Kepergian Sonia Menyisakan Tanya

1139 Words
Ya allah bagaimana ini, ingin sekali aku melabrak mereka berdua saat ini tapi bagaimana dengan Carla, kenapa ia selalu muncul disaat aku ingin memergoki ayahnya. Ia masih terlalu kecil jika harus mengetahui yang sebenarnya. * Kuputuskan untuk mengajak Carla ke kamarnya, tak mengapa untuk saat ini kalian berdua selamat, dilain waktu aku berjanji akan memergoki mereka jika perlu di hadapan seluruh keluarga besar kami, agar semua anggota keluarga tau dan secara terang-terangan membenci mereka. Kutuntun Carla melalui pembaringan lalu mendekapnya dengan erat. "Takut, Ma." pelukannya semakin erat karena mendengar suara gemuruh petir. "Ada Mama, ga usah takut." kubelai rambutnya yang terurai. Air mata meleleh kembali mengingat apa yang barusan mereka lakukan, beraninya mereka berlaku semesra itu di rumahku. Selama ini aku berusaha menjadi istri yang baik dimatanya, bahkan aku serahkan perusahaan pada Bang Surya untuk menjunjung harga dirinya sebagai kepala tumah tangga. Dari segi fisik aku tak kalah menarik dari Sonia hanya saja tubuhku tinggi kurus tak seperti Sonia yang sedikit berisi, aku hanya unggul dari warna kulit saja, kulitku putih seperti ayah. Sedangkan Sonia kulitnya sawo matang seperti ibu. Usiaku dan Sonia terpaut 4 tahun. Carla telah terlelap dan suara petir tak lagi terdengar, perlahan aku menidurkan kepalanya ke bantal, menyelimuti tubuhnya kemudian mengecup kepalanya. Kutinggalkan ia yang sudah terbuai ke alam mimpi. Aku kembali menemui mereka siapa tahu kali ini sedang berbuat m***m dan aku bisa memergokinya, namun nampaknya perkiraanku salah, Bang Surya berjalan menaiki anak tangga dalam keadaan basah kuyup. "Dari mana kamu, kok bajunya basah?" tanyaku ketus, malas sekali bersikap manis padanya. "Dari ... dari depan," jawabnya datar lalu ia melenggang begitu saja. Aku yang hendak turun membalikkan badan lalu mengekor dibelakangnya. Tubuhnya nampak basah kuyup, gegas ia segera masuk ke kamar mandi. Mataku tak ingin terpejam dan entah mengapa suamiku itu terlalu lama berada di kamar mandi, mungkin ia sedang merenung namun tak jua mendapat solusi, atau ia sedang sembelit, entahlah aku tak mau tahu. Tak lama Bang Surya kembali, membaringkan tubuhnya di sampingku lalu tertidur membelakangiku. * Hari demi hari telah berlalu, Daniel selalu berkunjung ke rumah, nampaknya ia menyukai Sonia namun adikku itu nampak acuh, jelas saja dia cintanya dengan Bang Surya, lelaki miskin yang cuman numpang hidup enak padaku. Bukannya bersyukur malah berselingkuh. Dibalikin ke habitat asalnya baru tau rasa kamu. Satu minggu telah berlalu waktunya Sonia pulang ke kampung halaman, waktu yang kutunggu-tunggu telah tiba. Aku dan Bang Surya duduk di ruang tamu menantinya keluar dari kamar, tak lama Sonia menghampiri seraya menyeret kopernya, mereka sempat saling mencuri pandang. "Kak aku pamit ya," ucap Sonia seraya mencium tanganku. "Iya, hati-hati. Kamu yakin ga mau kakak antar?" "Engga usah aku naik Bis saja," jawabnya, ia pun berlalu, melangkah meninggalkan kami. Bang Surya tak henti menatap tubuh Sonia yang mulai menjauh kemudian perlahan menghilang dari pandangan mata, kutinggalkan dia yang tengah duduk termenung di teras. Mungkin sedang meratapi kepergian kekasih gelapnya, aku tak ingin mengganggu. Aku masuk kamar lalu berbaring diatas kasur, iseng-iseng membuka akun Instagramku. Rasanya sudah lama tak membuka akun berwarna ungu berlogo kamera itu, karena akun favoritku ya akun warna biru, disana lebih menyenangkan menurutku. Akun i********: ini baru kubuat dengan nama anakku, tak ada yang tahu termasuk Sonia dan Bang Surya. Klik pencarian dengan maksud ingin mencari akun i********: milik Sonia, ketemu, akunnya bersifat publik jadi dengan leluasa aku bisa melihat setiap postingannya, tapi ada yang aneh. Beberapa menit yang lalu ia mengunggah photo tangan yang saling menggenggam erat, aku yakin itu adalah tangan Sonia aku mengenali cincin yang melingkar di jemarinya dan tangan yang satunya tak jelas, lalu aku perbesar photo itu. Tangan itu seperti tangan Bang Surya, dengan caption bertuliskan, 'Aku akan menunggumu, dan terus menunggumu'. Apa itu artinya mereka sedang merencanakan sesuatu?. Oh aku tahu sekarang, mungkin Sonia sedang menunggu Bang Surya menguras uangku begitu maksudnya. Enak saja aku tak akan membiarkan ia berhasil mengambil uangku walau sepeser pun. Rasa penasaran yang memuncak, jemariku bergulir untuk melihat unggahannya yang lain. Banyak sekali photo-photo kebersamaannya dengan Bang Surya, walaupun wajahnya di tutupi emotikon love tapi aku sangat mengenali laki-laki itu, dia Suamiku yang aku kira setia. Rupanya hubungan mereka sudah sejauh ini. Aku memang terlalu naif selama ini menutup mata dan acuh dengan kebersamaan mereka. 'ya allah berilah aku kesabaran dan kekuatan'. "Maa!" Anakku membuka pintu kamar lalu menghampiri. aku tersenyum seraya merangkulnya. "Ma, tante Jelita udah pergi ya?" entah mengapa ia menanyakan hal itu. "Iya!" jawabku seraya memainkan ponsel "Syukur deh, Carla ga suka tante Sonia tinggal disini dia itu pemalas suka nyuruh-nyuruh Mbok Minah seenaknya, terus dia suka deketin papa. Aku pernah liat tante Sonia meluk papa di dapur waktu papa bikin kopi," ucap Carla, aku yakin anak sekecil dia tak mungkin berbohong. Aku diam, bingung, entah apa yang harus kujawab. "Waktu mama lagi sakit gigi kemarin itu, mama inget 'kan?," Aku menganggukan kepala lalu ia kembali melanjutkan ucapannya, "Mama 'kan ga keluar kamar, aku liat juga papa masuk kamar tante Sonia lumayan lama, pas keluar papa ga pake baju cuman pake celana aja. Aku ga suka liatnya, syukurlah kalau dia udah pergi." Aku menelan saliva mendengarnya, mungkin saat ini Carla belum faham apa yang dilakukan Papanya, tapi jika ia sudah dewasa?. Akan jadi apa ia jika sekecil ini telah menyaksikan kelakuan b***t ayahnya. Bahkan ia berani berbuat Zina di rumah ini. Waktu itu hampir 2 minggu aku terbaring lemah, sakit gigi padahal aku orang yang bisa dibilang kaya dan sudah berobat kemana-mana namun sakitku tak kunjung sembuh, saat itu Bang Surya selalu minta jatah namun aku selalu menolak, aku kira ia akan mengerti tapi ternyata ia sama sekali tak bisa bersabar menahan hasratnya, malah menyalurkannya ke tempat yang salah. "Ma! ... kok diem?" tanya Carla mengagetkanku. "Engga papa kok," jawabku gelagapan "Ma, aku mau baca buku yang kemarin baru dibeli itu ya!" Aku menganggukan kepala sambil tersenyum, Carla memang sangat suka membaca buku. Katanya Jika besar nanti ia ingin menjadi seorang penulis terkenal dan sukses. Ia pun beranjak, aku menatap punggungnya memikirkan perasaannya jika kelak mengetahui bahwa papa yang selama ini ia banggakan dan selalu ia rindukan kepulangannya memilih hidup bersama orang lain. Memikirkan nasib rumah tanggaku memang pening, biarlah aku akan terus menunggu Bang Surya berkata jujur, akhir-akhir ini ia memang sering melamun mungkin bingung juga jika ia berkata jujur saat ini maka ia tak akan mendapatkan apa pun untuk modal hidupnya bersama Sonia, namun jika ia terus mengulur waktu maka ia semakin tersiksa akibat dari tekanaan Sonia, biarlah ia tenggelam dalam kebimbangannya. Aku akan menerima jika ia memilih Sonia, untuk apa juga mempertahankannya, soal Carla aku bisa mengatasinya sendiri. Aku menghela nafas, kemudian mengambil gawai yang tergeletak di kasur, kembali aku berselancar di akun i********:, ada postingan Sonia yang lewat di berandaku. Apa ini?, ia memposting photo sebuah rumah minimalis dengan caption, 'Aku akan menunggumu dan selalu menunggumu'. Aku faham jika ia sedang menunggu siapa namun, rumah itu apa maksudnya? Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD