04. Madness

1388 Words
"Stop here!" Tyo memerintahkan driver untuk menghentikan laju mobil mereka saat melewati sebuah restoran Asia. Sang driver pun kontan menepikan mobil yang sedang dikemudikannya. Sedikit lebih jauh karena tak bisa mendadak berhenti setelah melaju dalam kecepatan tinggi. "Pak? Anda ingin berhenti di sini?" Yasmin bertanya untuk memastikan keputusan atasannya itu. "Iya. Kamu kembali ke hotel duluan aja. Setelah ini jadwal kamu bebas sampai besok kita ke perkebunan anggur lagi." Jawab Tyo menjelaskan kepada Yasmin. "Baik, Pak." Yasmin menuruti perintah Tyo. Kegirangan karena mendapatkan waktu bebas untuk sore ini. Tyo turun dari mobil dan berjalan menyusuri boulevar menuju ke sebuah restoran Asia yang tadi dilihatnya dari mobil. Yah restoran yang sama dengan restoran tempatnya bertemu dengan Renata tiga hari lalu. Sudah tiga hari berlalu, namun bayangan tentang gadis cantik itu sama sekali tidak mau pergi dari benak Tyo. Bayangan yang terus saja berkelebat dan menari-nari di sana tanpa kata permisi. Membuat Tyo setengah gila karena tak bisa sedikit pun berkonsentrasi dalam segala urusan kesehariannya. Senyuman indah merekah di bibir yang merah merona bagaikan bunga mawar. Tatapan tajam dari kedua bola mata coklat yang jernih. Bentukan hidung, pipi dan tulang rahang yang terpahat sempurna di wajah. Serta rambut panjang berwarna coklat tua yang menari-nari mengikuti tiupan angin. Membentuk suatu kesatuan utuh yang sangat cantik mempesona dari seorang Renata. Bayangan nyata yang ada di dalam benak dan pikiran Tyo. Tyo mengambil duduk di kursi yang sama seperti tiga hari yang lalu dia tempati. Memesan makanan dan minuman yang sama pula, lalu menikmati sore harinya di sana dalam diam. Berkutat dengan berbagai pekerjaan di layar pintar dalam genggamannya sambil sesekali menatap ke kursi kosong yang pernah ditempati oleh Renata. Membayangkan seolah gadis itu sedang berada di sana. Duduk sambil menggambar di buku sketsa dan menyenandungkan lagu sedih nan rindu. Sial! Apa yang sudah aku lakukan sih? Kenapa aku bertingkah menyedihkan begini bagaikan orang gila? Cukup lama Tyo duduk di restoran itu. Menantikan kedatangan Renata sambil menikmati sajian makan malamnya. Namun sama halnya dengan kemarin dan sehari sebelumnya, sosok yang Tyo nantikan tak kunjung tiba juga. Bukannya aku udah ngasih kartu nama? Kok kamu gak hubungin aku sih, Renee? Aku kan kangen sama kamu! Keluh Tyo sambil mendengus pasrah dan kecewa. Seluruh harga dirinya sebagai seorang cassanova abad milenium seakan dihempaskan begitu saja di hadapan Rena. Dirinya yang selalu dikejar-kejar oleh berbagai macam wanita, tak sedikit wanita yang rela melakukan segalanya untuk bisa mendapatkan kartu namanya itu. Namun kenapa Rena bahkan tidak sekalipun menghubungi dirinya bahkan setelah tiga hari berlalu sejak pertemuan mereka? Bukankah aku sudah bilang bahwa aku akan menunggunya di sini? Kenapa dia tidak datang? Renee, kemana lagi aku harus nyari kamu? Aku ingin ketemu! "Bonjour," sebuah sapaan dari seorang wanita menyapa dan membuyarkan lamunan serta permainan pikiran Tyo. Rena? Kamu kah itu? Akhirnya kamu datang juga! Tyo buru-buru mengalihkan pandangannya dari layar pintar yang sedang dia pegang. Untuk melihat siapa gerangan yang menyapa. Hati Tyo mencelos kecewa saat menyadari yang menyapanya bukanlah Renata, gadis yang dinanti-nanti olehnya. Melainkan seorang wanita yang cukup cantik dan seksi dengan rambut blonde sepunggung. "Bonjour," Tyo membalas sapaan itu. "May I sit here?" Tanya si gadis blonde minta ijin untuk duduk di kursi yang semeja dengan Tyo. Dalam keadaan yang normalnya, Tyo pasti tak akan menolak tawaran itu. Bagaikan kucing yang dikasih ikan pindang kan? Namun sejak bertemu dengan Renata entah kenapa Tyo sama sekali merasa tidak tertarik dengan wanita yang lainnya. Seolah semua terkalahkan dan tertutupi oleh pesona dari seorang Renata. "I'm sorry, I have someone to wait." Tyo menolak dengan sopan, menyatakan bahwa dia sedang menanti seseorang. Si gadis cukup tahu diri untuk beranjak pergi menjauh darinya. Tidak hanya hanya sekali Tyo disapa oleh seorang wanita sore itu. Beberapa kali wanita-wanita cantik nan sexy khas kota Paris menyapa dirinya, meminta untuk duduk menemaninya di restoran. Namun Tyo tetap bertahan untuk menolak. Tetap dengan bayangan Rena yang seolah duduk menemaninya di sana. Selama tiga hari ini, Tyo juga sudah mencoba untuk menepis bayangan Renata. Menolak untuk mengakui kegilaan dalam jiwanya hanya karena seorang wanita saja. Dia berkenalan dengan beberapa wanita cantik lainnya di kota ini. Paris benar-benar surganya para wanita, dan tidaklah sulit untuk menemukan wanita cantik guna diajak berkencan di kota ini. Namun entah mengapa Tyo merasa hampa, jauh berbeda dengan perasaan saat bersama dengan Renata. Tak ada satu pun dari wanita-wanita lain yang dapat memberikan damage yang seperti Renata berikan kepada dirinya. Lebih jauh lagi, Tyo juga tidak merasakan apapun kecuali kekesalan saat wanita-wanita teman kencannya di Indonesia menghubungi dirinya. Saat menerima panggilan telpon, Vidio call bahkan saat mereka menunjukkan foto seksi atau berpose sensual saat panggilan Vidio. Hambar, gak ada rasa atau getaran di jiwa. Sama sekali berbeda dengan apa yang dia rasakan dari Renata. Kenapa ini? Bagaimana bisa aku tidak tertarik dengan wanita lainnya? Ini benar-benar suatu kegilaan yang tak pernah aku alami sebelumnya. Madness! "Excuse me, do you know the girl that sit here there days ago? The girl who ordered dimsum and drawing something on her book." Tyo bertanya dengan putus asa kepada salah satu waiters restoran. Waiters wanita yang sama seperti tiga hari yang lalu. Menanyakan tentang gadis yang duduk di sini tiga hari lalu. "Do you mean Miss Renata?" Sang waiters balik bertanya. "Yes. Do you know her?" Seakan ada angin segar yang bertiup seketika di d**a Tyo demi mendengar nama itu disebut. "She is a reguler costumer that often come here." "Apa Renata pernah datang ke sini akhir-akhir ini?" Tyo semakin semangat untuk mencari informasi tentang Renata. "Tidak, mungkin dia sibuk dengan pekerjaannya sebagai model." "She is a model?" Kedua mata Tyo terbelalak demi mendengar berita itu. Bagaimana bisa ada seorang model secantik itu, dari Indonesia pula yang luput dari pengetahuannya? Tyo benar-benar merasa kecolongan mengetahui kenyataan ini. "She is very beautiful, Isn't she?" Sang waiters terkikik melihat reaksi kaget Tyo. "Absolutely beautiful!" Tyo membenarkan ucapan sang waiters. "Tolong hubungi aku kalau kamu melihatnya datang lagi ke sini lain kali." Tyo memberikan kartu namanya beserta beberapa lembar uang tips kepada si waiters. "Sure, no problem." Waiters wanita itu menyanggupi dengan sumringah, menerima uang sogokan dari Tyo. "Jadi dia seorang model? Pantesan dia sangat cantik dan bentuk tubuhnya sangat indah." Gumam Tyo setelah kepergian sang waiters. Kemudian dirinya ingat akan sesuatu hal yang kira-kira bisa dia lakukan untuk mencari Renata. Tyo mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang. "Halo, Brahma?" Sapa Tyo saat sambungan sudah tersambung. "Heeemmm ... Iya Pak." Terdengar suara di ujung lain panggilan dengan nada mengantuk seperti bangun tidur. "Bangun jangan molor melulu masih sore ini!" Hardik Tyo kesal kepada salah satu staff kepercayaannya itu. Brahma adalah kepala bagian IT di perusahaan Sampoerna yang sekaligus memiliki pekerjaan terselubung sebagai seorang Hacker perusahaan mereka. 'Anjing penjaga' seperti yang dimiliki oleh sebagian besar perusahaan raksasa lainnya, untuk menjalankan pekerjaan dari jalur hitam. "Sore? Di Paris masih sore ya? Di sini tengah malam tahu!" Gerutu Brahma kesal karena gangguan dari bosnya. "Oiya ya." Tyo Sampai melupakan selisih perbedaan waktu antara Indonesia dan Perancis. "Kamu cepet lacak dan cari segala informasi tentang seorang model wanita asal Indonesia yang sedang bekerja dan tinggal di Paris. Namanya Renata." "Eeeeh? Kenapa? Kenapa, Pak?" Brahma bertanya untuk memperjelas. Takut salah dengar, karena masih setengah sadar. Untuk apa bos besarnya itu sampai harus memakai jasa seorang hacker hanya demi mengetahui informasi soal wanita? Apa jangan-jangan gadis itu adalah incaran baru si Bos? Brahma tentu sudah hapal dengan sifat dan tingkah Tyo yang sering berulah dengan berbagai macam wanita. Karena dirinya juga yang selalu ketiban sial untuk membereskan segala skandal atau gosip tidak sedap yang berkembang di dunia maya menyangkut bosnya itu. Pekerjaan sambilan yang sangat menyebalkan bukan? "Renata. Kamu cari juga dia sedang ada di mana sekarang!" Tyo menambahkan perintah. "Tapi agak sulit untuk mencari informasi di negara lain, Pak." Brahma sudah mengumpat kesal dalam hati karena tugas dadakan dari bosnya itu. Dasar bos luknut, bisa-bisanya ngasih tugas tengah malam hanya untuk ngejar cewek? Mengganggu kedamaianku aja! "Cari info selengkapnya tentang dia. Aku tunggu secepatnya!" Tyo mengakhiri panggilannya kepada Brahma. Tak ingin sanggahan atau penolakan. Menunjukkan otoritasnya sebagai seorang CEO Sampoerna Group yang berkuasa. Tyo tersenyum dan merasa puas dalam hati karena telah membuat keputusan yang tepat. Tyo yakin seratus persen untuk bisa menemukan Renata dengan bantuan hackernya yang sangat jenius. Kamu tak akan bisa lari lagi dariku, Renee. Wait for me, I'm coming for you!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD