bc

KANAYA

book_age18+
604
FOLLOW
4.7K
READ
dominant
badboy
goodgirl
drama
secrets
virgin
sacrifice
like
intro-logo
Blurb

Kanaya tak menyangka jika Max, pria bastard yang telah membayar tubuhnya malam itu adalah tunangan dari saudari kandung yang ia cari selama ini. Kanaya mulai mencari cara agar Alana tak sampai melanjutkan hubungannya dengan pria angkuh itu ke jenjang yang lebih serius. Tapi Max tak patah arang, dia pun berkata, “Jika saya gak bisa memiliki Alana, berarti saya harus memiliki kamu, Kanaya!”

Kanaya bersumpah, kalau ia tak akan terjebak lagi dalam permainan pria dominan itu.

chap-preview
Free preview
Gadis Yatim Piatu
Sejak hari ini, Kanaya sudah resmi menjadi seorang yatim piatu. Ibunya baru saja dikebumikan setelah selama bertahun-tahun melawan Kanker Serviks yang sudah menggerogoti kehidupannya. Sedangkan ayahnya? Kanaya sudah menganggap sosok itu lenyap dari hidupnya sejak ia kecil. Selama 21 tahun hidupnya di dunia ini, tak pernah sekali pun Kanaya melihat batang hidung pria yang mewariskan DNA padanya itu. "Kanaya ... ibumu menitipkan ini, dia bilang, kamu harus mencari ayahmu ke Jakarta!" Diyah, tetangga terdekat Kanaya selama ini memberikan sebuah surat dengan selembar poto lama di dalamnya. "Saya gak akan pernah mencari ayah saya, Mbak Diyah! Bagi saya, dia sudah mati!" tegas Kanaya dengan penuh emosi, wajahnya pun masih basah karena air mata tak mau berhenti mengalir dari netranya yang sangat indah itu. "Kamu gak boleh begitu, itu adalah amanat! Permintaan terakhir dari ibumu! Pergilah, Kanaya! Kamu punya hak atas ayahmu, dia adalah seorang pengusaha sukses di Jakarta!" Diyah terus mendorong Kanaya untuk menyepakati amanat itu. "Tapi, Mbak ...." "Dari pada disini, kamu terus dipandang sebelah mata! Karena ibumu seorang mantan w****************a, orang-orang terus merendahkanmu! Pergilah Kanaya! Cari ayahmu dan raihlah kehidupan yang lebih baik di Ibu kota!" Kanaya belum bisa meng'iya'kan dorongan Diyah. Jika dipikir-pikir, kata-kata Diyah ada benarnya juga. Selama ini Kanaya masih saya dianggap sebagai anak p*****r dan gadis murahan karena kesalahan mendiang ibunya di masa lalu. Padahal, Kanaya adalah gadis baik-baik yang sekuat hati selalu menjaga kehormatannya. *** Namanya adalah Kanaya, Kanaya Jasmine. Dia lahir dari rahim seorang mantan tuna susila. Dan bahkan orang-orang terus mengolok-oloknya sampai sekarang bahwa Kanaya adalah anak haram yang lahir dari sebuah perbuatan dosa. Kanaya ingin menepis cibiran keji itu, tapi dia bisa apa? Selama ini dia hanya hidup bersama sang ibu yang sakit-sakitan terus dan kini beliau bahkan sudah tak ada di samping Kanaya lagi. Tak ada orang yang bisa melindungi Kanaya dari perundungan orang-orang dan godaan-godaan para pria nakal yang menganggap Kanaya sama seperti ibunya. Padahal, Kanaya adalah Kanaya! Gadis 21 tahun dengan tubuh ranum yang selalu menggoda hasrat lelaki p****************g mana pun. Wajahnya pun sangat cantik, teduh dan manis. Kanaya tinggal di sebuah kota kecil di pesisir kota Batam di dekat Pantai Melur. Setelah lulus SMA, Kanaya bekerja menjadi seorang waitress di cafe resort yang ada di kawasan pantai wisata itu. Tapi, demi memenuhi amanat terakhir ibunya, Kanaya sudah memutuskan untuk merantau ke ibu kota. Lagipula, dia juga sudah sangat lelah tinggal bersama orang-orang yang terus menganggapnya rendahan. *** Kanaya sudah mengemasi barang-barangnya. Tak banyak yang dia bawa, hanya sebuah tas berukuran sedang yang berisi beberapa potong pakaian dan beberapa dokumen penting seperti ijazah SMA dan berkas-berkas lainnya untuk melamar pekerjaan. Hanya berbekal uang tabungan yang tak seberapa, surat dan poto ayahnya serta ijazah SMA, Kanaya siap untuk memulai hidupnya yang baru. Dia sudah memesan tiket pesawat yang akan langsung menerbangkannya ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. "Kanaya!" Sebelum Kanaya masuk ke lorong menuju terminal keberangkatannya, tiba-tiba ada seorang pemuda berteriak memanggil namanya. Kanaya menahan langkahnya lalu menoleh. "Kak Abdi ...." gumam Kanaya. Pria itu adalah Abdi, pria yang ia suka selama ini. Tapi sayangnya keluarga besar Abdi selalu menolak dan menghinanya. "Kanaya ... kamu beneran mau pergi?" "Iya, Kak." "Kamu beneran gak mau nunggu aku buat meyakinkan keluargaku?" "Maaf, Kak ... aku harus pergi! Aku harus pergi karena ini adalah amanat mendiang ibuku! Kak Abdi adalah orang yang sangat baik, carilah perempuan yang baik yang juga bisa diterima oleh keluarga kamu, Kak!" "Tapi ...." "Sudahlah, Kak. Meskipun begitu, aku akan selalu mengingat Kak Abdi sebagai Kakakku yang paling baik!" Abdi tak kuasa menahan luapan emosinya. Dia sebenarnya tak rela membiarkan perempuan yang ia cintai selama ini harus pergi menyebrang pulau untuk mencari ayahnya sendirian. Abdi melepaskan kalung dari lehernya, sebuah kalung emas yang biasa ia pakai selama ini. "Kalau begitu, ambil ini Kanaya! Itu emas murni, beratnya memang gak seberapa, tapi itu bisa jadi bekal kamu selama disana!" Abdi memberikan kalung itu tepat pada telapak tangan Kanaya. "Tapi, Kak ...." "Please, jangan menolak! Aku gak bisa mencegah kepergian kamu, tapi setidaknya kamu jangan menolak pemberianku ini! Ambil lah! Semoga bermanfaat!" Kanaya sangat terharu, walau banyak orang yang memandangnya rendah tapi tak sedikit pula orang baik yang selalu peduli padanya. "Terima kasih banyak kalau begitu, Kak!" ucap Kanaya lalu menggenggam erat kalung itu. "Jaga diri kamu baik-baik ya!" "Pasti, Kak!" "Pergi lah! Mungkin suatu hari nanti, aku akan menyusul kamu ke Jakarta!" Kanaya mengangguk sambil tersenyum pasti, dan pengumuman keberangkatan pesawat yang akan Kanaya tumpangi sudah tersiar lagi. "Mohon perhatiannya, kepada para penumpang bla bla bla ...." Kanaya pun melanjutkan langkahnya sembari terus melambaikan tangannya pada Abdi yang juga melambaikan tangannya pada Kanaya. Kanaya tak peduli orang-orang selalu menghinanya, setidaknya dia masih memiliki orang-orang baik seperti Diyah dan Abdi. *** 90 menit kemudian, Kanaya sudah landing di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Ini adalah kali pertama dia pergi jauh dari kampung halamannya. Dan Kanaya membayangkan kemewahan dan hiruk pikuk kota seperti yang ia lihat di berita-berita dan acara televisi lainnya. "Heum, kira-kira bisa gak yaa aku ketemu sama aktor favoritku disini? Jakarta ini kan tempat tinggalnya para artis! Hihi!" gumamnya dan dia merasa senang telah menginjakkan kaki di kota baru ini. Kanaya akan memulai hidup baru sembari mencari tahu keberadaan ayahnya. Sebenarnya Kanaya ingin meng-skip bagian mencari ayahnya, tapi bagaimana pun juga itu adalah pesan terakhir dari mendiang ibunya. Kata Diyah, Kanaya bisa mencari indekos di sebuah daerah di jalan Kenanga di Jakarta Pusat. Disana banyak indekos yang bisa Kanaya sewa untuk tempat bernaung. Kanaya terus berjalan dengan tas besar di tangan kiri dan ponsel di tangan kanan serta tas selempang kecil di pundaknya. -Jakarta ... im coming!- Kanaya membuat story di akun media sosialnya. Dia mencoba memberi tahu orang-orang dalam kontaknya kalau dia baru saja sampai di Ibu kota. "Saya take off setengah jam lagi, tunggu saja--" BRUK! Praaaak .... Ponsel Kanaya jatuh dan berserakan di lantai bandara itu. Kanaya sampai terbelalak dan tak percaya kalau salah satu barang berharganya rusak begitu saja. Kanaya mengangkat wajahnya dan mencari tahu tersangkanya. Kanaya baru saja bertabrakan dengan seorang pria dengan stelan jas rapi dan kaca mata hitam. Kanaya silau. Dia ingin mengomel tapi melihat aura orang yang bertabrakan dengannya itu, Kanaya jadi gugup dan segan. Pria itu sungguh sempurna. "Why you so clumsy? Damn!" ( Kenapa kamu ceroboh sekali? Damn!) Sialnya, pria itu malah balik memarahi Kanaya. Padahal disini yang jadi korban adalah Kanaya karena ponselnya rusak tak karuan. 'Apa? Orang ini malah nyalahin aku? Apa gak salah?' batin Kanaya mulai kesal dan terpancing. "Siapa yang ceroboh? Anda juga gak menggunakan mata Anda dengan baik!" Dengan berani Kanaya membalas omelan pria itu. Pria itu melempar pandangannya pada Kanaya, dia buka kaca mata hitamnya dan jujur saja, Kanaya malah tambah berdebar-debar. Apakah pria ini titisan surga? Lihat wajahnya! Alisnya, lebar kening, kedua mata yang tajam berwarna coklat, hidung mancung, bibir tipis dan sedikit bulu halus yang baru saja dicukur bersih. Tak lupa dengan rahangnya yang tegas. Dia benar-benar sempurna! "Kamu sudah membuang waktu saya yang berharga!" gerutu pria itu lalu pergi begitu saja tanpa rasa bersalah, tanpa sepatah kata pun, kata 'maaf' misalnya. Kanaya tak percaya kalau pria sempurna itu ternyata minim akhlak. Kesal sudah pasti, kesan pertama yang sangat mempesona dan selanjutnya malah menyebalkan sekali. Ponsel Kanaya hancur dan sudah tak berbentuk lagi. Kalau pun Kanaya memperbaikinya ke counter handphone, pasti biayanya tak akan sedikit. "Arogan banget orang tadi! Cakep sih cakep! Tapi sikapnya ... iwwww!!!" gerutu Kanaya gemas lalu memunguti puing-puing ponselnya. Tak mungkin juga Kanaya membiarkannya berserakan begitu, bisa-bisa nanti dia disangka nyampah sembarangan. 'Ternyata benar kata ibu, kalau Jakarta ini sangat tak bersahabat untuk orang kecil seperti aku ... ibu ... Andai ibu masih disini, kita bisa menghadapi ketidak adilan ini bersama-sama!' batin Kanaya dan dia memasukan sampahnya ke dalam tas selempangnya. Awal mendarat di ibu kota, Kanaya sudah disambut dengan hal yang sangat menjengkelkan. Dia lanjutkan langkahnya, dan mencari taksi. Berharap uangnya cukup untuk bayar Argo taksi. Saat ini uang Kanaya tak terlalu banyak, hanya beberapa di rekening dan hanya beberapa uang cash serta kalung emas yang Abdi berikan tadi. Kanaya tak akan bisa menganggur lebih lama. Kanaya harus langsung mencari pekerjaan. Tak peduli walau nanti ia hanya akan bekerja sebagai seorang cleaning servis, Kanaya benar-benar tak peduli. Yang penting bekerja, mendapat gaji dan bertahan hidup. "Tolong antarkan saya ke jalan Kenanga ya, Pak." Kanaya sudah mendapat taksi dan meminta diantarkan ke jalan Kenanga pada sopir taksi itu. "Baik, Non!" Kanaya sudah meninggalkan Bandara menuju tempat pertama yang ditujunya. Kanaya menatap gedung-gedung tinggi, dia merasa kalau harapannya setinggi gedung-gedung itu. "Kalau aku sukses, aku ingin melalukan banyak kebaikan dan aku dedikasikan kebaikan itu untukmu, Ibu ...." lirih Kanaya dalam hati terdalamnya. Kanaya sangat menyayangi ibunya. Kanaya benar-benar menyayanginya. "Jalan Kenanga ya, Non? Jalan Kenanga nomor berapa?" tanya sopir taxi itu. "Heum, apa ini udah di jalan Kenanga, Pak?" "Iya, jalan Kenanga itu panjang Non, panjangnya sekitar 3 kilo meter, makanya, Non mau ke jalan Kenanga nomor berapa?" "Oh ...." Kanaya agak bingung. Tapi yang penting jalan Kenanga saja. Kanaya yakin dia akan menemukan indekos disini. "Disini saja, Pak!" "Oke." Setelah membayar argo, Kanaya turun dan kembali merasa asing dengan tempat barunya ini. Tempat baru adalah harapan baru. Kanaya berdiri di pinggir jalan dan agak kebingungan. Dia tak tahu harus memulai dari mana, tapi yang pasti dia kelihatan sekali seperti orang linglung saat ini. Sampai sebuah sepeda motor yang ditumpangi dua pria mencurigakan mendekat dan .... SRRTTTTT, ternyata mereka adalah jambret dan berhasil menggondol tas besar Kanaya hingga Kanaya shock dan panik tak karuan. "Eh ... jambret! Jambret! Toloooong!!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

BELENGGU

read
65.5K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
10.3K
bc

The CEO's Little Wife

read
633.9K
bc

After That Night

read
11.0K
bc

Revenge

read
20.3K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
58.2K
bc

Istri Lumpuh Sang CEO

read
3.8K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook