Chapter 1

1139 Words
"Ayo Ann, Mr. William memanggil semua murid agar berkumpul!" seru Aurora pada Anna yang masih bersantai. Anna berdecak. "Aku sangat lelah, kau saja yang pergi, Ara," ujar Anna. Aurora terlihat berpikir tapi kemudian ia mengangguk. "Baiklah. Selamat istirahat." "Terimakasih." "Ara!" panggil seseorang. Mendengar namanya di panggil, Aurora pun berbalik melihat siapakah orang yang memanggil dirinya. Ternyata adalah Ethan. Sahabat laki-laki Aurora dan Anna, di sebelah Ethan ada Jacob yang berdiri dengan sebungkus snack di tangannya. Tidak heran, ke mana pun pergi, Jacob memanglah membawa makanan. Lelaki itu sangat suka makan, di mana pun ia berada. "Di mana Anna, Ara?" tanya Ethan, kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan Anna yang tidak terlihat. "Dia beristirahat di tenda, katanya ia lelah, Eth," jawab Aurora sembar tersenyum. Ethan dan Jacob mengangguk paham. "Ayo kita ke sana! Semuanya sudah berkumpul!" seru Jacob yang di angguki oleh Ethan dan Aurora. Mereka bertiga pun berjalan beriringan ke tengah lapangan yang sengaja di Kosong kan untuk acara kumpul-kumpul. Terlihat di sana Mr. William dan beberapa guru berdiri di depan. Dan Mr. William membuka acara perkemahan musim panas kali ini, Mr. William juga memberi beberapa arahan pada kami. Seperti tidak boleh keluar dari kawasan perkemahan tanpa izin, dan lain-lain. Satu jam berkumpul akhirnya Mr. William membubarkan para murid. Semua murid diperbolehkan istirahat dan bersantai sampai jam tujuh malam, karena nanti malam akan di adakan penampilan bakat. "Aku kembali ke tenda dulu ya Jac, Eth," pamit Aurora. Ethan dan Jacob mengangguk. Aurora pun kembali ke tendanya bersama Anna. "Apa yang dikatakan Mr. William?" tanya Anna. Aurora mengangkat bahu. "Hanya beberapa peraturan yang harus dipatuhi dan acara nanti malam yaitu penampilan bakat," jawab Aurora. Anna mengangguk mengerti. "Ayo kita jalan-jalan," ajak Anna yang membuat Aurora melotot menatapnya. "Tidak boleh! Lagian bukannya kau lelah?" larang dan tanya Aurora. Anna tersenyum lebar. "Aku sudah tidak lelah lagi, Ara. Lagipula kita hanya akan jalan-jalan di sekitar sini saja kok," ujar Anna, meyakinkan Aurora. Sebaik mungkin ia memberikan tatapan memelasnya pada Aurora. Aurora tampak berpikir keras, Mr. William sudah melarang mereka pergi saat ini. Karena kalau tersesat bisa bahaya. Terlebih hari kian sore. "Tidak apa-apa, Ara. Sekarang jam 4 sore, kita hanya pergi sebentar. Sebelum jam 5 kita sudah berada di tenda, aku jamin itu," bujuk Anna. Gadis itu menunjukkan jari kelilingnya, menandakan bahwa ia telah berjanji. Aurora menghela napas. "Aku tidak ingin pergi berdua. Kita ajak Ethan dan Jacob juga, setidaknya ada laki-laki yang akan menjaga kita," ujar Aurora yang langsung di angguki cepat oleh Anna. Aurora menghela napasnya lagi sebelum beranjak ke tenda Jacob dan Ethan. Tidak susah mengajak Ethan dan Jacob pergi, karena mereka berdua langsung setuju saat Aurora mengatakan jalan-jalan. Kini mereka berempat sedang mengendap-endap keluar dari kawasan perkemahan. Beruntung mereka berhasil, tidak ada yang menyadari bahwa mereka telah pergi. Aurora sebenarnya takut pergi keluar dari kawasan perkemahan, kalau terjadi sesuatu bagaimana? "Jacob, berhentilah makan! Nanti makanan yang lain jadi habis!" seru Anna jengkel pada Jacob. Sejak tadi mereka jalan Jacob terus mengunyah makanan. Jacob memang membawa tas kecil, untuk membawa makanan mereka. Takut-takut nanti mereka lapar di tengah jalan. Jacob mendengus tapi menurut. "Iya-iya." "Di sini seram, ayo kita kembali. Aku rasa kita sudah masuk terlalu jauh," ujar Aurora cemas. Anna menggeleng. "Ini baru sebentar, Ara. Ayolah, kita belum terlalu masuk ke  hutan," bantah Anna. "Benar kata Anna, Ara. Dan kau jangan takut, kami kan ada," timpal Ethan menyetujui perkataan Anna barusan. Aurora hanya mendesah, dan kembali berjalan dengan langkah cepat. "E-eh berhenti, ada jurang, Ara!" pekik Anna pada Aurora. Aurora yang berjalan dengan cepat terlambat untuk mendengar pekikan Anna, Aurora melotot saat melihat kakinya sudah berada di ujung jurang. "Kemarilah, Ara. Pelan-pelan, tanahnya licin," ujar Anna pelan. Ia takut Aurora akan tergelincir jatuh ke dalam jurang. Aurora menggeleng takut, wajahnya sudah pucat pasi sekarang. "Pelan-pelan saja, pasti bisa," ujar Jacob seadanya, Jacob terlihat sangat tenang tapi berbeda dengan matanya yang menatap Aurora panik. Aurora meneguk saliva nya kasar. Aurora menoleh ke belakang, jurang ini sangat dalam. Aurora tidak bisa membayangkan jika ia terjatuh ke dalam. Mungkin ia bisa mati! "Jangan melihat ke belakang, Ara!" sentak Ethan yang membuat Aurora kaget. Aurora kembali menghadap ke arah depan dan mencoba berjalan pelan menuju Anna. "Iya, terus, Ara. Kau bisa," gumam Anna menyemangati. Kedua tangannya sudah terangkat seakan menyemangati tiap langkah Aurora. "AKH." Tubuh Aurora terhuyung dan kakinya tidak sengaja menginjak tanah yang licin membuat tubuhnya jatuh ke dalam jurang. "ARA!" "ARAAA!!!" Brukk... Dukk... Tak... "ARA! KAU MENDENGAR KU?" teriak Anna panik ia dengan perlahan mendekat ke arah ujung jurang. "Hati-hati Anna," peringat Ethan yang juga tak kalah panik nya. Bagaimana pun juga Ethan harus melihat langkah yang Anna ambil, jika tidak nasib Anna akan seperti Aurora. "Hiks, Aurora tidak menyaut, Eth! Bagaimana ini?" tanya Anna, air matanya sudah keluar membasahi kedua pipinya. Wajah gadis itu sudah memerah. "Tenanglah, Aurora pasti baik-baik saja," ujar Ethan menenangkan. Ethan memberikan pelukan pada Anna agar sahabatnya itu tenang Jacob yang sedari tadi diam perlahan mendekat ke ujung jurang, dan ia meneliti saru-persatu yang ada di bawah. Ia berharap melihat tubuh Aurora, tapi nihil. Yang ia lihat hanyalah pohon-pohon dan tumbuhan lainnya. "Ayo kita balik, kita laporkan ini pada Mr. William," ujar Jacob. "KAU GILA?!" pekik Anna takut sekaligus cemas. "Terus? Kau mau membiarkan Aurora terjebak di sana? Setidaknya kita bisa minta bantuan pada Mr. William dan guru lainnya," ujar Jacob tidak kalah marah. Anna terdiam, apa yang dikatakan Jacob benar adanya. Mereka harus memberitahu kondisi dan bagaimana bisa Aurora terjatuh. "Ya sudah, ayo kembali," ujar Anna pelan tapi masih bisa di dengar oleh Ethan dan Jacob. Masih di sertai tangisan. Anna melihat sekilas ke arah jurang.  Hiks, maafkan aku Ara. *** "Kalian keluar?" tanya Mr. William tidak percaya dengan ucapan Jacob, Ethan, dan Anna barusan. "Maaf, Sir," ujar Ethan dengan menyesal. "Kenapa kalian tidak izin dulu? Dan di mana Aurora? Aurora bersama kalian kan?" tanya Mr. William dengan khawatir. Anna menggeleng. "Ara jatuh ke jurang, Sir. Kami tidak tau lagi harus berbuat apa," ujar Anna, kepalanya tertunduk dalam. Takut, cemas dan khawatir menyerang diri Anna. Bagaimana pun ini semua terjadi karena ulahnya. andai saja Anna tidak bersikeras untuk jalan-jalan, mungkin Aurora akan baik-baik saja. Mr. William menutup matanya sejenak meredakan emosi yang bergejolak ada di dalam dirinya. "Panggil guru yang lain, dan jangan lupa panggil juga penjaga. Kita cari Aurora sekarang," perintah Mr. William  yang langsung ditutup mereka bertiga. Ethan, Anna, dan Jacob mengumpulkan semua guru dan penjaga perkemahan sesuai dengan perintah Mr. William. Semua orang pun berkumpul di tengah-tengah area perkemahan. Mr. William memberi peringatan pada murid agar tetap berada di kawasan perkemahan dengan 5 orang penjaga dan 2 guru yang tinggal. Selebihnya akan pergi dengan Anna, Ethan, dan Jacob untuk mencari Aurora. "Kalian masih ingat bukan tempatnya ada di mana?" tanya Mr. William pada Anna, Ethan dan Jacob. Anna mengangguk yakin. "Saya tidak ingat, tapi Jacob ingat, Sir," ujarnya. Jacob mendengus mendengar ucapan Anna yang menurutnya seenaknya saja. Sedangkan Ethan tertawa mendengar jawaban Anna yang seenaknya. Mr. William berdeham, "Baiklah Jacob kamu tunjukkan jalannya." Jacob mengangguk dan memimpin perjalanan. Tidak lama kemudian mereka sampai, Jacob menunjuk ke arah jurang tempat Aurora jatuh. Mr. William menatap ngeri jurang dalam di hadapannya. Ia jadi tidak yakin kalau Aurora selamat melihat jurang di depannya sangat curam dan dalam. Perasaan menyesal dan merasa tidak becus pun mendera diri Mr. William. Dia sudah merasa gagal, siswinya jatuh ke jurang dengan naas. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD