Info

505 Words
Seorang lelaki tampan sedang duduk santai sambil menikmati secangkir kopi yang dibuat oleh asistennya. Matanya lekat meneliti si gadis. Hmm... sepertinya dia bisa jadi kandidat yang cocok. Masih muda, umur awal dua puluh tahun, pastinya sel telur dalam kondisi sangat bagus. Pintar dan cerdas, agak sedikit pembangkang sih, tapi semoga itu gak menurun pada anakku. Walau tidak yang cantik banget, tapi kalau dilihat-lihat cukup manis. Daripada aku membayar perempuan dengan latar belakang yang tidak jelas, mendingan dia aja deh.  Gadis itu tampak serius melihat laptop di depannya, hingga tidak menyadari bahwa si bos menatapnya penuh minat walau dengan pandangan mata yang misterius. Entah ide apalagi yang ada di otak gesrek bos tampannya itu. Bekerja selama setahun lebih menjadi Personnal Assistant si bos ganteng ini, membuatnya sedikit banyak tahu karakternya yang sedikit nyentrik. Terkadang punya ide yang dia rasa tidak masuk akal. "Aku ingin kamu hamil anakku." Suasana hening itu terpecah oleh perkataan mendadak si bos yang lagi-lagi absurd.  Tuh kan, baru juga berdoa semoga si bos gak punya ide aneh, eeh malah kejadian. Seharusnya aku gak boleh mbatin apa ya? Nih bos kesambet penunggu pohon kamboja depan kali nih?  Pikir si gadis.  Menghadapi si bos yang nyentrik memang butuh kesabaran. Tapi kali ini ide itu terasa sungguh sangat aneh. Apa coba, tiba-tiba minta dia untuk hamil anaknya si bos? Ditutupnya laptop dengan sangat anggun, kemudan lehernya menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti coba mencari sesuatu. "Bapak barusan ngomong ke saya?" Tanyanya dengan senyum yang terkesan dibuat manis, padahal mah inginnya dia menampar bos gesrek itu.  "Enggak. Aku ngomong ama tembok di belakang kamu itu." Jawab si bos dengan wajah yang sangat kesal. Gadis itu berdiri kemudian berjalan dengan anggun menuju sofa di depannya di mana bos gantengnya sedang duduk santai sambil memegang cangkir kopi.  "Pak, saya baru tahu loh kalau tembok itu bisa hamil. Bapak sehat kan? Gak lagi kumat? Gak kesambet penunggu pohon kenanga depan itu kan? Makanya kan saya udah bilang, tanam aja pohon pisang kalau panen bisa saya goreng. Ini bapak juga cuma sedikit anget aja, saya ambilkan obat penurun panas ya." Tiba-tiba punggung tangan si gadis sudah hinggap di kening si bos, membuat lelaki tampan itu mendelik kesal. Disingkirkan tangan mungil nan lentik itu dari keningnya. "Aku ingin kamu hamil anakku!" Lagi-lagi, kembali kalimat dengan enam kata itu diucapkan si bos.  Gadis tadi menjadi kesal, dia pergi menjauh sambil menghentak kakinya. Andai si bos tahu ucapan sumpah serapah yang diumpatkan si gadis kepada bos gantengnya itu.  Ganteng tapi edan mah percuma! Dasar dodol.  "Hei, kamu mau ke mana?" Teriak si bos. "Ambil air zam-zam buat bapak!" Jawab si gadis. "Buat apaan? Ini ada air mineral." Tanya si bos lagi. "Buat ruqyah bapak!" *** Proyek yang entah kapan akan terealisasi. Bisa jadi barengan ama Arfi - Kinan atau malah lebih dulu atau malah Juli hehe. Kalau Badai Pasti Berlalu sudah bisa ditebak pasti sedih, sedangkan yang ini - Bos vs Asisten, Insya Allah akan ada sedikit unsur komedi seperti di A Boss Desire.  Cuma bisa berkata : Mohon sabar menunggu ^_^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD