1. Rambut di Halte

1515 Words
Rambut di halte aja udah gitu, Apa kabar yang di terminalnya? ~ Jingga lagi pms ~ ——— Seorang gadis tergesa-gesa keluar dari sebuah gedung sambil sibuk mengutak-atik ponsel pintarnya. Sesekali si gadis itu tersandung membuatnya mendumel dalam hati. "Duuh... nih kenapa driver gak ada yang respon sih?" Beberapa kali si gadis membatalkan dan membooking layanan taksi online. Sepertinya dia ada suatu urusan penting banget. "Aaah... akhirnya, alhamdulilah..." Akhirnya si gadis menghembuskan nafas lega karena orderannya direspon. Dilihatnya sekali lagi ponselnya, mencoba mengingat nomer plat dan merk mobil online itu tapi karena panik dia lupa memperhatikan foto si driver. Tak sabar, si gadis segera keluar dan kepalanya celingak celinguk mencoba mencari. Dilihat di depannya ada sebuah mobil dengan keterangan seperti di ponselnya. "Aaah itu dia. Sisuzi Vertigo no plat B 1864 Pe Kiyuuu Eeel. Eeeh... eeh... mas... mas... mau kemana? Jangan pergi." Si gadis berteriak dan segera berlari ke arah depan, ketika dilihatnya seorang lelaki muda tampak keluar dari sisi pintu kemudi. Si lelaki itu tampak bingung. "Eeeh... ada apa ya mbak?" Tanya lelaki itu. "Kok pake tanya ada apa sih? Ayuk cepet buruan ini teman saya nanti keburu lewat kalau saya gak segera ke rumah sakit." "Tapi..." si lelaki muda tampak hendak menyanggah. "Gak ada tapi-tapi... ayuuuk cepeeeet mas, kalau temen saya sampai koit, mas saya tuntut loh!!" Bentak si gadis itu dengan galak. "Laah kok begitu mbak?" "Udah mas, cepetan jalan. Atau saya aja yang nyetir ya?" Si gadis manis itu tetiba sudah duduk di kursi penumpang depan. Nadanya setengah mengancam, sambil melihat ke arah si lelaki muda tadi, yang dia sangka adalah driver taksi online. "Iyaa... sebentar ya, satu menit. Saya kabari teman saya dulu." Kata si lelaki muda tadi, segera mengambil ponselnya dan tampak mengetikkan sesuatu. Bibirnya tampak tersenyum samar, takjub dengan kelakuan si gadis. Sementara si gadis melirik ke arah ponsel lelaki muda tadi. Gilee... driver online itu penghasilannya emang gede banget kali ya? Ponselnya aja yang smartphone terbaru yang ada gambar buahnya. Itu kan mihil banget ya? Apa dia beli di black market? Atau aku perlu nyambi jadi driver online juga kali ya? Tapi pakai mobil siapa? Lah ke kampus aja pakenya ojol kalau lagi malas bawa si pinky, mio maticnya. "Eeh mas, kita lewat tol aja ya biar cepat." Perintah si gadis. "Emang kita mau ke mana ya mbak?" Tanya si lelaki muda itu dengan bingung. "Looh kok mas gak baca sih di ponselnya? Kan di aplikasinya udah tertera kalau saya mau ke rumah sakit X di daerah Senen. Percuma ponsel super canggih tapi gak dimanfaatin. Unfaedah iih." Si gadis manis tadi mencebik. Si lelaki itu kembali hanya tersenyum samar. Ketika hendak membayar tol, tampak si gadis yang sibuk mengubek tas ranselnya mencari e toll card. "Duh mas, maaf, tolong bayarin dulu ya tolnya. Nanti saya bayarnya sekalian. Kartu saya gak ketemu nih." Si gadis berkata dengan nada memelas, menoleh ke arah kanan. Dan pipinya langsung bersemu merah saat menyadari bahwa lelaki muda itu ternyata..., ganteng! Anjriitt... Nih si mas ganteng bingidd. Gak salah nih, dia driver online? Atau jangan-jangan dia pangeran yang menyamar? Turun dari istana untuk menemuiku, jodohnya?  Atau dia CEO yang sedang iseng jadi driver online untuk cari jodoh rakyat jelata? Secara aku jomblo akut. Kepala si gadis menggeleng-geleng mengusir segala imajinasi tentang lelaki muda itu. Si lelaki muda itu balas menoleh, tersenyum ketika melihat pipi kemerahan di wajah si gadis, dan berkata "Pakai ini saja gak papa." Diambilnya selembar kartu e toll card yang ada di dashboard. Untung tadi belum aku masukin dompet nih kartu. Si gadis kembali terheran melihat saldo yang tertera di e toll card itu. Haa? Sumveeh nih, saldo e toll card aja satu setengah jeti? Apalagi saldo atmnya ya? Duuuh bener-bener pangeran yang menyamar kali ya dia. Penasaran ditambah kepo tingkat tinggi akhirnya si gadis bertanya, "Mas... boleh nanya gak? Tapi jangan marah ya." Si lelaki itu mengangguk. "Eummm... smartphone mas itu edisi super terbaru. Jam tangan yang dipakai bukan jam tangan yang dijual di Senen dengan harga ratusan ribu, terus saldo e toll card sampai satu setengah juta. Sebenarnya mas itu...." Reflek si lelaki muda tadi menoleh ke arah kiri dan heran dengan atensi yang diberikan si gadis. "Sebenarnya apa?? Kok gak dilanjutin pertanyaannya?" "Euummm... mas itu CEO sebuah perusahaan yang menyamar jadi driver online ya? Kenapa?" Tembak si gadis langsung. Si lelaki itu menoleh ke arah si gadis dan tertawa terbahak sampai bahunya berguncang. Tapi dilihatnya wajah si gadis yang tampak serius. "Sebenarnya saya tuh..." Jawaban si mas driver terpotong karena ada dering ponsel yang menjerit dari si gadis. "Ya hallow..." malas-malasan si gadis menjawab. Karena hanya tertera nomer provider tapi tanpa nama. "Loh loh... saya udah naik kok pak. Mobilnya kan Sisuzi Vertigo B 1684 PKL? Ini saya udah di tol kok pak." Jawab gadis itu dengan nada mulai panik. "Haa... apaaa?? Eh apa? PQL? Bukan PKL?  Eeh... eeh bentar... pak bentar, jangan ditutup."  Si gadis segera menoleh ke arah kanannya dan bertanya dengan nada serius, "No polisi mobil ini dong mas?" "Eumm..??" Si lelaki tadi berpura konsentrasi menyetir. Sebenarnya dia sendiri tidak hapal lebih tepatnya tidak tahu no polisi mobil yang sedang dikendarainya. Lah wong memang bukan mobilnya. Kebetulan saja dia bawa mobil itu karena tukar pakai dengan temannya. "Paaak, mohon maaf bangettt, saya salah naik mobil nih. Aduuh gimana dong ini? Mana saya udah di mobil gak tahu sama siapa nih. Bapak nanti tolong saya kalau ada apa-apa ya pak, tolong langsung lapor polisi yaa.” Pinta gadis tadi dengan suara pelan. "Iyaa, pak nanti saya cancel orderannya. Maaf ya pak." "Mas...! Mas...! Saya jangan dicuekin dong." "Duuh mbak... kenapa sih berisik banget? Dari tadi ngomel melulu. Saya kan harus konsentrasi menyetir nih." Keluh si lelaki muda tadi. "Bilang dulu, Mas ini siapa? Terus kenapa bisa nyetir mobil ini? Terus kenapa mau aja saya suruh-suruh?" Pertanyaan bertubi-tubi dari si gadis manis. "Loh kok baru nanya? Kan dari tadi saya mau jelasin sama mbaknya diselak terus. Gimana saya bisa jelasin coba?" "Tapi mas ini siapa?" "Nama saya Reino. Saya memang bukan driver online tapi saya juga bukan CEO kok mbak. Ceo itu yang kaya di novel-novel roman itu kan ya? Yang di usia 20an udah punya perusahaan besar, karyawan ratusan, kaya raya, duit tak berseri, player tapi dingin. Hehe emang in the reality ada tuh kaya gitu? Cewek-cewek tuh ya, senengnya mimpi, ketinggian pula." Tutur Reino menyebutkan kata CEO seperti beo, tidak mau melafalkan seperti orang kebanyakan. "Mas apanya Reino Barrack? Kok nama mirip sih? Pantesan tajir ya? Sodaraan? Terus kalau mas bukan driver online kenapa tadi mau aja saya suruh-suruh?" Kejar si gadis. "Lah tadi saya kan udah bilang, mbaknya yang maksa saya, pakai ngancam mau dilaporin ke polisi. Toh lagian saya juga mau ke arah Menteng sih, jadi ya sudahlah, lumayan bisa bantu mbaknya yang panik banget gini. Emang temannya kenapa mbak?" Jawab Reino. Si gadis tampak malu karena salah mengira dan bahkan sampai memaksa si mas untuk mengantarkannya. Dari BSD ke Senen jaraknya lumayan jauh. Gak cuma lumayan, tapi memang jauh. Untunglah ini hari Sabtu, jadi jalanan rada bersahabat. "Eumm itu teman satu kos saya harus operasi usus buntu secepatnya. Atm dia hilang, belum sempet bikin lagi ke bank jadi mamanya transfer ke rekening saya. Mana tadi saya kan lagi asyik lihat buku di Big Bad Wolf kan jadi rusuh." "Ooo..." Jawab Reino. Si gadis tadi melirik dan hanya membatin saja, melihat tangan Reino yang ditumbuhi rambut-rambut khas lelaki. Membuatnya menelan ludah. Udah hwatt, kayanya tajir, seksih pula... . Rambut di tangannya Gusti..., baru di halte aja udah kaya gitu, apalagi di terminal ya? Tuh perut kaya roti sobek gak ya? Duh Gusti... ini kenapa aku jadi m***m sih? Efek menjelang akhir mens jugakah? Kata teman-teman  kalau menjelang akhir mens mereka suka lebih h***y, laah aku mana pernah perhatiin hal kaya gitu ya wong tamu bulananku datangnya sesuka hatinya hiks hiks. Tapi mungkin benar kali ya. Aku kok jadi mupeng sama nih mas. Tapi jangan sampai ntar keluar di headline koran-koran somplak itu berita yang isinya: Seorang Supir Online yang Ganteng, Diperkosa oleh Penumpang Perempuan. Tanda-tanda Kiamatkah? Ampuuun... Gusti... ini kenapa jadi aneh gini sih otakku? Husss husss... Si gadis tampak sibuk menggerakkan tangannya seperti mengusir lalat, sambil menggelengkan kepalanya. Imajinasinya melenceng terlalu jauh. "Mbak... mbak kenapa?" Suara Reino terdengar khawatir melihat tingkah aneh si gadis, yang belum dia tahu namanya. "Eeh... gak papa kok mas..." Gadis tadi tampak malu. “Mas, tapi Mas bukan penculik kan ya? Saya gak akan diculik kan? Jangan ya Mas, sumveh deh tubuh saya korengan nih,  mana saya punya sakit TBC pula, awas loh nanti ketularan kalau dekat-dekat.” Si gadis mulai membuat alasan agar lelaki itu tidak mempunyai pikiran jelek padanya. Tiba-tiba dia teringat berita tentang penculikan dan p*********n yang akhir-akhir ini marak. Ya Tuhan, ampuni dosa hamba. Mama papa, maafkan anakmu ini, janji deh janji akan nurut sama mama papa kecuali yang satu itu ya. “Wah ide bagus tuh mbak. Kebetulan saya juga sudah lama gak menikmati... Adduuuh hei hei hati-hati ini saya lagi nyetir!” Seketika mobil oleng dan beberapa saat kemudian terdengar suara benturan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD