alert

768 Words
Sepasang mata itu mengawasi Vina yang tengah mengerjakan tugas mandiri dari guru mata pelajaran yang meninggalkan kelasnya untuk rapat. Jadilah kini di sampingnya ada Dava yang tadi mengancam Wati untuk berpindah tempat duduk sehingga dia bisa semeja dengan Vina. Bukannya ikut mengerjakan tugas Dava justru asyik menatap Vina sembari menyandarkan kepala di meja. Dava yang merasa bosan karena tidak melakukan apapun tiba-tiba menyeret buku tugas Vina yang membuat tulisannya tercoret. Tentu Vina menatap sebal Dava lalu merebut kembali bukunya. Sungguh Vina tidak pernah memancing untuk diganggu bahkan dia pun enggan meladeni dan memilih menghindar juga mendiamkan orang itu. Berharap dia akan ditinggalkan tanpa diganggu lagi. ”Serius banget sih Na” Dava iseng menjawil dagu Vina yang langsung diusap kasar oleh gadis itu. “Nanti lihat jawaban tugasnya ya” Vina merasa tidak nyaman selain takut Dava mengambil paksa buku tugasnya tapi juga posisi laki-laki itu yang terlalu dekat dengannya. Tiba-tiba buku Vina sudah ditarik oleh Adam dari sisi lain. Dia adalah salah satu dari komplotan Dava. “Balikin buku ku, aku belom selesai bikin tugasnya!” Vina mencoba merebut kembali sebelum bukunya sudah dilempar dan berpindah ke tangan Dava. “Tugasnya masih dikumpul besok pagi Na” “Iyaa kita liat dulu yang udah kamu kerjain” yang lain menimpali. “Kerjain sendiri! tugasnya kan ngarang bebas ga bisa sama” “Halaaah dasar kamunya aja yang pelit” “Ga pernah bantuin temen kamu tu Na” “Iya egois kamu Na” Mendengar semua ucapan teman-temannya itu Vina hanya bisa memejamkan matanya jengah. Bahkan tidak hanya Dava dan gerombolannya yang berkata seperti itu tapi juga teman perempuannya. cih teman? Vina sangsi mengakui mereka sebagai teman Banyak yang mau dekat dengannya karena berkaitan dengan tugas sekolah mereka. Vina akan dengan senang hati memberi tahu trik belajarnya membantu teman-temannya memahami materi dan cara mudah mengerjakan soal tapi nyatanya banyak dari mereka hanya mau contekannya saja. Bahkan saat ia dirundung seperti ini Vina harus bertahan seorang diri. “Na sesama temen itu harus saling bantu” ucap Dava tepat di depan Vina sembari menepuk wajah gadis itu dengan buku tugasnya. Kali ini Vina tidak lagi bersabar menghadapi Dava, ditatapnya tajam orang itu sembari berucap. “Siapa juga yang mau temenan sama tukang contek, ga butuh!” “WOW,,, waah berani juga ya Na, hei!! dengerin semuanya! Kalian ga boleh ada yang temenan sama Vina. Kalau sampai ada yang deket sama dia kalian akan tanggung akibatnya” titah Dava yang tentu saja akan diikuti seluruh teman sekelasnya. Semua orang tidak mau dirundung Dava and the geng. Bel berbunyi pertanda pulang sekolah, Vina memiliki kesempatan merebut buku tugasnya dan membereskan alat sekolahnya yang lain. “Heii makin berani ya kamu Na” “Ga peduli, s****n!” umpat Vina meninggalkan kelas. Sungguh dia sangat muak dengan Dava juga gengnya, bahkan dia juga membenci kelasnya, semua orang dikelasnya. Pelataran sekolah itu mulai ramai siswa yang akan pulang ke rumah. Dengan suasana hati yang buruk Vina ingin secepatnya sampai di rumah. Sudah dua hari ini dia dan Kiki sedang dalam mode tidak saling bicara. Entah Vina atau Kiki yang menghindar, nyatanya mereka berdua tidak saling bertegur sapa bahkan bertemu sekalipun. Dan karena hal itu entah di sekolah ataupun di rumah terasa salah bagi Vina. Di sekolah ada Dava yang menyebalkan dan saat melihat rumah Kiki pun Vina merasa sebal. Langkah Vina di antara kelindan siswa sekolah itu tertahan. Lengannya dicekal oleh Dava yang dengan terengah-engah mengejar Vina. Belum sempat Vina memberontak tiba-tiba Dava memajukan kepalanya dan tanpa berpikir panjang dia mengecup pipi kanan Vina. Otak Vina mendadak kosong, mukanya benar-benar pias. Orang yang berlalu lalang di sekolah berhenti begitu menyaksikan adegan cepat di pelataran sekolah itu dan dengan mereka pun bersorak. “Ciee Davaa” “Waah itu Vina kan ceweknya?” “Mereka pacaran ya?” Seperti itulah tanggapan orang di sana yang tidak bisa Vina dengarkan karena dia tidak bisa berpikir jernih. Mukanya memerah karena marah juga malu. Pelakunya masih di depan Vina yang dengan senyum tanpa bersalah justru berbahagia. “Sampai ketemu besok Na” Dava melenggang pergi masih menyisakan Vina dengan kilatan amarah yang tertahan di matanya. Gadis itu begitu terkejut hingga tak sanggup berpindah tempat. Ia juga begitu malu, kini semua orang berbisik-bisik membicarakannya. Vina ingin sekali memukul muka menyebalkan Dava yang sempat melempar senyuman miring mengiringi kepergiannya. Kebekuan Vina berakhir hingga seseorang mendorong pelan bahunya, membuatnya harus berjalan. Orang itu adalah Kiki yang tentu saja tadi melihat kejadian yang baru saja terjadi. Sepertinya perang dingin antara keduanya akan usai. Lagi-lagi selesai dengan sendirinya seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Keduanya tidak bisa bertengkar untuk waktu yang lama.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD