Housemates With The Boss - 18

1525 Words
Suara ketukan pintu terdengar pelan. Danu yang tengah fokus memeriksa tumpukan berkas di depannya mengarahkan pandangan ke arah pintu dan kemudian berkata; “Masuk!” Agung melangkah masuk sambil tersenyum. Dia menutup pintu itu kembali dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Meskipun baru beberapa hari ini bekerja bersama Danu, namun Agung sudah melakukan riset kecil-kecilan tentang atasan barunya itu. Bagaimana pun juga dia memang sudah lama mendengar nama sosok Danu yang merupakan putra mahkota dari Baskoro Group. Dan salah satu hasil riset itu menjelaskan bahwa Danu paling tidak suka seseorang menerobos ruangannya dengan sembrono. Ia juga tidak suka jika mendengar suara pintu yang dibanting. Itu adalah bagian yang bisa saja membuat Danu murka. “Ini laporan yang tadi anda minta,” ucap Agung sambil menyerahkan sebuah berkas. Danu mengambil berkas itu, lalu meletakkannya di sisi meja yang masih kosong. “Nanti akan saya periksa.” Agung mengangguk. Danu pun kembali melanjutkan aktivitasnya, tapi kemudian dia sadar bahwa Agung masih berdiri di sana. “Ada apa?” tanya Danu. “I-itu … tentang karyawan baru yang bernama Eilish … apa anda tetap akan memecatnya? Saya sudah menyiapkan alasan untuk memecat dia … tapi saya tetap berpikir bahwa, semua ini terlalu cepat dan ….” Agung tidak menyelesaikan kalimatnya. Ya, Danu memang berniat memecat Eilish sejak hari pertama ia melihat perempuan itu. Bagi Danu, sosok Eilish adalah semacam bom waktu yang bisa meledak kapan saja, lalu menghancurkan segalanya. Eilish adalah hama pengganggu yang harus segera dibasmi demi kesehatan psikis. Ketidaksukaan Danu pada Eilish mencapai puncaknya saat tragedi koper yang terguling beberapa hari yang lalu. Sejak hari itu Danu langsung meminta Agung untuk menyingkirkan Eilish, tetapi Agung meminta sedikit waktu untuk bisa melakukannya. Dan sekarang … Agung sudah merancang sebuah alasan yang cukup masuk akal untuk memecat Eilish. “Jadi dia kan kebetulan tidak mengumpulkan proposan miliknya. Saya rasa itu bisa jadi alasan yang cukup untuk memberhentikan dia,” jelas Agung. Danu mengembuskan napas pelan. “Tidak perlu.” Eh. Agung menatap bingung. “T-tapi bukannya kemarin ….” “Biarkan saja … karena perempuan itu sedang menggali kuburannya sendiri. Dan sebentar lagi … dia akan pergi dari sini dengan kakinya sendiri,” ucap Danu sambil tersenyum sinis. . . . Eilish tak henti-henti menggaruk kepala yang sebenarnya tidak terasa gatal. Sesekali matanya kembali menerawang jauh entah apa yang sedang ditatapnya. Di lain waktu mata itu juga terpejam cukup lama. Eilish tengah memaksa otaknya untuk memikirkan sebuah ide briliant yang bisa memenangkan hati Danu. Dia terus berpikir. Terus berpikir. Lagi-lagi berpikir. Tanpa henti. Tanpa jemu. Namun tak ada ide yang melintas sama sekali. Eilish mengembuskan napas gusar. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore lewat lima belas menit. Semua rekan-rekannya sudah pulang lima belas menit lalu, tapi Eilish memutuskan tetap di sana untuk menyelesaikan proposalnya. “Kenapa otakku nggak mau diajak berpikir, sih,” desis Eilish kemudian. Eilish beralih mengambil handphone-nya dan membuka akun ** sebentar. Jemarinya kini sibuk menggulir beranda **. Sejenak ia larut dalam euforia media sosial yang penuh kepalsuan itu. Eilish cukup terhibur. Hingga kemudian jemarinya berhenti menggulir saat ia melihat foto seorang lelaki yang akhir-akhir ini menjadi idola baru di tanah air. Sosok lelaki itu memiliki nama asli Lee Hun. Namanya tenar setelah sosok itu aktif memposting video cover dance K-Pop di akun t****k miliknya. Terlebih ia juga dibekali dengan wajah yang sekilas memang mirip Song Jongki. Mata mereka sama-sama dua. Lubang hidungnya pun juga sama-sama dua. Song Jongki mengunyah makanan memakai giginya, Lee Hun pun juga melakukan hal yang sama. Song Jongki laki-laki, Lee Hun pun juga mahluk berbatang. So, benar-benar banyak sekali kemiripannya bukan? Eilish menggeleng pelan. Dia sebenarnya kurang begitu suka melihat perkembangan anak bangsa yang kini terlalu mendewakan para idol-idol dari negeri ginseng berikut juga dengan ke-latahan anak-anak muda sekarang yang langsung mencoba meniru-niru artis atau pun idol Korea. Seperti Lee Hun ini, Eilish pun tak henti mencebik saat melihat postingan Lee Hun. Postingan itu tak lebih dari kumpulan foto selfie yang sepertinya sudah melalui proses filter dan edit yang cukup banyak. Tapi meskipun begitu, jumlah like dan komentar di setiap postingan Lee Hun sungguh luar biasa ramainya. Jika semua orang yang me-like postingan itu dikumpulkan, stadion Gelora Bung Karno sekalipun tidak akan bisa menampung jumlah mereka semua. Ya iyalah, ya …. Eilish menyudahi sesi istirahatnya dan meletakkan handphone itu kembali di atas meja. Sekarang waktunya kembali berpikir. Ide apa yang kira-kira bisa mendongkrak penjualan produk makanan cepat saji itu. Tiba-tiba Eilish kembali melirik handphone-nya, sosok Lee Hun sang idola baru itu pun juga langsung mencul dibenaknya. Seketika sudut bibir Eilish terangkat. Hal itu menandakan bahwa dia sudah menemukan ide yang cukup hebat. “Okey … sepertinya ini akan menjadi proyek yang luar biasa,” bisik Eilish kemudian. . . . Suasana kantor yang tadinya ramai dan terang kini mulai sedikit merasa mencekam. Kegelapan sudah menguasai sebagian besar sudut kantor yang lampunya memang sengaja dimatikan demi penghematan. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, tapi Danu masih betah berada di ruang kerjanya. Lelaki berusia 25 tahun itu masih meninjau ulang segala perencanaan proyek yang akan digarap. Sejauh ini semuanya berjalan sesuai dengan keinginan Danu dan dia cukup senang akan hal itu. Danu meregangkan tangannya sejenak. Pekerjaannya tinggal sedikit lagi, tapi rasa kantuk mulai datang menyerang. “Sepertinya aku membutuhkan secangkir kopi,” bisiknya. Tidak ada siapa-siapa lagi di sana. Danu terpaksa turun ke bagian dapur yang ada di lantai satu. Suasana dibawah sana sedikit terlihat horor, tapi Danu santai saja karena dia memang tidak pernah percaya dengan hal-hal berbau mistis. Derap langkah kaki Danu terdengar jelas di bawah kegelapan. Dia berjalan menuju dapur yang terlihat terang di ujung sana. Tapi kemudian, langkah kaki Danu terhenti. Dia merasa ada udara dingin yang menyergap kuduknya. Danu merasa sedang di awasi. Ia merasa seperti ada yang tengah mengintainya. Glek. Danu meneguk ludah, lalu berbalik. Dan ternyata … Kosong. Tidak ada siapa-siapa di belakangnya. Namun kemudian perasaan ganjil itu tetap ada. Danu melayangkan pandangannya ke atas secara perlahan untuk melihat ke lantai dua. Deg. Danu tergelinjang kaget melihat sosok perempuan dengan rambut tergerai itu. “Astaga ….,” desisnya kemudian. “APA YANG KAMU LAKUKAN DI SANA, HA?” bentak Danu kemudian. Eilish yang sudah berwajah kuyu dengan rambut kusut itu hanya tetap berdiri tegap. “Kenapa kamu masih ada di sini …!?” tanya Danu lagi dari lantai bawah. Suaranya terdengar menggema sekarang. “Apakah anda ke bawah untuk membuat kopi?” tanya Eilish. Suaranya juga terdengar menggema. Danu mengembuskan napas kasar, lalu berbalik kembali dan melanjutkan langkahnya menuju dapur. “Sial … aku nyaris terkena serangan jantung. Sebenenarnya apa yang ia lakukan di si-- AAAAAAAA …!!!” Danu berteriak histeris saat tiba-tiba Eilish juga sudah berjalan di sampingnya. “SEJAK KAPAN KAMU ADA DI SINI, HA …!!!” bentak Danu sambil melirik ke atas sana. Eilish seperti sosok hantu yang bisa berpindah dengan sangat cepat dan hal itu membuat Danu sedikit merasa takut. “S-saya dari tadi ingin membuat kopi, tapi saya takut turun ke bawah sendirian,” ucap Eilish lirih. “Lalu apa urusannya dengan saya? Dan kenapa juga kamu belum pulang?” “Saya sedang menyelesaikan proposalnya,” jawab Eilish lesu. Danu memerhatikan perempuan itu lekat-lekat. Wajahnya sudah terlihat kuyu. Rambut panjangnya yang tadi pagi terikat rapi kini sudah menjelma seperti rambut kuntilanak. Danu hanya menggeleng pelan dan bergegas mengambil sebuah cangkir lalu menyeduh kopi kemasan yang memang disediakan di sana. Di sisi lain, sosok Eilish langsung menyalakan air keran di bak cuci piring, lalu membasuh wajahnya. “Aaaah segar sekali,” ucapnya pelan. Danu hanya menatap sengit sambil mengadk-aduk cangkir kopinya dan bersiap untuk pergi. “T-tunggu …!!!” Deg. Danu lagi-lagi terkejut karena teriakan Eilish. “Apa lagi, sih?” Danu berbalik pelan. “T-tunggu sebentar. Saya juga hampir selesai.” Eilish buru-buru merobek kemasan kopi instan hingga berserakan ke mana-mana. Dia juga mengucurkan air dengan tidak berhati-hati hingga melimpah dan mengenai tangannya. “Aaah … panas!” Danu mengembuskan napas kasar, lalu melangkah pergi. Dan sosok Eilish pun juga bergegas mengikutinya. “Waah … saya seperti mendapatkan energi baru lagi setelah meminum kopi ini,” ucap Eilish yang sudah menyeruput cangkirnya sambil berjalan. “Sepertinya kamu memang harus belajar tata krama, bagaimana bisa meminum kopi sambil berjalan seperti itu, ha.” Eilish mencibir. “Minum kopi sambil kayang sekalipun juga nggak ada masalahnya. Kenapa, sih orang-orang suka sekali mengkotak-kotakkan sesuatu menjadi baik dan tidak baik. Padahal baik bagi seseorang belum tentu baik untuk orang lain dan juga sebaliknya. Kenapa kita harus hidup dalam penilaian orang lain?” “Jangan sok bijak dan berhenti berbicara dengan saya!” Danu menatap kesal. “Padahal anda yang memancing saya untuk berbicara seperti itu.” Danu hanya berdehem dan mempercepat langkahnya. Mereka pun sudah tiba di lantai dua dan Eilish tiba di pintu ruangannya lebih dulu. “Selamat lembur Pak Bos … kalau butuh sesuatu, Bapak bisa memanggil saya!” pekik Eilish di depan pintu ruangannya. Danu tidak menjawab sama sekali. Dia malah mempercepat langkahnya, masuk ke dalam ruangan, lalu kemudian mengunci pintu itu. “Ya Tuhan … lindungilah aku dari gangguan perempuan yang terkutuk itu,” bisiknya kemudian. . . . Bersambung …
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD