2. The Girl and The Saint

2183 Words
KOTA CC merupakan kota besar yang cukup modern, kota transit menuju daerah tambang. Kota dengan luas kurang lebih 11.000 km persegi itu memiliki beberapa kelab malam, hotel bintang lima, restoran, sekolah, mal, pabrik kecil dan sebuah bandara internasional. SMP dan SMA Kimberly dihabiskan di Kota CC. Sekolahnya bukan sekolah asrama. Karena dia murid yang pintar, dia banyak mendapat beasiswa jadi tidak banyak memakan biaya pribadi. Saat malam kelulusan SMA-nya, Violet, kakaknya, meninggal dalam perkelahian antar geng yang terjadi di sebuah kelab malam bernama Roxy. Dia sedang menikmati pesta kelulusan di sekolahnya, ketika polisi datang menjemputnya untuk mengenali jasad kakaknya. Dia sudah memprediksi hal itu akan terjadi. Ketika dia mendengar kabar itu, Kimberly hanya menarik napas dalam, memejamkan matanya sekitar 3 detik, lalu dia ikut polisi ke rumah sakit. Ketika melihat jasad kakaknya pun dia hanya memandangnya dan tersenyum tipis. Wajah Violet seolah tertidur lelap, walalupun badannya bersimbah darah karena luka tembak di da.da. Saat itu, dia telah mendapat surat penerimaan murid baru dari Universitas XIntel di Jerman. Dia sempat bingung harus bagaimana melanjutkan sekolahnya dan saat itulah Vincent, mantan pacar Violet, yang setelah kejadian mengenaskan itu --masih hidup dan tidak kurang sesuatu pun-- menghubunginya dan minta menemuinya di penjara. Vincent dipenjara karena setelah kejadian perang antar geng itu, Vincent membalaskan kematian Violet dengan menghabisi beberapa anggota geng lawannya. Entah benar atau tidak, kabarnya, dalam satu malam Vincent membabat habis 25 orang gangster. Setelah itu, Vincent menyerahkan diri ke polisi. Mungkin sebagai penebus rasa bersalah karena kelalaiannya menyebabkan kematian Violet, kekasihnya saat itu. "Aku akan membiayai kuliahmu, Kimmy!" katanya dari balik jendela tahanan di ruang besuk penjara. Dia laki-laki yang masih muda dan sangat tampan. Wajahnya dihiasi rahang yang maskulin dengan jenggot tipis yang tumbuh kasar. Hidung mancung, mata cokelat yang terlihat ramah dan alis tebal yang indah. Penampilan Vincent seperti pria model majalah kebugaran dengan kulit keemasan, kedua lengan berotot dan da.da penuh tato. Dengan penampilannya saja dia bisa membuat banyak wanita bertekuk lutut, apalagi jika melihat ukuran kelaminnya yang luar biasa. "Aku yakin itu adalah hal yang sangat diinginkan Violet," tambahnya. "Bagaimana caranya kau membiayaiku?" tanya Kimberly. "Aku punya caraku sendiri." Oh, tentu! Ia ‘kan seorang gangster. Dalam kurungan tidak akan menghalanginya untuk menghasilkan uang. "Karena kamu bilang begitu, baiklah, aku terima, tetapi aku akan membayarmu kembali." Kimberly muda yang naif, berusia 17 tahun, berkata begitu dengan wajah dan nada angkuh. Sorot mata cokelat dingin dan meremehkan orang di hadapannya. Vincent 6 tahun lebih tua darinya. Gangster. Kriminal, dipenjara pula. Laki-laki itu adalah sosok sempurna pria yang harus dijauhi gadis polos seperti dirinya, tetapi dia amalah membuat dirinya berhutang budi pada pria itu. Vincent tertawa kecil. "Bagaimana caramu membayarku?" Ia balik bertanya. "Aku punya caraku sendiri!" balas Kimberly ketus. "Jaga dirimu dan kuharap kau selalu sehat. Selamat tinggal!" ujarnya datar. Kimberly berbalik keluar dari ruang besuk. Rambut cokelat keemasan tergerai di pundaknya, rok panjang motif bunga-bunga kecil menerawangkan kakinya yang indah. Kulitnya yang agak kecokelatan, rambut dan mata cokelatnya berkilau indah seperti madu. Bibirnya seperti sarang lebah. Manis, semanis madu. Saat itu, itulah pemandangan terindah bagi pria yang akan menghabiskan beberapa tahun dalam kurungan. Vincent mengagumi gadis itu semenjak usianya masih baru beranjak remaja. Usianya yang masih di bawah umur membuat Vincent menahan diri. Dalam jangka 4 tahun, Kimberly menyelesaikan kuliahnya di Jerman. Dia menghasilkan banyak uang, tentu saja dengan kemampuan otaknya yang luar biasa. Dia kuliah sambil bekerja dan setelah lulus dia menetap di sana untuk meniti karir dan pengalaman kerja serta berumah tangga dengan seorang pria. Ya, dia menikah dan berumah tangga. Sayangnya, pernikahan mereka berada di ujung tanduk. Kimberly memilih meninggalkan anak dan suaminya, lalu mengajukan cerai. Sekarang, dia balik ke kampung halamannya. Banyak hal telah terjadi. Dia ingin menetap dan hidup tenang. Dia bekerja sebagai guru TK di Taman Kanak-kanak Eveready. Dia menyukai pekerjaannya. Meskipun sikapnya dingin dan ketus, Kimberly penyuka anak-anak. Otak mereka luar biasa. Anak-anak sangat jujur dan polos, mereka tidak bisa berbohong. Mereka bisa merasakan dirimu yang sebenarnya. Sementara Vincent menghabiskan masa tahanan selama 3 tahun. Ia divonis atas tindak kekerasan saja. Setelah bebas, ia membenahi bisnis dan komplotannya. Di mana saja di belahan dunia ini, sedikit atau banyak, kekerasan diperlukan untuk memuluskan bisnis dan beberapa urusan. Sejak usia dini, Vincent sudah hidup dalam lingkungan gangster. Persaudaraan dalam geng membuatnya hidup dan bergai.rah. Cara hidup yang diketahuinya hanya itu dan setelah bertahun-tahun, posisinya dalam hirarki sudah lumayan bagus. Ia sudah punya nama di kalangan dunia hitam. Ia dikenal dengan nama Vincent The Saint, pemimpin kelompok gangster terbesar di Kota CC. *** VINCENT keluar dari ruang kerjanya. Ia sudah membersihkan diri dan mengenakan kaus putih yang baru. Kaus ketat itu menonjolkan otot-otot dadanya. Rambut cokelat kemerahannya disisir ke belakang dengan jari, menambah aura bad boy-nya. Mood-nya berubah drastis setelah kunjungan dadakan tadi. Ia tidak ingin melanjutkan aktivitas seksualnya dan dua wanita teman seksnya terlalu mabuk, benar-benar mematikan berahinya. Ia berjalan menuruni tangga, melewati meja bartender di mana ada seorang karyawannya sedang membersihkan tempat itu. "Sorry, Bos!" kata Jeff, anak buahnya. "Dia cepat sekali masuk, saya tidak sempat mencegahnya." Jeff yang masih berusia 17 tahun tampak salah tingkah. Dia khawatir bosnya terganggu dan memarahinya. Namun ekspresi wajah Vincent tidak tampak marah atau kesal, malahan tampak bersemangat. "Tidak apa-apa," sahutnya. "Lagi pula ini masih siang. Aku ada urusan di luar, jika Darryl mencariku.” Darryl adalah ketua utama geng mereka, Geng Serigala. Vincent adalah tangan kanan Darryl. Tak banyak diketahui, sebenarnya dalam mengambil keputusan sebagai ketua geng, Vincent yang paling berpengaruh. Vincent memasang jaket kulit dan helmnya lalu pergi mengendarai motor HD-Street 750 warna merah hitam. Hari begitu cerah, sayang jika ia melewatkannya dengan aktivitas dalam ruangan. Ia memutuskan melakukan kunjungan balasan ke wanita muda bernama Kimberly. *** KIMBERLY kembali ke rumahnya. Rumah peninggalan orang tuanya. Rumah klasik berlantai dua, dengan banyak jendela. Sinar matahari dan udara segar bagus untuk kesehatan penghuni rumah. Halamannya cukup luas, dengan hamparan rumput hijau dan tanaman perdu berjejer sebagai pagar. Sebuah pohon rindang berdiri tegak di sana. Halaman itu menjadi saksi bisu kenangan masa kecil dia dan Violet. Mereka biasa bermain dan berlarian di sana, diawasi ayah dan ibu yang menyiapkan hidangan panggangan untuk teman makan siang mereka di kala liburan. Kimberly melangkah melintasi halaman depan dan masuk ke dalam rumah. Dia menapaki tangga ke lantai dua menuju kamarnya untuk berganti baju. Dia melepas sweter dan menggantinya dengan T-shirt bergambar stiker timbul hati yang terbakar api. Rok panjangnya yang berwarna krem jatuh ke lantai, lolos dari kakinya yang sekarang dibalut celana pendek selutut. Dia mematut diri di depan cermin dan mengamati pinggulnya yang melebar dari dua tahun yang lalu. Tubuhnya tambah berlekuk dan lebih berisi setelah dia melahirkan anak pertamanya. Ya, pada usia 22 tahun, di masa kuliahnya, dia telah melahirkan seorang anak, bayi laki-laki, yang saat ini tidak bisa bersamanya. Karena suatu kondisi dia harus meninggalkan anak itu dalam asuhan keluarga suaminya. Calon-mantan-suami. Dia sangat merindukan Anthony, anaknya, yang baru berusia 1,5 tahun, karena itu, bekerja di taman kanak-kanak sedikitnya mengobati rindunya. Sekarang, hampir 6 bulan dia pindah ke Kota CC. Punya rumah tetap, pekerjaan yang disenangi, penghasilan yang lumayan. Dia punya segalanya yang diperlukan untuk hidup tenang dan bahagia. Enam bulan yang lalu, terakhir kali dia bertemu suaminya. Terakhir mereka berhubungan intim. Kimberly merengut dan mengembus napas lelah. Mereka punya kehidupan seks yang hebat, menyenangkan. Harmonis malah, tetapi dia harus hidup berpisah dari orang yang mencintai dan dicintainya. Kimberly berlari menuruni tangga hendak menuju ruang belajar ketika ponsel di tangannya berdering. Huruf X besar terpampang di layar. Dia mengangkat teleponnya sambil berjalan. "Hmm. Halo!" seru Kimberly. "Sudah kau terima berkasnya?" sahut suara laki-laki, dalam dan lembut. "Ya, sudah, tetapi belum k****a. Baru mau." "Hm ...." Senyap. Kimberly duduk di balik meja tulis dan membuka berkas yang baru diterimanya dari kurir ketika jam sekolah hampir selesai. Berkas berisi beberapa foto dan kertas-kertas data. Kimberly masih memasang telepon di telinganya. "Hm ... Darling?" suara X di telepon. "Ya?" "Apakah kau sudah mempertimbangkannya lagi?" "Soal apa?" "Kembali padaku." "X ...." rengek Kimberly. "Please, Honey, I can't live without you!" "Jangan kekanak-kanakan, Xander!" gerutu Kimberly sementara matanya fokus membaca berkas. Dia mengatakan dengan suara tegas, "Beberapa orang perlu mendapatkan penyelesaian dalam hidup mereka untuk bisa tenang dan kau tahu, X, aku tidak akan bisa move on sebelum menemukan pembunuh orang tuaku dan kakakku." Kimberly bicara di telepon sementara matanya membaca berkas di depannya. "Kau sudah menyiapkannya? Berkas perceraian kita." "Belum. Aku terlalu sibuk. Aku tidak mau dan tidak akan pernah mau!" Sangat kekanak-kanakan, pikir Kimberly. Dia tersenyum kecil. Benar juga kata pepatah, saat seseorang jatuh cinta, IQ mereka bisa turun drastis sampai ke lutut. "Kau ‘kan punya banyak pengacara,” sindir Kimberly. "Semua pengacaraku sibuk!" "Kalau begitu aku akan minta bantuan Richard." Richard adalah seorang pengacara sekaligus koleganya di kantor sekolah. Pria itu juga ketua yayasan sekolah Eveready. "Richard itu anak buahku juga,” bantah Xander. “Apa yang dilakukannya harus mendapat persetujuan dariku!” Senyum Kimberly makin lebar. "X, aku menyerahkan urusan ini padamu demi menjaga reputasimu. Kesannya lebih bagus kau yang mencampakkanku daripada aku yang mencampakkanmu" "Ha! Reputasi?" suara X terdengar sinis. Seperti biasa, wanita yang bicara dengannya itu punya lidah yang tajam. "Aku tidak akan memberimu tunjangan sepeser pun," ancamnya. "Aku tidak menginginkannya." "Bagaimana kalau kuberi kau 50% sahamku?" Si X membujuk. "Aku tidak berminat." "Pulau Santorini?" "Aku tidak suka." " Emas? Berlian? Sebut apa saja, aku akan memberikannya padamu!" Xander bisa memberikan apa saja yang diinginkan wanita itu dan wanita itu bisa memiliki apa saja yang diinginkannya. Namun, kenapa perpisahan tetap saja terjadi? Xander terus melakukan tawar menawar. Tentu saja ia ingin Kimberly, istrinya, mengurungkan niat bercerai. Bagaimana mungkin pasangan yang saling mencintai dan harmonis, menginginkan perpisahan? Banyak alasan untuk berpisah, atau bercerai, terlepas dari takdir hubungan itu sendiri. Kadang kala penyebabnya hal sepele, bahkan mungkin dari pihak luar. Bagi Kimberly ia punya alasannya sendiri. Orang tua Xander, suaminya, tidak pernah menyetujui hubungan mereka, karena latar belakangnya yang tidak menguntungkan. Dia anak yatim piatu, tidak memiliki kekayaan materi ataupun posisi penting yang dapat membantu bisnis keluarga suaminya. Bahwa dia menjerat anak mereka dengan tipu muslihat, mata duitan, seorang upik abu yang bermimpi menjadi Cinderella. Bahkan mereka menganggap pernikahan mereka dilakukan karena gadis itu hamil terlebih dahulu. Semua tuduhan ditanggapinya dengan besar hati. Tuduhan hamil diluar nikah dapat dibuktikannya tidak benar dengan kelahiran anaknya yang secara normal, sebelas bulan setelah menikah. Kimberly juga banyak membantu perkembangan perusahaan mereka. Bersama dengan suaminya, mereka menjadi tim yang sangat kompak dalam menghadapi segala permasalahan. Namun tetap saja mertuanya merendahkannya. Intinya, mereka tidak menyukainya dan Kimberly tidak ingin membuat suaminya menentang orang tuanya. Karena dia yatim piatu, dia sangat menghargai pentingnya orang tua walaupun kadang berbeda prinsip. Suaminya sangat mencintainya, dia tahu itu dan dia juga punya perasaan yang sama. Namun dia tidak ingin terus menerus harus membuktikan diri di hadapan orang lain. Dia tidak ingin menjadi beban, terutama bagi suaminya. Dia tidak ingin menjadi sumber kelemahan bagi orang lain dan dia tidak ingin orang lain menjadi kelemahannya. Dia tidak ingin punya kelemahan dan jika pun dia memilikinya, dia harus memastikan tidak ada seorang pun yang dapat menyentuh kelemahan itu. Dan mencintai sesuatu adalah kelemahan. Dia tidak sanggup menghadapi kehilangan sesuatu yang dicintainya atau yang dicintainya itu disakiti. Sangat berat baginya. Ia kehilangan orang tua, kakak, hampir kehilangan suaminya beberapa kali dalam misi-misi mereka dan satu kali dia pernah hampir kehilangan anaknya. Ketika perayaan ulang tahun anaknya yang pertama, anak mereka diculik oleh orang dalam mereka sendiri. Rasanya seperti roh meninggalkan tubuhnya saat itu juga. Dia lemas, tidak berdaya dan menangis. Dalam dunia yang mereka jalani, selalu ada pihak-pihak yang ingin mencelakakan mereka. Untunglah anaknya diselamatkan tepat waktu, berkat kegigihan dia dan suaminya serta jaringan kerja mereka, tetapi kejadian itu meninggalkan trauma bagi Kimberly. Dia tidak akan sanggup menghadapi jika hal seperti ini terjadi lagi. Anaknya, bayi mungilnya, ada yang ingin menyakiti. Jadi, dia memutuskan meninggalkan anaknya dalam pengasuhan mertuanya dan nantinya hak asuh anak jatuh pada suaminya, jika mereka sah bercerai, karena dia tahu anaknya lebih aman di sana. Dia memutuskan akan bercerai dari suaminya, karena dia merasa lemah, tidak pantas menjadi pendamping laki-laki yang paling luar biasa ada di alam semesta ini. Suaminya adalah seseorang manusia yang bagaikan dewa. Dunia ini begitu kecil baginya dan semua dalam genggamannya. Seorang pria yang punya kekuasaan bahkan memindahkan gunung dan meruntuhkan langit jika ia menginginkannya. Sangat luar biasa, terkadang menjadi sangat menakutkan. "Bagaimana kabar Anthony?" tanyanya pada X di telepon. Ekspresi wajah dan suara Kimberly melembut. "Baik dan sehat." Suara Xander turut melembut membayangkan anak mereka yang lucu dan pintar. "Aku sedang di luar kota, jika saja aku di rumah aku akan membawanya untuk bicara denganmu.” "Ya, tidak apa-apa, aku mengerti." "Kau rindu padanya?" Kimberly tersenyum lebar. "Tentu saja aku rindu, siapa yang tidak?" "Apa kau juga merindukanku?" Sebuah suara menyahut dari ambang pintu membuat Kimberly terbelalak. "Wah ... tidak kusangka dalam masa hidupku ini aku bisa melihat kau tersenyum, Kimberly ...." Suara itu berasal dari pria yang pernah menjadi walinya. Vincent Black!! *** Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD