneran kawin kontrak gitu?" Fredo ternganga mendapat penjelasan Arga barusan. “Mana Mungkinlah kawin kontrak! Ya nggak lah.” Jawab Arga sekenanya. *Flash Back* Fredo mendatangi kediaman Arga yang sangat berantakan. Sahabatnya ini baru diputusi oleh kekasihnya, Indira Mareta, rebutan para laki-laki dikampus, wanita yang sangat cantik dan populer. Sejujurnya saat mereka bersama mereka berdua sangat sepadan, Arga memiliki visual yang sangat menarik perhatian para wanita, dan Indira sama saja, dari wajah sampai ke body. Mereka berdua memang sangat cocok, tapi Fredo tidak pernah tau kenapa mereka berpisah, sampai akhirnya dia melihat Arga yang sangat terpuruk karena putus cinta. Dalam keterpurukan itu Fredo selalu menemaninya, memberikan dorongan dan kekuatan sampai akhirnya seorang Argadiatma Erlangga bangkit kembali dan menggila dengan dunia kerjanya. Hal lain yang bertambah adalah Arga menjadi sangat dekat dengan kehidupan malam dan wanita-wanita yang selalu berada disekelilingnya. *Flash Back Off* "Terserah lo! Tapi gue gak mau liat lo terpuruk untuk kedua kalinya." Fredo menepuk bahu sahabatnya dan kemudian berdiri meninggalkan Arga disana. *** Bee Spa, Tanpa diduga, Jane melihat wanita yang berada diacara pernikahannya. Dia Indira, wanita yang membuat suaminya mematung. Jane sangat paham, dia dan sang suami memiliki cerita yang sulit untuk dijelaskan. Jane tahu persis dia adalah mantan pacar terindah suaminya. Teringat saat kembali ke rumah Arga, Jane bertanya tentang Indira pada Arga. *Flash Back* "Ga, Apa dia mantan yang sulit dilupakan?" Tanya Jane dengan sangat hati-hati agar jangan sampai Arga hilang mood baik. "Hmm..." jawab Arga singkat. "Sorry, tadi aku cuma mau menyelamatkan keadaan." Jane berkata kembali dengan hati-hati. "Jangan pernah mengganggunya dan jangan bertindak lebih. Jangan lakukan hal yang membuatnya malu seperti tadi. Ingat kontrak kita." suara Arga sangat dingin dan datar, membuat Jane memanyunkan mulutnya dan terdengar melafalkan sesuatu yang tak tertangkap oleh telinga Arga. "Tapi tadi acara pernikahan kita, jika aku tidak cepat bisa saja dia melakukan hal yang jauh denganmu, dan itu bisa membuat sandiwara kita terbongkar." Jawab Jane sekenanya, tapi ada sedikit rasa sakit disana, yah ... hanya sedikit seperti tercubit. Jane kesal Arga malah membela wanita itu, bukannya dia berterima kasih. Arga tak menanggapinya, membuat Jane menjadi merasa bersalah. Padahal yang seharusnya merasa bersalah adalah Arga, kenapa juga jadi Jane ketakutan kalau nanti Arga akan marah padanya. "Ga, sorry kalo aku salah. Lagian aku cuma ingin membuatnya terlihat tampak lebih natural. Agar ini terlihat nyata." Suara Jane melemah. "Senatural mungkin?" Sinis arga, "Jangan-jangan kau memang ingin sekali menikah beneran denganku. Jika pikiran itu terlintas di otak tak bergunamu itu, segera hilangkan! Ini hanya sebuah permainan, gak lebih." Ucap Arga yang terdengar kasar di telinga Jane itu membuat goresan dihatinya. Jane hanya diam dan melihat sekitar saat Arga melajukan kendaraannya kembali ke kediaman yang akan mereka tempati selama menjadi pasangan suami istri. *flash back off* *** Spa memanjakan diri sudah selesai. Jane sangat berterima kasih pada Shera yang sudah membuat moodnya menjadi bagus kembali. "Sher, kayaknya gue baru inget deh. Apa mungkin dompet gue jatuh di cafe tadi." "Kita coba cari lagi aja. Yuk!" Shera mengajak Jane keluar dari tempat ini. Sampai di parkiran, Jane yang mengenali mobil suaminya ini sempat terhenti sejenak. "Ada apa Jane? Cepetan masuk." Ucap Shera pada Jane yang terdiam seakan memikirkan sesuatu. "Sher, gue mau pipis bentar! Lo tunggu ya. Bentar aja!" Tanpa protes dari Shera, Jane langsung berlari masuk kedalam gedung itu, berharap dia bisa menemukan suaminya. Tentu saja! Saat ini suaminya sedang mencium penuh nafsu wanita bernama Indira itu diujung lorong. Sakit? Pastinya, siapa yang tidak sakit hati melihat hal tersebut didepan mata. 'Jane, sabar. Sebentar lagi ... waktunya indah pada saat nanti. Aku yakin ini hanya sementara.' Ucapnya berulang. Jane masih melihat adegan itu, sampai akhirnya mereka menghentikan aktifitas itu dan Arga menarik tangannya. Sebelum ketahuan suaminya, Jane dengan cepat berlari menuju parkiran. "Ah lega!" Ucapnya saat sampai dimobil Shera. "Apaan sih lo?" Shera mengerenyitkan dahinya melihat tingkah Jane. "Gak kenapa-kenapa. Udah ah jalan cepet." Jane kemudian melihat dari kaca spion bahwa suaminya kini sedang berjalan ke mobil dan wanita itu bergelayut dengan manja. 'Astaga! Kenapa ini terasa sesak'. Batin Jane sambil berusaha memberi ruang ke paru-nya untuk menghirup nafas lebih banyak. "Jane, lo gak sakit?" Tanya Shera yang melihat Jane dari tadi memegang dadanya dan mendengar nafas Jane yang tak beraturan. "Udah gue gak apa-apa. Entar lo turunin gue di cafe aja. Gue pulang sendiri aja." Jane berusaha terlihat setenang mungkin. "Okey, tapi lo yakin gak perlu kedokter?" Shera terlihat khawatir pada temannya ini. “Enggak, gue gak kenapa-napa. Makasih ya!” Ucapnya lalu keluar dari mobil Shera. Setelah itu, Jane segera melangkah menuju Cafe, berharap masih ada orang berbaik hati yang mau mengembalikan barangnya setelah bertanya didalam hasilnya nihil, dia bahkan tdak menemukan dompetnya. Dia kembali berpikir, dari penjelasan penjaga caffenya dia tak memiliki teman seperti yang disebutkan orang itu. Dia kemudian memesan taksi online dari handphonenya, dan berpikir untuk ke kantor polisi besok saja, karena hari ini dia sudah sangat lelah, terutama setelah dia menyaksikan suaminya mencium penuh nafsu wanita yang tak lain mantannya itu. Dia berusaha untuk menyadarkan dirinya bahwa mereka terikat karena kertas kontrak, tapi sayangnya, rasa itu tetap tak bisa dia hilangkan. ‘Apa rasa ditikam dari belakang itu seperti ini?’ ‘Kenapa dia tak mengajak mantannya saja untuk menikah?’ ‘Apa aku harus mendapatkan perlakuan yang seperti ini karena aku hanya sebatas istri kontrak?’ Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepala Jane. Dia meminta taksi itu untuk menurunkannya didepan komplek saja, karena dia ingin berjalan sampai kerumah. Mungkin dengan cara ini rasa sedih dalam hatinya akan sedikit terobati. Langkah gontai menemaninya pulang kembali ke rumah Arga. Pikiran yang kalut dan membuatnya sangat sedih hari ini, makin menjadi tatkala  memasuki rumah dia menyaksikan adegan yang tak wajar dia dapatkan. Lagi-lagi dia dikejutkan oleh pemandangan yang sangat membuat sakit hati, suaminya b******u dengan wanita lain, keadaan mereka sudah tak wajar, penampilan yang naked benar-benar membuat darah Jane mendidih. "Arga! Apa yang lo lakuin dirumah kita?!" Suara Jane yang menjerit kencang membuat Arga terkejut. Kedua insan yang sedang penuh nafsu ini menghentikan kegiatan gila mereka. Wanita yang dalam kuasa suaminya itu menghentikan kegiatan mereka dan melihat kearah Jane yang berdiri seolah ingin memakan mereka hidup-hidup. Wanita itu bukannya takut, malah melihat ke arah Jane dengan tersenyum sinis, "Jane, Istrinya Arga?" Suara ini membuat Jane terlihat sangat murka. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD